Setiap bepergian baik lewat darat, laut maupun udara selalu bertemu dengan tipe penumpang lain yang terlihat kewalahan. Membawa seabrek barang ditambah lagi dengan menggendong anak kecil. Ada yang memang karena pulang kampung permanen. Tetapi ada pula yang sekedar mudik untuk menengok kampung halaman.
Siapa sih yang tidak akan 'jatuh hati' melihat pemandangan seperti itu. Niat membantu tentu selalu ada. Tetapi tentu saja, perlu dilakukan dengan hati-hati. Jangan sampai maksud baik kita mendatangkan persoalan bagi diri kita sendiri.Â
Pengalaman teranyar saya  pada hari Jumat (14 April 2023) lalu. Dari Radin Inten II Lampung, saya hanya membawa tas berisi laptop dan dua potong pakaian. Sementara, oleh-oleh kemplang yang saya kemas di kardus dinyatakan tidak lolos untuk dibawa masuk pesawat dan disimpan di dalam bagasi penumpang.Â
Saya agak keberatan ketika petugas meminta kardus berisi kemplang itu masuk ke bagasi barang. Alasan saya sekenanya saja, di dalam kardus itu makanan dan bisa penyok jika masuk bagasi barang. Lagi pula, sangat ringan dan beratnya tak melebihi 5 kg. Namun dengan sopan petugas check in menyatakan, persoalannya ada di ukuran barangnya. Jadi tak bisa dibawa masuk.Â
Ya sudahlah, saya mengiyakan petugas untuk menjalankan pekerjaannya. Untung sebelum maju ke bagian pelaporan tiket, saya sempat menggunakan jasa pembungkusan bagasi alias luggage wrapping service dengan membayar jasa sebesar IDR 50.000. Daripada berantakan dan tak dapat dimakan, ya mending merogoh sedikit tambahan kocek dan barang menjadi aman.
Ketentuan ukuran dan berat barang yang dibawa masuk pesawat sebenarnya tergantung pada masing-masing maskapai seperti yang diulas dalam salah satu travel terbesar di Indonesia. Namun umumnya ukuran koper yang diperbolehkan adalah sekira 56cm x 45cm x 25cm. Ukuran ini sudah termasuk roda dan gagang koper. Â Kalau barang semisal kardus ya tergantung pada pertimbangan petugas check in di bandara. Sementara beratnya tak lebih dari 7 kg. Ini berat total untuk seluruh barang bawaan ya.Â
Menolak Permintaan Seorang Ibu Sharing Bawaan
Karena beda pesawat dan waktunya yang cukup lama, maka saya memutuskan untuk tidak check in sekalian hingga Kupang. Bisa santai-santai dulu di Soetta sebelum melanjutkan perjalanan ke Kupang, transit di Juanda Surabaya. Lagi pula, saya harus mengambil bagasi terlebih dahulu di bandara Soetta.Â
Enaknya  kalau check in tanpa bagasi bisa dilakukan secara online. Namun karena ada bagasi barang maka terpaksa antri check in di meja petugas.Â
Saat antri itulah, seorang ibu menghampiri dan menanyakan tujuan akhir saya. 'Ketong sama pak', dengan pesawat yang sama dan tujuan Kupang. Beta bisa minta tolong ko bapak? Koper saya ada dua, jadi beta minta tolong titip bapak. Bisa ko, biar beta sonde bayar bagasi lai,"Â kata si ibu tadi.Â
Dengan tetap bersikap sopan, saya menolak permintaan si ibu. 'Maaf kaka ibu, beta ju ada bawa barang nih. Satu barang ini terpaksa beta taroh di bagasi barang karena sonde bisa bawa naik ke pesawat".Â
Si ibu terlihat kecewa dan menampakkan wajah kurang suka. Tetapi saya kemudian berbalik lagi dan berjalan tertib dalam antrian menuju meja petugas check in. Tetap berusaha senyum meskipun tak disenangi orang karena tidak bisa dititipi barang bawaan.
Peristiwa dimintai tolong oleh penumpang lain  untuk membawakan barang nampaknya cukup banyak dialami oleh penumpang lainnya. Namun sebaiknya ditolak secara halus dan tetap sopan.Â
Alasan penolakan terkait dengan keamanan bagi kita sendiri. Siapa tahu barang bawaan tersebut merupakan barang berbahaya, termasuk berisi narkoba dan zat terlarang lainnya.
Lebih baik menghadapi orang yang bermuka asam karena permintaannya ditolak daripada terkena kasus yang memberatkan kita. Tidak enak kan, mau menolong malah menjadi buntung.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI