Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Rahasia Warteg Tetap Survive di Masa Krismon 1997-1998

28 September 2023   14:58 Diperbarui: 28 September 2023   17:39 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi yang pernah mengalami masa krismon 1997 hingga 1998 tentunya tahu juga, bisnis-bisnis dalam skala besar berjatuhan. Termasuk restoran-restoran besar, rontok satu per satu.

Agustus 1997, IDR mulai goyah. Padahal beberapa bulan sebelumnya, kurs rupiah terhadap mata uang negeri Paman Sam masih bertengger di kisaran 2.000-an per 1 Dolar. 

Bath Thailand yang waktu itu sudah babak belur dianggap bakal tak berpengaruh terhadap Indonesia. Demikian banyak ahli berkeyakinan begitu. 

Namun tak lama kemudian, krismon pun melanda dunia. Tak terkecuali, Indonesia.

Sekedar diketahui, setidaknya ada 5 faktor penyebab modarnya ekonomi Indonesia di akhir tahun 1997 hingga tahun 1998 seperti diterbitkan dalam situs ocbnisp.com  per 8 agustus 2023 lalu.

Kelima faktor dimaksud adalah: (1) merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS; (2) Menumpuknya utang swasta; (3) Kesalahan sistem pemerintah dan perbankan; (4) Suasana politik; dan (5) pengaruh "permainan" IMF.

Kekacauan moneter dan kekacauan politik ini berujung pada tumbangnya rezim Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto. Berakhirlah masa kepemimpinan Soeharto selama 32 tahun.

Warteg kini punya pelanggan dari kalangan artis (dok foto: food.indozone.id)
Warteg kini punya pelanggan dari kalangan artis (dok foto: food.indozone.id)

Bank-bank besar mulai rontok. Perusahaan raksasa dengan ribuan hingga puluhan ribu pekerja gulung tikar. PHK tak bisa dihindari. Pengangguran meningkat pesat. Banyak orang jatuh miskin. 

Restoran besar tak mampu lagi beroperasi. Ternyata keropos. Tak mampu menghadapi badai.

Namun ada yang lain. Bisnis-bisnis beromzet kecil yang selama ini dianggap sebelah mata, malahan tetap eksis. 

Salah satu usaha yang diremehkan saat itu adalah rumah makan warung tegal atau biasa disingkst dengan nama warteg. 

Sosiolog Dr Ignas Kleden, MA. Phil pernah menyatakan bahwa Pemerintahan Indonesia mestinya memberi penghargaan khusus bagi warteg-warteg ini. 

Hal pertama, secara nyata Warteg tetap hidup selama krisis moneter.  Bahkan semakin menggeliat. 

Sementara restoran-restoran mewah berguguran, tutup. Banyak orang memutuskan untuk tidak ke restoran mewah. Sebabnya, daya beli menurun. 

Hal kedua, Warteg tetap mempertahankan para pekerjanya. Memang sih, jumlah pekerjanya tak seberapa. Namun secara akumulatif, jumlah pekerja Warteg cukup banyak.

Hal ketiga, Keluarga  para pengusaha Warteg tetap terbantu dengan usaha warung makannya. Mereka tetap membuka warungnya, mendapatkan keuntungan dari bisnis rumah makan ini, sekalipun mereka hanya mendapatkan sedikit keuntungan.

Warteg bertahan selama pandemi Covid-19 (dok foto: republika.co.id)
Warteg bertahan selama pandemi Covid-19 (dok foto: republika.co.id)

Lalu apa rahasia warung tegal inj tetap bertaham hidup selama krismon? Ada beberapa rahasia umum yang membuat warteg tetap survive.

1. Harga makanannya terjangkau. Semua warteg memasang tarif yang tidak begitu mahal. Masyarakat menengah ke bawah dapat memanfaatkan Warteg. 

Bisa langsung makan di warung. Kalau tidak, minta dibungkuskan. Pemilik atau pelayan akan dengan sigap membungkus makanan untuk pemesan.

Selain nasi bungkus sama lauknya, pelanggan juga bisa membeli lauk dan sayur matang saja. Tanpa nasi dan di bawa pulang. 

Tak hanya itu. Porsinya pun bisa diminta setengahnya saja. Disesuaikan dengan usng yang dimiliki oleh pelanggannya.

2. Mengambil untung sedikit. Warteg tidak akan mengambil untung yang begitu besar. Paling penting adalah masakannya habis lebih cepat. 

Besok harinya, memasak makanan yang baru. Lauk ayam, daging, ikan, tahu dan tempe, udang, ikan teri campur kacang tanah adalah lauk utamanya.

Sementara sayurannya biasa terdiri daric2 atauc3 saja. Disesuaikan dengan kenis sayuran yang cepat habis. 

3. Memiliki pelanggan setia. Pemilik Warteg memiliki pelanggan setia. Dan uniknya lagi, pemikik mengenal  hampir semua orang yang mampir di Wartegnya. 

Para pelanggan yang terbiasa di suatu Warteg, biasanya jarang pindah tempat. Mereka sudah saling percaya. 

Bahkan Warteg zaman now telah memiliki pelanggan dari kalangan artis. Juga para pejabat tertentu.

Di areal perkantoran, Warteg menjadi pilihan bagi para pekerja untuk membeli makanan di sana. Entah sarapan pagi atau makan siang. Bahkan sekedar mampir untuk dibuatkan segelas kopi. 

4. Suka menolong yang kelaparan. Ada satu hal lain yang dilakukan pemilik warteg. Suka memberi nasi bungkus bagi orang yang meminta di warung makanannya.

Jarang ada yang meminta tapi tak diberikan. Kalau belum yakin, cobalah untul nongkrong di Warteg seharian. Anda akan menemukannya.

Harga BNM membuat pemilik warteg menaikkan harga atau mengurangi porsinya (dok foto: bp.guide.id)
Harga BNM membuat pemilik warteg menaikkan harga atau mengurangi porsinya (dok foto: bp.guide.id)

Demikian rahasia sukses bertahannya Warteg di masa krismon.  Pengusaha Warteg yang sering disepelekan ternyata mampu bertahan manakala yang besar-besar gulung tikar.*** 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun