"Tabik pun...!" Demikian salam khas warga Lampung yang sangat ramah. Dan ketika mendengar salam Tabik pun, maka hadirin akan menjawab secara spontan, "Iya pun".Â
Biasanya hadirin akan membalas salam dengan lebih gemuruh. Tanpa dikomando, seluruh hadirin akan menjawab dengan lantang, bersemangat dan  bersahabat.Â
Sapaan adat ini diucapkan dimana-mana di seluruh Provinsi Lampung. Dalam acara formal dan informal.Â
Tabik pun merupakan salah satu sapaan khas yang terlihat lebih akrab saat digunakan. Sering diucapkan setelah sapaan Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.Â
Di Indonesia, kata Tabik memiliki makna seperti yang tertulis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Arti pertama berkaitan dengan ungkapan untuk memberi salam atau selamat, seperti selamat pagi, selamat siang atau selamat malam.Â
Tabik juga suatu perbuatan menghormati. Dan sebagai ucapan maaf jika memasuki suatu tempat keramat atau sakral.Â
Masih dalam KBBI. Ada pula kata bersitabik yang artinya menyambut kedatangan tamu dengan memberi salam atau hormat. Menabik berarti memberi salam atau hormat.Â
Selain salam khas masyarakat Lampung, ada juga sapaan khas beberapa daerah yang sering diucapkan. Terutama saat adanya perkumpulan keluarga asal daerah bersangkutan.
Salam, sapaan dan percakapan menggunakan bahasa daerah setempat terkesan lebih mengakrabkan mereka. Juga memperkokoh semangat persaudaraan.Â
Orang Batak misalnya. Akan menyapa dengan seruan Horas...! dan dijawab dengan horas pula. Di tanah Sunda, Jawa Barat kita bakal sering mendengar sapaan Sampurasun dan dijawab Rampes dengan penuh kehangatan.Â
Suku Jawa menggunakan sapaan Wilujeng. Sementara salam Tabik juga sering digunakan oleh suku bangsa Bugis, Makasar, Toraja dan Melayu. Orang Timor-NTT sering menggunakan kata Tabe.Â
Dan masih banyak tata krama sapaan yang dimiliki oleh berbagai suku bangsa di Indonesia. Suatu kekayaan besar yang jarang dimiliki bangsa lain.
Aneka ragam bahasa, sapaan khas daerah haruslah dipertahankan. Diperkenalkan dan digunakan dalam berbagai kesempatan. Dengan demikian, semakin banyak dikenal dan dipakai di tingkat nasional.Â
Seni Budaya Lampung Selain Sapaan Tabik Pun
Adat-istiadat Lampung tetaplah bertahan hingga sekarang meskipun berkembang budaya suku bangsa lain di sini.Â
Beberapa adat-istiadat lain juga hidup dan berkembang bersama-sama di Lampung. Ada adat Jawa, Sunda, Bali, Semendo dari Sulawesi Selatan, dan sebagainya.
Berikut, 4 budaya orang Lampung yang seringkali saya jumpai dalam perjalanan menuju ke Way Kanan. Juga ke Bandar Lampung dan beberapa daerah persinggahan lain.Â
Bagi orang asli Lampung atau yang sudah lama berdomisi di Lampung, maka mungkin terlihat biasa saja.Â
Tetapi bagi yang baru, akan melihatnya sebagai sesuatu yang wow! Ada 4 wow yang saya jumpai di Lampung, terkait kebudayaan selain bahasa lisannya.
Pertama, Aksara Lampung
Ketika memasuki daerah Lampung maka kita akan menjumpai tulisan yang rasanya asing untuk dibaca. Entahlah, apakah semua orang Lampung bisa membaca tulisan ini.Â
Namanya aksara Lampung. Dalam wikipedia.org, aksara Lampung disebut sebagai turunan dari aksara Brahmi melalui perantara aksara Kawi.
Aksara Lampung kini menjadi salah satu muatan lokal Provinsi Lampung. Tujuannya, mempertahankan kelestarian aksara Lampung. Tidaklah mengherankan, di setiap kantor dinas akan digunakan dua tulisan, latin dan aksara Lampung.Â
Kedua, Tapis
Tapis adalah seni dan ketrampilan. Terkait dengan kemampuan wanita-wanita Lampung untuk menyulam benang emas pada kain berserat. Mengikuti pola tertentu yang menghasilkan lembaran kain yang sangat indah.Â
Dalam etnis.id, kata tapi merujuk pada inskripsi Jawa abad ke-9 yang mana disebut sebagai wastra atau kain tradisional.Â
Kain ini kaya akan makna dan bernilai tinggi. Karenanya, sering dijadikan sebagai hadiah atau persembahan kepada raja-raja atau para penguasa saat itu.
Regenerasi terjadi. Tapis tetap dipertahankan keberadaannya. Bahkan kini menjadi salah satu usaha kerajinan tangan yang dibina oleh Dekranasda setempat dan melalui dinas perindustrian yang ada di Lampung.
Ketiga, Rumah Panggung
Rumah panggung di Lampung terbuat dari kayu-kayu pilihan yang sangat kuat. Keberadaannya pun sudah puluhan tahun. Bahkan ada yang sudah memakan usia hingga ratusan tahun.
Aktifitas manusia biasanya menggunakan lantai atas. Lantai bawah sering dibiarkan terbuka. Menjadi tempat berteduh ternak. Jika tidak, dimanfaatkan untuk menyimpan hasil bumi.Â
Keempat, Adat Pernikahan
Pernikahan adat di Lampung itu terlihat gemerlap. Pakaian adat pria dan wanitanya sangat indah. Ada beberapa tahapan yang harus dilalui oleh pengantin Lampung sebelum naik ke pelaminan.
Beberapa tahap, saya dapatkan informasinya dari salah satu orang tua asli Lampung, ditambah informasi dari media.Â
Diawali dengan Nindai atau nyubuk. Dalam tahap ini, orang tua calon mempelai pria akan menilai wanita yang bakal dipersunting oleh putera mereka.Â
Selesai tahap ini, akan berlanjut ke jenjang bernama Nunang atau melamar. Â Hari baik ditentukan, lalu orang tua pria akan datang melamar calon isteri.Â
Dalam tahap Nunang ini, rombongan calon mempelai pria membawa serta kue, dodol, alat merokok, dan tempat sirih pinang dengan jumlah yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.
Bersamaan dengan Nunang juga dilakukan acara Nyirok atau ngikat. Saat ini, orang tua calon mempelai pria akan mengikat calon isteri dengan benang tiga warna. Tak lupa pula, ada pemberian berupa barang-barang berharga seperti emas dan kain dari calon mempelai pria.
Tahap keempat, namanya berunding. Calon mempelai pria mengirimkan utusan menanyakan mas kawin, uang jujur dan adat apa yang akan digunakan dalam pernikahan nanti. Termasuk menentukan acara akad nikah.
Selanjutnya calon mempelai wanita akan melakukan proses mempercantik diri. Sesimburan, yaitu mandi lalu dilanjutkan dengan betanges atau mandi uap. Selanjutnya berparas seperti merapikan alis mata, kuku, dan aktifitas mempercantik diri lainnya.Â
Ini hanya sedikit tentang sapaan Tabik Pun dan beberapa budaya khas Lampung. Masih banyak budaya Lampng yang sampai saat ini belum terekspos hingga dikenal oleh banyak orang.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H