Perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Achipelagic and Island States (AIS) Forum 2023 telah usai. Pertemuan yang dihadiri 29 petinggi negara yang dilaksanakan selama dua hari (10-11 Oktober 2023) di Bali, Indonesia menghasilkan beberapa poin penting yang disepakati untuk dilaksanakan secara bersama-sama.
Ada tiga aspek penting yang dibahas selama KTT AIS Forum 2023 tersebut. Ketiga isu dimaksud adalah: (1) Pembangunan Ekonomi Biru atau blue economy, (2) Tantangan perubahan iklim, dan (3) mempererat solidaritas antara negara pulau dan kepulauan.Â
Indonesia, melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sudah berkomitmen untuk melaksanakan blue economy dalam tata kelola ruang laut. Implementasi komitmen KKP dijabarkan dalam 5 kebijakan pokok (baca status twitter.com/BKN goid).Â
Kelima kebijakan implementasi ekonomi biru untuk mengelola tata ruang laut vesi KKP Indonesia tersebut adalah sebagai berikut:
1. Memperluas kawasan konservasi.
2. Kebijakan penangkapan ikan secara terukur.
3. Mengembangkan perikanan budidaya yang berkelanjutan, baik di perikanan pesisir, perikanan laut, dan perikanan darat.
4. Pengawasan terhadap pulau-pulau kecil dan pesisir.
5. Pembersihan sampah plastik di laut yang melibatkan partisipasi nelayan.
Kelima kebijakan tersebut memang menjadi persoalan, terutama untuk laut Nusantara kita. Semua kebijakan ini patut didukung pelaksanaannya. Dan tentu saja, dibuatkan payung hukum yang jelas. Menghukum semua pelaku yang mencoba untuk tidak menjalankan kebijakan-kebijakan ini.Â
Dampak Buruk Sampah Plastik  bagi Kehidupan
Dampak buruk sampah plastik bagi kehidupan di laut dan pesisir pantai sangatlah besar. Berikut adalah beberapa dampak buruk yang ditimbulkan.
Keracunan Makhluk Hidup Laut
Sampah plastik yang terbawa ke laut dapat menjadi ancaman serius bagi makhluk hidup di dalamnya. Hewan laut seperti ikan, penyu, burung laut, dan mamalia laut dapat tertelan atau terperangkap dalam sampah plastik, menyebabkan keracunan dan bahkan kematian.
Gangguan pada Ekosistem
Sampah plastik juga dapat menciptakan gangguan pada ekosistem laut. Misalnya, tumpukan sampah plastik di perairan dapat menghambat fotosintesis pada tumbuhan laut yang membutuhkan cahaya matahari. Selain itu, sampah plastik juga dapat merusak terumbu karang dan hutan bakau, yang merupakan ekosistem penting bagi kehidupan laut.
Polusi Air dan Udara
Sampah plastik yang terurai menjadi mikroplastik dapat mencemari air laut, mengganggu ekosistem dan mempengaruhi kesehatan organisme laut. Mikroplastik juga dapat terhirup oleh burung dan hewan lainnya, menyebabkan polusi udara.
Dampak pada Kesehatan Manusia
Ketika manusia mengkonsumsi ikan atau hewan laut yang terkontaminasi oleh plastik, dapat mempengaruhi kesehatan mereka. Zat kimia berbahaya yang terkandung dalam plastik dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui rantai makanan.
Pemanasan Global
Industri plastik menghasilkan emisi gas rumah kaca yang berkontribusi pada pemanasan global dan perubahan iklim. Selain itu, pembuangan sampah plastik yang tidak tepat dapat menyebabkan pelepasan metana dari tempat pembuangan sampah, yang juga merupakan gas rumah kaca yang kuat.
Penanganan Sampah Plastik di Laut
Konsep komitmen Indonesia terhadap penanganan sampah, utamanya sampah plastik di laut tidak main-main. Pemerintah Indonesia menargetkan, seluruh pesisir dan laut Indonesia terbebas dari sampah plastik berbahaya di tahun 2040.
Sementara itu, target terdekat adalah mengurangi sampah plastik hingga 70% pada tahun 2025. Suatu target yang memang cukup terbebani mengingat produksi sampah plastik di laut per tahun adalah sebesar 6,8 juta ton per tahun menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI. Â
Di sisi lain, Indonesia adalah negara terbesar kedua, penghasil sampah plastik di  laut. Demikian disampaikan oleh Ketua Umum Asosiasi Pelapak dan Pemulung Indoneisia (APPI) Bagong Suyoto yang dirilis oleh beritasatu.com.
Menangani pencemaran laut, tidak semudah menghasilkannya dalam produk dokumen. Memerlukan komitmen yang sangat kuat darai berbagai pihak. Unsur pemerintah, perusahaan-perusahaan swasta, NGOs, dan seluruh masyarakat tanpa kecuali.
Dalam mengajak partisipasi warga negaranya, Pemerintah selayaknya tidak hanya menggunakan konsep membayar nelayan untuk mengumpulkan sampah-sampah plastik yang terbuang dan tertumpuk di pesisir dan di laut.Â
Saat ini, banyak kelompok yang atas kesadaran dan inisiatif mereka, turun ke pesisir untuk membersihkan kawasan tersebut dari sampah-sampah plastik. Mereka adalah kelompok pecinta alam yang peduli akan laut dan sumberdaya yang ada di dalamnya.
Untuk mengurangi dampak buruk sampah plastik pada kehidupan di laut dan pesisir pantai, diperlukan kesadaran dan tindakan bersama.Â
Paling pertama adalah mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, mendaur ulang plastik. Juga melakukan pembersihan dan edukasi terhadap masyarakat adalah langkah-langkah yang penting untuk menjaga keberlanjutan lingkungan laut kita. Setelah itu, melakukan aksi bersama-sama untuk mengurangi sampah plastik dengan turun langsung di TKP.
Mari membangun blue economy dengan membangkitkan kesadaran pada setiap pribadi warga terlebih dahulu. Dimulai dari lingkungan rumah, sekolah dan sekitar tempat tinggal.Â
Jika setiap orang sadar diri, maka sampah tak akan dibuang dimana-mana, termasuk di pesisir pantai dan laut kita. Dan pemerintah harus bertindak sebagai penggerak yang handal.Â
Semoga hasil KTT AIS Forum 2023 membawa angin segar bagi pengurangan sampah plastik, utamanya di pesisir pantai dan laut.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H