Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nyanyian Sedih di Awal Agustus nan Kerontang

2 Agustus 2023   12:28 Diperbarui: 2 Agustus 2023   12:51 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Agustus kerontang datang, jati pun meranggas dan merana (dokpri)

Agustus datang lagi. Kali ini diiringi hembusan angin kering. Membawa serta gelombang panas.

Kerontang. Pepohonan mulai mengurangi aktivitas hidupnya. 

Jati di sekeliling menyesuaikan diri denfan menggugurkan daunnya. Tinggal batang dan ranting yang tegak berdiri.

Sepasang pipit mencicit ribut. Dua helai daun tua yang menguning, tak kuasa lagi bertahan pada pohonnya.

Bersama hembusan angin, dedaunan itu pun jatuh ke bumi. Terlihat normal saja, alami.

Namun bersama jatuhnya dua helai daun tua, sarang pipit berisi 2 bayi merah pun ikut jatuh.

Anak pipit tak mampu berteriak. Tak ada sayap, tak punya kuasa. Pasrah pada sang penentu kehidupan.

Sang induk bercericit di pohon jati nan meranggas. Menyiarkan khabar duka pada dunia.

"Hai dunia, tolonglah!!! Anak-anakku jatuh, adakah yang bisa menolong mereka"?

Pipit jantan menatap sedih, tak mampu berbuat apa-apa. Makanan di mulut yang dibawa ke sarang belum sempat diberikan pada kedua buah hatinya.

Seketika berkelabat seekor kucing. Sarang burung disamperin. 

"Wah, ada makanan lezat untukku", batin si meong sambil mendekat.

Hap..hap..kriuk..kriuk...meoongggg.....!dalam sekejap, ludes sudah dua pipit lemah yang terjatuh bersama sarangnya.

Induk pipit mencicit pilu. Menangis lebih keras lagi dan terbang menjauh.

Pergi meninggalkan kenangan pahit di rumah mereka. Mengucapkan selamat tinggal pada pohon yang selama ini memberi kenyamanan dan keamanan. 

sebab, pohon yang memberi tumpangan tak mau memberi garansi. Sudah tak mampu lagi memberi perlindungan dan  kedamaian. 

Ah, Agustus kerontang. Kedatanganmu kali ini benar-benar membawa kesedihan. 

Pipit kehilangan anak-anak. Pohon meranggas tak berdaya. Manusia menahan panas dan haus.

Namun insan beriman tetap bertawakal. Memohon rahmat keselamatan.  

Mengucap syukur atas kesehatan, juga rezeki. Untuk nafas kehidupan yang masih boleh dialami.

Berkat-Mu, ya Tuhan, tetap kami pinta. Sudikah berbelas kasihan untuk mengabulkan permintaan setiap insan yang memohon pada-Mu. 

Alam begitu gersang kala kemarau tiba (dokpri)
Alam begitu gersang kala kemarau tiba (dokpri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun