Teman saya yang nonkristiani menanyakan tentang telur paskah. Â "Apakah kegiatan menghias telur paskah dan acara seru-seruan mencari telur paskah adalah bagian dari ibadah umat kristen?"Â
Dan saya tersenyum lalu menjawab dengan tegas, "Tidak'. Itu hanya tradisi di saat paskah. Sama seperti kelinci paskah dan permen paskah.
Sejak kecil, biasanya kami suka sekali untuk mengikuti lomba merias telur paskah dan lomba mencari telur paskah yang disembunyikan oleh panitia atau kakak-kakak OMK di sekitar area permainan.Â
Pada akhir permainan, akan diumumkan siapa raja dan ratu telur paskah. Â Tentu saja yang berhasil mengumpulkan telur terbanyaklah yang dinobatkan menjadi raja dan ratu.
Sementara kakak-kakak yang sudah mampu mewarnai telur dan membuat dekorasi akan mengkuti lomba mewarnai dan mendekor telur. Jadilah permainan yang seru ala anak-anak dan remaja. Biayanya murah tetapi meriah dan semuanya happy.Â
Biasanya permainan menghias dan mencari telur paskah dilakukan seusai misa pagi. Anak-anak akan berkumpul di sekitar aula Gereja atau tempat yang representatif untuk bermain dengan telur paskah ini.
Seringkali orang tua ikut serta untuk mendampingi anak-anak. Mereka memberi semangat pada anak-anak  yang dengan riang berjalan hilir mudik untuk mencari telur paskah. di balik kursi, di bawah pohon, rerumputan atau tempat lain yang dianggap sulit dilihat.Â
Paskah itu Penuh Gembira
Paskah adalah perayaan yang penuh kegembiraan sebab merayakan kebangkitan Kristus. Karenanya, kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan pada hari Raya Minggu Paskah itu penuh dengan sukacita. Kegembiraan yang dimaksud adalah bukan berkaitan dengan perilaku negatif tetapi acara yang memiliki makna bagi kehidupan umat kristiani.
Selain kegiatan mencari dan merias telur paskah, masih banyak kegiatan kaum muda di dalam lingkup paroki. Kegiatan olahraga seperti bola volley atau futsal merupakan rangkaian kegiatan yang biasa dilakukan saat Paskah. Termasuk lomba vokal group atau paduan suara.Â
Sekedar tentang Asal usul Telur Paskah
Telur paskah bukanlah acara yang lahir dari gereja. Tetapi diadaptasi dari kebudayaan luar.
 Konon, bermula dari festival anglo-saxon. Festival ini merupakan perayaan yang dikhususkan untuk merayakan kemunculan Dewi Eastre setiap musim semi. Diyakini, momentum ini adalah kebangkitan alam setelah musim dingin.
Beberapa misionaris Kristen kemudian mencoba untuk memasukkan unsur ini ke dalam acara di Gereja. Harapannya, acara yang berlangsung bersamaan akan mendorong pertobatan apabila ada simbol tertentu yang dibawa.
Telur adalah simbol dari Dewi Eastre. Telur dimakan dalam festival menyambut Dewi Eastre. Juga dikuburkan dengan maksud untuk mendapatkan kesuburan.  Sejarah tentang tradisi ini dapat  dibaca di https://www.kompas.com.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H