Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika atau BMKG telah mencatat dan mempublikasikan cuaca ekstrem yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Hanya dalam kurun waktu 10 hari, 11-20 April 2023 tercatat suhu mencapai 36,5 hingga 37,2 derajat Celsius. Demikian diberitakan dalam kompas.com per 26 April 2023.Â
BMKG juga merilis, cuaca panas ekstrem ini juga terjadi negara lain. Bahkan  lebih tinggi derajadnya dibandingkan dengan yang terjadi di Indonesia. Sebutlah di Myanmar, India, China, Thailand dan Laos. Di Bangladesh malahan tercatat mencapai 51 derajat Celsius.Â
Dalam siaran pers tertanggal 25 April 2023, BMKG menyebutkan bahwa suhu panas di bulan April yang melanda Asia karena pengaruh gerak semu matahari. Pemanasan global dan perubahan iklim turut serta meningkatkan lonjakan panas di bulan ini.Â
Disampaikan pula bahwa fenomena panas di Indonesia saat ini tidak termasuk dalam gelombang panas. Ini merupakan gerakan semu matahari yang biasa dan terjadi setiap tahun. Dengan demikian, setiap tahun bakal terjadi kondisi seperti ini.
Terkait dengan kondisi ini, BMKG pun menghimbau masyarakat untuk tidak panik namun tetap waspada. Masyarakat yang memerlukan layanan informasi berupa cuaca dan iklim pun dipersilakan untuk dapat memanfaatkan fasilitas yang terhubung dengan BMKG, 24 jam.Â
Akses dimaksud oleh BMKG adalah melalui:
- Website, http://www.bmkg.go.id
- Folow media sosial @infoBMKG
- Aplikasi iOS dan Android 'Info BMKG
- Call Center BMKG, 196
- Langsung menghubungi kantor BMKG terdekat.
Para pakar kesehatan pun mewanti-wanti masyarakat untuk berhati-hati terhadap dampak yang timbul secara langsung bagi tubuh. Heatstroke disinyalir merupakan salah satu dampak serius akibat tingginya suhu panas. Demikian diinformasikan oleh Siti Nadia Tarmizi selaku Karo Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemkes RI kepada kompas.com (26 April 2023).Â
Heatstroke atau sengatan panas terjadi akibat seseorang sering terpapar cuaca panas. Dalam kondisi demikian, tubuh kita tidak dapat mengontrol suhu tubuh. Seseorang yang terkena akan mengalami gejala seperti kebingungan, pusing, tidak sadar, kelelahan dan muntah.Â
Dampak dari panas yang tinggi ini pun akan menimbulkan dehidrasi. Kondisi ini terjadi karena tubuh kekurangan cairan dan elektrolit.Â
Persiapan dan Bekal yang Perlu Dibawa Field Workers
Lalu apakah kita hanya cukup duduk di dalam ruangan dan memindahkan berbagai aktifitas ke ruangan bersuhu sejuk? Nampaknya sulit, utamanya bagi para pekerja di lapangan.Â
Tak perlu panik, namun tetap mengantisipasi kondisi ini dengan melakukan beberapa persiapan diri. Termasuk membawa bekal selama kita bekerja di lapangan.
Pertama, pastikan membawa air putih dalam jumlah yang cukup. Sebaiknya lebih banyak agar kebutuhan terhadap air putih ini tercapai. Minumlah air putih sebelum merasa haus. Para pakar menyarankan untuk menghindari minuman berkafein atau berkarbon.Â
Kedua, memakai sunscreen atau tabir surya. Saat ini, banyak tabir surya yang dijual di market terdekat. Pakailah secara merata di wajah dan leher. Jangan sampai kulit wajah terbakar karena terkena panas yang ekstrem selama berada di luar.
Pemakaian sunscreen tak terbatas pada perempuan saja. Kaum pria pun tak boleh merasa malu untuk menggunakannya saat berada di luar yang sering terpapar  panas matahari secara langsung.
Ketiga, memakai topi. Penutup kepala yang baik dapat membantu mengurangi panas dan cahaya yang mengenai wajah dan leher secara langsung. Cukup banyak penutup kepala yang dapat dipilih.Â
Para petani misalnya, bisa mengenakan caping. Sementara pekerja lain bisa menggunakan topi modifikasi yang tidak perlu dipegang selama melakukan proses pekerjaan.Â
Keempat, memakai pakaian lengan panjang dan tak berwarna hitam. Pakaian berlengan panjang dapat melindungi tangan dari paparan cahaya langsung. Termasuk di dalamnya, memakai celana panjang. Sementara pakaian berwarna hitam tidak direkomendasikan karena menyerap panas.Â
Demikian empat cara sederhana untuk menghadapi situasi panas yang terjadi ketika kita bekerja di lapangan. Waspada lebih baik daripada menindaki apa yang sudah terjadi.Â
Semoga panas ekstrem di Indonesia ini benar-benar hanya efek dari gerak matahari semu setiap tahun seperti yang disampaikan oleh para pakar. Dan kita semua tidak mengalami kendala yang besar terkait dengan fenomena alam ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H