Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Bunda Belida Menabung untuk Membeli Barang Menjelang Lebaran

27 Maret 2023   16:47 Diperbarui: 28 Maret 2023   09:35 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para bunda pemikir dan pengatur ekonomi rumah tangga nan handal (dokpri)

Menabung di dalam kelompok untuk membeli bahan makanan menjelang lebaran adalah salah satu kegiatan rutin di Belida. Seperti apakah modelnya?

Setelah Lebaran, mereka pun akan memulai lagi kegiatan menabung untuk membeli produk makanan menjelang lebaran tahun berikutnya. Itulah kiat para bunda asal Belida dalam menyiasati biaya yang semakin tinggi setiap tahunnya.

Kegiatan ini diawali dengan kesulitan ibu-ibu menjelang lebaran. Jangankan untuk membeli pakaian baru. Membeli kebutuhan pokok seperti beras, daging, telur, minyak goreng pun mereka tak punya uang.

Jalan satu-satunya dan sering dilakukan adalah meminjam uang. Meminjam dengan mengijonkan aset dari kebun. Biji kopi atau lada yang masih hijau. Atau menjaminkan kebun singkong dan jagung yang hampir panen.

Dengan kondisi keuangan yang tidak pasti, maka belum tentu para ibu ini memegang uang. Padahal kebutuhan pastinya tetap ada. Perlu dimaklumi karena pendapatan mereka serba tidak pasti. 

Ketua kelompok menabung, bunda Santi sedang merekap setoran tabungan para bunda Belida (dokpri)
Ketua kelompok menabung, bunda Santi sedang merekap setoran tabungan para bunda Belida (dokpri)

Seringkali para bunda kebingungan menjelang hari Raya Lebaran. Sebabnya, banyak dana yang harus dialokasikan untuk membeli kebutuhan hidup. 

Paling tidak, memikirkan pembelian bahan-bahan dasar makanan dan keperluan untuk pakaian keluarga. Tak hanya itu, termasuk pengeluaran transportasi dan biaya lain apabila ingin melakukan perjalanan. 

Agar kebutuhan yang banyak itu dapat diakomodir menjelang Lebaran, maka para bunda Belida ternyata telah memikirkannya jauh-jauh hari. Mereka berkumpul dan melakukan arisan. Selain itu, menjalankan aktifitas menabung untuk membeli sembako atau kebutuhan pokok makanan.

Tabungan ini disesuaikan dengan kesanggupan dam barang apa yang ingin dibeli. Setiap minggu mereka akan melakukan pertemuan. Saat itulah, tabungan pun dikumpulkan pada orang yang dipercaya sebagai bendahara.

Selain tabungan untuk tujuan membeli sembako menjelang Lebaran tiap tahun, para ibu pun mempunyai tabungan khusus. Buku tabungan dibawa pulang setelah menabung. Sedangkan buku induk dipegang oleh ketua.

Ibu-ibu luar biasa. Dengan berbagai keterbatasan, mereka masih bisa berpikir untuk masa depan. Sedikitpun tak apalah bunda. Toh berdikit-dikit, lama-lama menjadi bukit. 

Walaupun baru berjalan dua tahun, kelompok ini kini telah berjumlah 17 orang. Dan setelah lebaran tahun 2023, bakal dibuka lagi bagi anggota baru.

Ke depan, para ibu ini akan mengembangkan koperasi bersama. Tujuannya, untuk mencapaia kesejahteraan bersama para anggotanya.

Semua kegiatan ibu-ibu ini diharapkan dapat diintegrasikan melalui kegiatan koperasi. Membangun diri melalui kerja sama yang baik.

Tabungan ibu di Belida untuk membeli sembako menjelang Lebaran (dokpri)
Tabungan ibu di Belida untuk membeli sembako menjelang Lebaran (dokpri)

Ibu-ibu Tangguh dan Kreatif

Kelompok ibu ini berdomisili di pinggir trans Sumatera. Tepatnya, di Dusun Bukit Jambi. Areal ini masuk dalam wilayah administrasi  Kampung (desa) Gunung Katun, Kecamatan Baradatu, Way Kanan, Lampung. 

Pekerjaan utama mereka adalah menderes karet, merawat kebun kopi dan lada. Juga bertanam jagung dan singkong untuk dijual. Beberapa ibu juga berprofesi sebagai penambang emas yang biasa dinamakan sebagai ngelimbang. 

Ibu-ibu ini termasuk kreatif. Tak hanya berharap pada satu pekerjaan saja. Juga tak mau tergantung sama suami-suami mereka. Seringkali, mereka terlihat berjualan sayuran keliling kampung. Bahkan ada yang sudah bisa berjualan secara online.

Menjadi buruh pada orang lain pun sering dilakoni. Memutil kopi atau lada dengan sistem persenan. Beberapa ibu juga sering menderes karet orang dengan sistem bagi hasil.

Beberapa ibu kini mulai merintis pembuatan aneka handy craft dengan memanfaatkan sisa kain. Mereka telah mampu membuat dan menjual aneka keset, sarung hp, tas, tatakan gelas, dan gantungan kunci. 

Pembuatan produk ini masih dalam junlah terbatas. Sebab utamanya, pasar masih terbatas. Baru ada satu pasar tetap di Jakarta. Namun berpatokan pada sistem order. Dikerjakan apabila ada yang pesan.

Usaha mereka pun sudah diperhatikan oleh Dinas Perindustrian Kabupaten Way Kanan. Beherapa kali, dinas perindustrian berkunjung untuk memberi penyuluhan. 

Juga memberi lesempatan spesial kepada ibu-ibu ini untuk mengikuti pameran di Bandar Lampung. Semua biaya yang timbul akibat keikutsertaan para ibu ini ditanggung oleh dinas dan PT BWKM selaku perusahaan yang mendampingi para ibu ini. 

Ini adalah kerajinan tangan gantungan kunci dari sisa kain karya ibu-ibu Belida, harga IDR 5.000 per pcs (dokpri)
Ini adalah kerajinan tangan gantungan kunci dari sisa kain karya ibu-ibu Belida, harga IDR 5.000 per pcs (dokpri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun