Apabila kemarau terlalu panjang dan mata air akan mengering, maka tetua adat akan datang dan mengambil air tersebut. Disimpan di dalam bambu.Â
Air yang ada di dalam bambu ini aka  ditumpahkan kembali ke mata air ketika musim hujan dan air sudah normal kembali.
Dengan demikian, di saat kritis air pun penduduk Timor Barat masih memelihara yang tanah yang dimiliki, dengan caranya masing-masing.Â
Di sekitar Oemakana, pemiliknya sering menanam berbagai kebutuhan sehari-hari. Terutama tanaman umur panjang.
Ada pohon kelapa, pinang dan sirih. Tanaman lain yang sering masuk daftar koleksi tanaman umur  panjang tersebut di antaranya sukun, jeruk, dan nangka.
Sekalipun tanaman tersebut milik beberapa orang, tidak diperbolehkan untuk mengambil hasil tersebut setiap saat. Ada larangan yang berlaku untuk semua pemilik.
Larangan dimaksud namanya Snae. Kami di kampung menyebutnya sebagai Tasnae Oe. Artinya melarang orang mengambil hasil.Â
Biasanya ada satu orang yang ditunjuk sebagai penjaga. Namanya Anonat yang tiap hari selalu meronda, apakah ada yang mengambil hasilnya.
Apabila kedapatan, sekalipun mengambil hak miliknya sendiri, akan tetap didenda berupa hewan. Ternak ini kemudian akan dimakan bersama-sama oleh seluruh pemilik tanaman yang ada di situ.
Saat panen tiba, maka Anonat akan memberitahu semua pemilik untuk datang dan panen. Setelah acara pembukaan panen raya, biasanya diberi kesempatan beberapa minggu bagi pemilik untuk panen hasil.