Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Warsun Bu Sholeh: Ambil Makanan dan Catat Sendiri

26 September 2023   07:20 Diperbarui: 30 September 2023   02:44 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua kali mengalami ikut buka puasa di Bafak. Biasanya makanan sudah habis terjual sebelum buka puasa. Tetapi Bu Sholeh tidak pernah membiarkan saya pulang tanpa nasi bungkus. 

Bahkan mengajak ikut makan bareng. Beberapa  kali menolak, tetapi akhirnya mau juga karena diajak berulang kali. Jadilah, beberapa kali menemani Bu Sholeh dan Pak Sholeh. 

Sekalipun beliau berdua tahu saya non muslim, mereka tetap ramah dan mengajak untuk makan bersama.  Dua tahun berada di Bafak, akhirnya pindah ke Jalan Riau, ke Marga Siswa nya anak-anak Katolik. 

Sekali pun sudah pindah, kadang-kadang mampir untuk makan di warsun Bu Sholeh. Dan selalu disapa dengan ramah. "Kumaha Ris?" sapa bu Sholeh kalau sudah lihat saya mampir. 

Prinsip ketiga, percaya.  Bu Sholeh percaya sama mahasiswa yang membeli makanan di warungnya. Termasuk beberapa mahasiswa yang punya buku kas bon. Hasil dari percaya pada orang, membuat kami jujur. Ya, kepercayaan berbuah kejujuran. 

Bu Sholeh punya keteguhan prinsip, "Percaya" dan kami pun menjawab kepercayaam beliau dengan berperilaku "Jujur". 

Prinsip keempat, ramah.  Bu Sholeh lumayan cerewet. Nada bicaranya pun kencang. Bagi yang baru datang, mungkin merasa ingin pulang saja karena suaranya yang nyaring itu. Apalagi bicara sama sang suami, nyaring kali pun....!

Tetapi di balik nada bicaranya yang nyaring, beliau itu ramah. Terakhir, tahun 2008 saya balik ke Kupang. Nasib Bu Sholeh dan kos-kosan di Bafak pun menjadi sepi. Sebab tidak ada lagi mahasiswa yang kos di sana. Pindah ke Dramaga. 

Luar biasanya Bu Sholeh dan Pak Sholeh, pemilik Warsun di tahun 1993-1994 buat kami, terutama bagi saya.  Entah berapa orang yang diselamatkan lewat tangan trampil dan hati emasnya Bu Sholeh. 

Makan bersama seperti ini sangat luar biasa untuk ukuran anak kos zamanku, hanya jika ada acara tertentu saja (dok foto: arekgedhe.blogspot.com)
Makan bersama seperti ini sangat luar biasa untuk ukuran anak kos zamanku, hanya jika ada acara tertentu saja (dok foto: arekgedhe.blogspot.com)
Terima kasih bu Sholeh pemilik Warung Berjasa, penolong anak-anak mahasiswa perantau yang hidup dengan ekonomi pas-pasan, bahkan serba sulit waktu itu. Tuhan berkenan untuk memberkati hidupmu, juga pak Sholeh dan putri semata wayangmu Bu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun