Ini adalah kisah nyata diserang lebah hutan, si Aphis dorsata nan ganas. Suatu waktu, tepatnya di bulan Mei 2017. Kalau dihitung-hitung, saat ini tepat 5 tahun peristiwa naas itu. Saya bersama salah satu rekan kerja terjebak dan diserang oleh serombongan lebah hutan. Lokasinya di sekitar Desa Uhak, Kecamatan Wetar Utara, Maluku Barat Daya.
Tibalah saatnya, kami bersama pelatih dari BDLHK Kupang untuk melakukan secara langsung panen dan pengolahan madu pasca panen di desa. Salah satu sesi  yang dilakoni adalah pergi bersama ke Desa Uhak untuk melihat secara langsung bagaimana penduduk biasa panen madu hutan.
Masih ingat, para pemanen handal kala itu ada 3 orang. Om Salmon Maitimu, Benoni Mawetars dan Mama Kasa. Rombongan berjalan bersama-sama menuju ke salah satu sarang lebah milik om Mon. Benoni berperan sebagai pemanen. Sementara kami yang lain berada agak jauh dari pohon.Â
Om Mon Maitimu pun mulai memasang api, sekira 100 meter dari pohon. Sementara saya bersama salah satu rekan lebih mendekat lagi, 50 meter. Sebab kami yakin, telah melindungi diri dengan topi pelindung lebah, plus pakaian lengkap.Â
Saat itu, Om Benoni akan melakukan praktik panen lestari. Sarang lebah tidak boleh dipotong seluruhnya, tetapi disisakan dengan maksud pebah-lebah tersebut tidak berpindah tempat.Â
Naas bagi kami berdua. Lebah-lebah mulai terganggu dengan kehadiran om Benoni. Gerombolan lebah yang didorong ke bawah oleh Benoni mulai mencari sasaran. Ah, mereka menuju kami yang mencoba menahan nafas, berdiam diri.Â
Mereka mulai mengelilingi dan mencoba menyengat baju yang kami pakai. Aduh, ternyata sengatannya tembus.
Karena kaget, saya menepis beberapa ekor lebah yang berhasil menyusup ke leher, melalui topi lebah yang mungkin kurang rapat. Sekira 5-8 tusukan kurasakan.Â
Om Mon mulai memanggil kami untuk lari ke tempat mereka yang sudah dipasang api dan ditambah dedaunan hijau untuk menambah asap.