Agustus datang lagi. Kali ini diiringi hembusan angin kering. Membawa serta gelombang panas.
Kerontang. Pepohonan mulai mengurangi aktivitas hidupnya.Â
Jati di sekeliling menyesuaikan diri denfan menggugurkan daunnya. Tinggal batang dan ranting yang tegak berdiri.
Sepasang pipit mencicit ribut. Dua helai daun tua yang menguning, tak kuasa lagi bertahan pada pohonnya.
Bersama hembusan angin, dedaunan itu pun jatuh ke bumi. Terlihat normal saja, alami.
Namun bersama jatuhnya dua helai daun tua, sarang pipit berisi 2 bayi merah pun ikut jatuh.
Anak pipit tak mampu berteriak. Tak ada sayap, tak punya kuasa. Pasrah pada sang penentu kehidupan.
Sang induk bercericit di pohon jati nan meranggas. Menyiarkan khabar duka pada dunia.
"Hai dunia, tolonglah!!! Anak-anakku jatuh, adakah yang bisa menolong mereka"?
Pipit jantan menatap sedih, tak mampu berbuat apa-apa. Makanan di mulut yang dibawa ke sarang belum sempat diberikan pada kedua buah hatinya.
Seketika berkelabat seekor kucing. Sarang burung disamperin.Â
"Wah, ada makanan lezat untukku", batin si meong sambil mendekat.
Hap..hap..kriuk..kriuk...meoongggg.....!dalam sekejap, ludes sudah dua pipit lemah yang terjatuh bersama sarangnya.
Induk pipit mencicit pilu. Menangis lebih keras lagi dan terbang menjauh.
Pergi meninggalkan kenangan pahit di rumah mereka. Mengucapkan selamat tinggal pada pohon yang selama ini memberi kenyamanan dan keamanan.Â
sebab, pohon yang memberi tumpangan tak mau memberi garansi. Sudah tak mampu lagi memberi perlindungan dan  kedamaian.Â
Ah, Agustus kerontang. Kedatanganmu kali ini benar-benar membawa kesedihan.Â
Pipit kehilangan anak-anak. Pohon meranggas tak berdaya. Manusia menahan panas dan haus.
Namun insan beriman tetap bertawakal. Memohon rahmat keselamatan. Â
Mengucap syukur atas kesehatan, juga rezeki. Untuk nafas kehidupan yang masih boleh dialami.
Berkat-Mu, ya Tuhan, tetap kami pinta. Sudikah berbelas kasihan untuk mengabulkan permintaan setiap insan yang memohon pada-Mu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H