Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Lebaran dengan Busana Karya Sendiri ala Siswa SLBN Baradatu

18 April 2023   12:58 Diperbarui: 18 April 2023   12:59 1434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Setelah membuat pola dan mengguntingnya, giliran menjahit dengan menggunakan mesin jahit (dok foto: SLBN Baradatu/Tri/Koordinator program)

Selain untuk ibadah, busana merupakan salah satu bagian penting yang menjadi perhatian saat lebaran. Kaum pria menggunakan baju koko, kopiah dan sarung baru. Para ibu pun tak mau ketinggalan. Bahkan lebih serius dan ketelatenan memperhatikan detail busananya dibandingkan dengan bapak-bapak. 

 Tak hanya busananya yang baru. Warna, motif dan paduan dengan aksesoris menjadi satu paket yang harus diperhatikan ketika merencanakan pengadaan busana baru. Banyak pertanyaan yang sering dipikirkan oleh kaum wanita ini. Apakah cocok dengan warna hijab yang dikenakan? Serasikah warna busana dengan tas? Dan sederetan pertanyaan lainnya.

Bagaimana cara untuk mendapatkan busana sesuai dengan keinginan atau selera pemakainya? Ada dua cara yang biasa dilakukan. Membeli pakaian jadi atau menjahit sendiri dengan memesannya ke penjahit, bahkan membuatnya sendiri. 

Siswi SMALB Baradatu ini telah mampu membuat pola dan menggunting dengan rapi (dok foto: SLBN Baradatu/Tri/koordinator program)
Siswi SMALB Baradatu ini telah mampu membuat pola dan menggunting dengan rapi (dok foto: SLBN Baradatu/Tri/koordinator program)

Banyak sekali model busana yang dapat dibeli, entah dibeli secara online maupun di mall atau butik. Namun seringkali ada kesamaan model. Kebanyakan pemakai terlihat salah tingkah manakala berjumpa orang lain dengan warna dan model pakaian yang sama.

Bagi yang ingin menggunakan busana tanpa kembaran, maka pilihannya adalah ke butik atau memesan ke penjahit.  Sementara yang pandai menjahit sendiri, sudah tentu lebih suka mengeksplor kemampuan untuk menghasilkan busana yang keren. Mengikuti trend, sesuai selera dan model yang digunakan itu tak ada duanya.

Busana Kreasi Sendiri itu Membanggkan

Tak semua orang dapat menjahit busana untuk orang lain atau diri sendiri. Namun dengan berlatih maka seseorang pun mulai trampil untuk melakukannya sendiri. 

Setelah membuat pola dan mengguntingnya, giliran menjahit dengan menggunakan mesin jahit (dok foto: SLBN Baradatu/Tri/Koordinator program)
Setelah membuat pola dan mengguntingnya, giliran menjahit dengan menggunakan mesin jahit (dok foto: SLBN Baradatu/Tri/Koordinator program)

Bagi orang yang berkategori normal, mungkin saja ketrampilan itu cepat diperoleh. Namun tidaklah bagi orang yang berkategori difabel seperti anak-anak SLBN Baradatu, Kabupaten Way Kanan, Lampung ini. 

Mereka harus belajar secara berulang hingga benar-benar terbiasa. Seperti siswi yang belajar menjahit ini. Untuk memasukkan benang ke lubang jarum saja mereka memerlukan proses yang cukup lama. Belum lagi kegiatan menggambar pola dan menggunting. 

Namun jangan dikira mereka cepat putus asa. Jauh sekali pemikiran itu dari kamus hidup mereka. Sekali, dua kali mencoba tetapi tidak bisa. Besoknya mengulang kembali sampai bisa melakukannya sendiri tanpa panduan dari guru-guru, pendamping yang tak kalah sabar pula. 

Hanya satu cita-cita para guru pendamping ini. Berkomitmen untuk memandirikan anak didik mereka di kemudian hari. Mendidik mereka agar bisa menggunakan ketrampilan mereka untuk menata dan menjamin hidup di masa depan. Dan yang pasti, berharap anak-anak didik berkategori difabel ini tidak tergantung dari orang lain, hidup dari belas kasih keluarganya.

Ada bagian tertentu yang perlu dijahit dengan tangan secara bersama-sama (dok foto: SLBN Baradatu/Tri/Koordinator program)
Ada bagian tertentu yang perlu dijahit dengan tangan secara bersama-sama (dok foto: SLBN Baradatu/Tri/Koordinator program)

 Apresiasi Bagi Siswa Difabel yang Kreatif 

Lalu bagaimana kita dapat mendukung siswa-siswi ini untuk mengembangkan kreatifitas dan menumbuhkan semangat kemandirian di dalam diri mereka? Hal pertama dan utama adalah menghargai karya mereka. 

Menghargai karya mereka dapat dengan berbagai cara. Diantaranya membantu menyediakan bahan kain bagi mereka untuk berlatih. Atau memberi satu-dua alat untuk mendukung kegiatan menjahit yang mereka lakukan. 

Tentunya, ikut serta memakai hasil karya anak-anak difabel ini dengan bangga. Sekalipun mereka memiliki keterbatasan, ternyata ada ketrampilan yang telah dimiliki. Bahkan melebihi anak-anak berkategori normal. 

Bangga Menggunakan Busana Sendiri Saat Lebaran

Bagi kedua siswi SMALB Baradatu ini, berhasil membuat pola, memotong dan menjahitnya sendiri adalah sesuatu yang sangat membanggakan. Tak hanya bagi diri sendiri, tetapi para guru dan orang tua pun sangat bersyukur atas capaian ini.

Kedua siswi ini bahkan sudah tak sabar lagi untuk mengenakan busana rancangan dan jahitan mereka sendiri. Bahkan siswi-siswi ini pun menyanggupi apabila ada yang memesan busana lewat mereka. 

Tertantangkah kita untuk mendukung kreatifitas anak-anak difabel ini? Semoga banyak dari kita yang ikut memberi motivasi pada mereka. Paling tidak, merasa bangga jika suatu waktu memakai rancangan mereka dalam berbagai momen. Termasuk di hari raya Lebaran. Bersukacita dengan menyenangkan sesama kita yang memerlukan dukungan. 

Inilah busana karya siswi SMALB Baradatu, Way Kanan, Lampung (dok foto: SLBN Baradatu/Tri/Koordinator program)
Inilah busana karya siswi SMALB Baradatu, Way Kanan, Lampung (dok foto: SLBN Baradatu/Tri/Koordinator program)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun