Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Trik Memilih Caleg 2024: Jangan Tergoda dengan Si Penggoda

10 Oktober 2023   04:54 Diperbarui: 10 Oktober 2023   05:33 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parludem minta nama caleg eks koruptor di TPS (dok foto: perludem.org)

Memilih seseorang yang secara administratif telah lolos dan namanya tertulis dalam lembaran surat suara itu berpulang kepada setiap pemilih.  Hak yang tak boleh diintervensi oleh siapapun. Makanya, mengapa proses pemilihan dilakukan secara sendiri-sendiri di dalam bilik suara.

Benar. Namun perlu diingat bahwa tidak ada manusia yang hidup sendiri-sendiri dalam konsep kehidupan berbangsa dan bernegara. Pilihan individu-individu yang dilakukan di TPS, direkap dan diakumulasi lebih lanjut dalam perhitunga Dapil yang kemudian menentukan perolehan suara terbanyak.

Saat ini, nama caleg secara administratif telah disahkan oleh KPU untuk ikut berkontestasi dalam Pemilu Legislatif, 14 Februari 2024 mendatang. Namun dalam perjalanannya, beberapa terkena masalah. Ada yang terkait judi online, korupsi, atau tindakan asusila anggota keluarga yang mau tidak mau berpengaruh pada si caleg.

Lalu apa yang perlu dilakukan agar tidak masuk dalam jebakan batman? Jalan terbaik adalah melihat treck record si Caleg. Tidak terlalu sulit untuk bisa menemukan sepak terjang caleg yang ingin kita pilih. 

Media sosial, media-media lokal, dan media nasional dapat dijadikan rujukan untuk mengecek treck record si Caleg. Namun perlu diverifikasi, terutama berita-berita yang berseliweran di media sosial. Perlu memfilter, mana berita yang benar, mana yang hoax, masuk kategori negative campaign atau black campaign.

Caleg terlibat kasus money politics, ada yang diperkarakan ada yang tidak cukup bukti (dok foto: www.jpnn.com)
Caleg terlibat kasus money politics, ada yang diperkarakan ada yang tidak cukup bukti (dok foto: www.jpnn.com)

Politik Uang, Sesuatu yang Dianggap Saling Menguntungkan

Menjelang, saat dan sebelum surat suara disahkan, seringkali beredar berita tentang money politics atau politik uang. Bermacam-macam pula cara para caleg dan tim suksesnya memanfaatkan peluang curang dan manipulatif ini.

Saat ini, money politics lumayan bervariasi. Ada yang mengelolanya lewat bantuan beras dan bahan makanan pokok lainnya. Sambil memberi bantuan, saat itu pun mengajak si penerima untuk mencoblos nama Caleg. Tentu saja di dalam bantuan tersebut, diselipkan kartu nama, petunjuk mencoblos yang bersangkutan.

Selain dalam bentuk sembako, bentuk money politics pun bisa dikucurkan lewat kelompok-kelompok. Memberikan alat-alat pertanian seperti traktor, mesin panen padi, perahu motor, membuat lapak-lapak bagi pedagang, dan sebagainya.

Jika tidak dalam bentuk barang, maka disalurkan dalam bentuk uang kas yang diisi di dalam amplop. Jumlahnya bervariasi. Biasanya dihitung per keluarga. Misalkan setiap pemilih diharga dengan Rp 100.000, maka satu keluarga yang memiliki anggota 5 pemilih bakal menerima IDR 500.000.

Para pemberi amplop serangan fajar ini biasanya bergerak dengan diam-diam. Iyalah, kalau ribut yang pasti kena tangkap. Mereka bergerak cukup rapi. 

Namun pada pemilu sebelumnya, ada saja yang kena tangkap. Bahkan beberapa kasus, si Caleg menagih kembali uangnya ketika mengetahui bahwa si pemilih yang telah mendapat uangmalahan memilih untuk  mencoblos caleg lain.

Caleg bagi-bagi sembako saat kampanye, masuk politik uang dalam bentuk pemberian barang? (dok foto: suarabamega25.com)
Caleg bagi-bagi sembako saat kampanye, masuk politik uang dalam bentuk pemberian barang? (dok foto: suarabamega25.com)

Konsisten dan Jangan Tergoda

Sebenarnya, politik uang itu dianggap sebagai sesuatu yang saling menguntungkan. Ada kesepatan terlebih dahulu barulah adala kucuran dana. Namun jika semua calon pemilih tidak mau menerima uang suap atau barang suap, maka tentu saja tak ada money politics.

Caleg pasti mengucurkan barang dan uang suap, manakala ada peluang. Pemilih kemudian memanfaatkan pula bantuan-bantuan tersebut. Kadang kala, seorang pemilih bisa menerima lebih dari satu 'tanda mata' dari si Caleg. 

Nah, kalau sudah seperti ini maka si pemilih akan mencari caleg dan tim sukses untuk digarap. Sementara itu, si caleg dan timsesnya juga akan bergerilya untuk mendapatkan pemilih yang dapat dibeli suaranya. 

Stop politik uang! Jangan terbiasa menerima dan memberi uang dalam kegiatan Pemilu (dok foto: abadikini.com)
Stop politik uang! Jangan terbiasa menerima dan memberi uang dalam kegiatan Pemilu (dok foto: abadikini.com)

Paling penting bagi seorang pemilih adalah konsisten untuk menolak pemberian apapun. Ingatlah, jangan tergoda dengan si penggoda. Sebab sekali terjadi, maka kali berikutnya akan ketagihan.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun