Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Memanfaatkan Gundukan Pasir untuk Bertanam Ubi Jalar

22 Mei 2023   14:45 Diperbarui: 23 Mei 2023   19:30 1286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ubi jalar adalah salah satu tanaman pangan yang tak terlalu rewel untuk ditanam. Bisa dikembangkan di lahan yang luas atau sempit.

 Bagi yang lahannya sempit, dapat memanfaatkan pekarangan, polibag atau karung-karung bekas untuk bertanam di dalamnya. 

Bahkan gundukan pasir yang tertimbun di samping atau belakang rumah pun bisa dimanfaatkan untuk bertanam petatas yang satu ini.

Tanaman yang suka merambat ini dapat dikembangbiakkan melalui dua cara. Menggunakan batang dan juga umbi. 

Pucuk ubi jalar yang ditanam pada gundukan pasir pun bisa dinanfaatkan untuk sayauran (dokpri)
Pucuk ubi jalar yang ditanam pada gundukan pasir pun bisa dinanfaatkan untuk sayauran (dokpri)

Setelah disetek, tancapkan saja pada tumpukan pasir yang ada di rumah kita. Ubi bisa tumbuh subur. 

Tiga bulan kemudian bisa panen umbinya. Kalau pun tidak panen umbi, pucuk mudanya enak untuk dibuat sayuran. 

Jika dari umbi, maka seringkali satu umbi ditumbuhi lebih dari satu tunas. Potong dan pisahkan sesuai tumbuhnya tunas-tunas itu. 

Selanjutnya bisa ditanam langsung ke lahan yang telah dipersiapkan. Dapat juga disemaikan terlebih dahulu pada wadah tertentu.

Bibit ubi jalar bisa didapatkan dari tunas yang tumbuh di umbinya (dok foto: goodminds.id)
Bibit ubi jalar bisa didapatkan dari tunas yang tumbuh di umbinya (dok foto: goodminds.id)

Makan ubi jalar. Sebagian orang menjadikannya sebagai makanan pokok. Sebagian lain, lebih suka menjadikannya sebagai makanan selingan saja.

Bahkan diolah dalam bentuk camilan. Di pasar tradisional hingga super market, kita dapat menemukan ubi jalar dijual dalam bentuk basah atau umbi mentahnya. 

Sementara di bagian rak snack, kita menemukan produk olahan ubi jalar, di antaranya aneka kripik dan stik ubi jalar.

Sebagian orang menyebutnya dengan ketela rambat. Di luar negeri, dikenal dengan nama sweet potato. Para ahli menamakannya Ipomoea batatas. Dan di Indonesia, setiap daerah memiliki sebutan tersendiri.

Bagian yang paling banyak dimanfaatkan adalah umbinya. Bisa direbus di dalam air atau dikukus sampai matang lalu diangkat dan bisa langsung dimakan. 

Jika tak suka dengan ubi rebus maka bisa menggorengnya. Bagi yang suka kolak, dapat membuatnya menjadi kolak, dicampur dengan bahan lain atau murni ubi jalar. Ada pula yang membuat cake atau puding. Tergantung selera dan kreatifitas. 

Ubi jalar tumbuh subur di atas tumpukan pasir (dokpri)
Ubi jalar tumbuh subur di atas tumpukan pasir (dokpri)

Ada beberapa isi umbi ubi jalar yang biasa dikonsumsi. Warna putih, kemerahan, ungu, kuning dan bintik-bintik.

Dari rasanya pun sedikit berbeda. Ada yang manis sekali, bahkan ketika dioven atau dibakar, terlihat keluar cairan seperti madu. Ubi Cilembu yang terkenal di Jawa Barat ini salah satu contohnya. 

Ubi jalar pun memiliki pasaran khusus. Selain dijual dalam bentuk umbi basah di pasar tradisional atau umbi basah kemasan di super market, ubi jalar pun biasa diekspor. 

Harga ubi jalar di luar negeri lebih mahal. Wajar saja, barang yang diekspor tentunya  memerlukan perlakuan khusus. Belum lagi perlu memenuhi regulasi khusus pula, baik itu di negara asal maupun negara tujuan.

Ubi jalar rebus, enak dan sehat (dok foto: Shutterstock/Susupin Kankan via kompas.com)
Ubi jalar rebus, enak dan sehat (dok foto: Shutterstock/Susupin Kankan via kompas.com)

Untuk tujuan ekspor, tentu saja diusahakan dlaam luasan lahan yang besar. Kita yang hampir tak punya lahan atau kalaupun ada, sangat sempit cukup berpikir untuk menanfaatkan lahan yang ada.

Lahan sempit tapi dioptimalkan itu lebih baim daripada memiliki lahan yang luas namun tak dimanfaatkan. Dibiarkan menjadi lahan tidur sepanjang tahun.

Mari kreatif dalam berkebun. Dan nikmati hasil sendiri. Sehat dan bernutrisi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun