Saat itu, mereka mendapatkan bibit dan pelatihan budidaya rumput laut dari Disnaker Kabupaten Kupang. Aktifitas ini merupakan salah satu program andalan bupati I.A. Medah tahun 1999-2004.
Setelah mendapatkan bibit, mereka pun memulai usaha. Saat panen, mereka akan memisahkan bagian untuk diikat kembali pada tali untuk dibudidayakan lagi.Â
Namun menurut Ti'i Erna, bibit sendiri kalah baik dibandingkan dengan bibit yang dipersiapkan khusus. Tetapi mereka kesulitan untuk memperoleh bibit dimaksud.
Pada dasarnya, ada empat jenis rumput laut yang biasa dibudidayakan seperti yang dipublikasikan oleh Jurnal Sultan Agung Volume XLIV nomor 118. Keempat jenis rumput laut tersebut dibedakan berdasarkan zat penyusun dinding sel dan habitat yang berbeda.
Kelompok pertama dinamakan Chlorophyta atau hijau. Jenis ini memiliki dinding sel, disusun oleh selulosa, klorofil a, klorofil b dan karotenoid. Ada yang hidup di air asin dan juga air tawar.
Kelompok kedua adalah rumput laut merah atau Rhodophyta. Dinding selnya tersusun atas kalsium karbonat dan selulosa. Habitat hidupnya juga di air asin dan air tawar.Â
Kelompok ketiga dan keempat adalah rumput laut coklat (Phaeophyta) dan pirang atau Chrysophyta. Rumput laut coklat hanya hidup di air asin. Dinding selnya disusun oleh asam alginat. Juga memiliki klorofil a, c dan karotenoid.
Sedangkan rumput laut pirang memiliki dinding sel yang tersusun atas silikon. Juga mengandung pigmen karoten dan Xantofil. Habitatnya bisa di air tawar dan air asin.
Panen, Pascapanen dan Pemasaran ala Masyarakat
Saat ini, To'o Nalle dan Ti'i Erna memiliki 96 tali untuk mengikat bibit-bibit Sakol. Umum panen rumput laut di sana adalah 45 hari. Meskipun memiliki 96 tali, hanya panen 250-300 kg rumput laut basah.