Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Impor 200 Ribu Ton Daging Namun Harga Tetap Naik

25 Maret 2023   11:24 Diperbarui: 26 Maret 2023   19:35 1693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sidak pasar Kramat Jati Jakarta oleh Kepala BAPAN dan Bulog pada Jumat, 117-3-2023 (dok foto: CBNC Indonesia/Myrtiasari)

Harga daging has per Jumat, 24 Maret 2023 telah mencapai IDR 170.000 per kilogram. Informasi ini dipublikasikan di berbagai media, termasuk oleh media cnbcnindosia.com. Harga demikian terjadi di Pasar Petojo Ilir, Jakarta, Sementara di tempat lain, daging has terendah adalah IDR 146.627 per kg. Lantas, bagaimanakah pergerakan harga daging selama bulan Ramadan ini?

Harga produk yang terus menaik tentu saja menimbulkan persoalan bagi para pembeli. Dalam hal ini, bagi kelompok  menengah ke bawah yang hidupnya pas-pasan. Mereka harus mampu memutar otak untuk menyiasati pengeluaran keluarga. Kenaikan harga menyebabkan rendahnya daya beli. Mengurangi atau benar-benar meniadakan dan berpindah pada produk lain yang mirip dan masih masih dapat dibeli.  

Meningkatnya harga produk juga terjadi pada daging. Memasuki minggu pertama bulan Suci Ramadan, komoditas pangan di Nusantara kita sebagian besar mengalami kenaikan harga. Termasuk di dalamnya daging sapi. Padahal Pemerintah telah memutuskan untuk mengimpor daging. Tak tanggung-tanggung, 100 ribu ton daging sapi dan 100 ribu ton daging kerbau.

Sidak pasar Kramat Jati Jakarta oleh Kepala BAPAN dan Bulog pada Jumat, 117-3-2023 (dok foto: CBNC Indonesia/Myrtiasari)
Sidak pasar Kramat Jati Jakarta oleh Kepala BAPAN dan Bulog pada Jumat, 117-3-2023 (dok foto: CBNC Indonesia/Myrtiasari)

Dalam siaran resminya seperti dirilis kompas.com per 3 Maret 2023, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetio Adi menyampaikan bahwa Indonesia bakal mengimpor 200 ribu ton daging. Sebanyak 100 ribu ton daging sapi diimpor melalui ID FOOD. Sedangkan BULOG diminta untuk impor 100 ribu ton daging kerbau dari India.

Impor daging tersebut sebenarnya bukan saja untuk mengamankan pangan di bulan Ramadan hingga Idulfitri, tetapi menstabilkan daging di tahun 2023. Kebutuhan daging di dalam negeri mencapai 800 ribu ton, namun perkiraan populasi ternak di Indonesia hanya mampu menyediakan 400 ribu ton daging per tahun. Karenanya, Indonesia perlu selalu impor daging sapi, termasuk kerbau dari negara lain. 

Daging kerbau impor asal India ikut meramaikan produk daging di Indonesia (dok foto: kompas.com/Elsa Catriana)
Daging kerbau impor asal India ikut meramaikan produk daging di Indonesia (dok foto: kompas.com/Elsa Catriana)

Mengapa Harga Tetap Naik?

Pertanyaan konsumen adalah mengapa harga tetap naik sekalipun ada impor daging? Lagi pula, stok ternak ruminansia kita kan cukup banyak. Kita punya gudan ternak semisal di Jawa Timur, NTB dan NTT yang dapat memasok ternak ke daerah yang tingkat konsumsi dagingnya besar seperti di Jakarta dan kota besar lainnya. 

Para pengamat dan praktisi mengungkapkan beberapa faktor, mengapa harga daging dan komoditas lain menaik di bulan Ramadan. Paling tidak ada 4 hal berikut yang disinyalir menjadi penyebab kenaikan harga daging. 

 Pertama, belanja daging meningkat

Daging merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dikonsumsi lebih banyak di saat bulan Ramadan. Semua orang pasti tahu dan mengalami, bahwa menu makanan di bulan puasa biasa lebih istimewa dibandingkan dengan menu harian pada bulan lainnya. 

Menu yang bervariasi dan lebih bergizi tentunya membutuhkan bahan-bahan baku yang baik pula. Daging sapi tetelan misalnya, tak akan seenak dan seberkualitas daging has. Dan tentunya, harga pun sangat berbeda antara beli daging sapi tetelan dengan memberi daging has yang dibungkus dengan rapi pula. 

 Kedua, distribusi yang tidak lancar

Pasokan pangan ke setiap daerah yang ada di Indonesia seringkali tidak lancar. Utamanya distribusi ke kota dengan tingkat kebutuhan yang besar. Akibatnya, seringkali barang menjadi langka. Di saat langka tersebut, harga mendadak naik. Belum lagi ada pihak yang ikut bermain dalam menciptakan kelangkaan barang tersebut.

Ternak sapi di Indonesia, populasi banyak tapi belum mampu penuhi permintaan dalam negeri (Rifan Financindo Berjangka via kompas.com)
Ternak sapi di Indonesia, populasi banyak tapi belum mampu penuhi permintaan dalam negeri (Rifan Financindo Berjangka via kompas.com)

Ketiga, naiknya harga daging impor

Harga daging impor, selalu saja naik setiap tahun. Kenaikan harga ini, menyebabkan penyesuaian harga di Indonesia. Selain itu, mahalnya daging sapi di luar negeri juga mengurangi jumlah pembelian. Karenanya, produk daging sapi tetaplah kurang di Indonesia.

Keempat, ketidakpastian stok daging dalam negeri

Populasi ternak ruminansia di Indonesia, terutama sapi sebenarnya cukup banyak. Namun belum mampu meneuhi kebutuhan daging di dalam negeri. Demikian menurut Yudi Guntara Noor selaku Ketua Komite Tetap Kadin yang dirilis oleh kompas.com. 

Namun populasi ternak yang banyak belum tentu mampu menyediakan daging yang banyak pula. Sebab ternak tersebut tidak pasti kapan akan dipotong dan dagingnya didistribusi.  Dengan demikian, stok daging sapi lokal selalu tidak pasti meskipun memeliki populasi ternak yang cukup banyak. 

Apa yang Dilakukan Jika Harga Naik?

Bagi orang yang berduit, kenaikan harga barang tak mengusik kenyamanannya dalam berbelanja. Namun tidaklah demikian bagi kelompok yang hidup dengan ekonomi pas-pasan. Mereka harus berpikir strategis untuk mengatasi persoalan kenaikan harga ini. Mengurangi, atau mengganti produk.

Masakan rendang sapi sering hadir dalam menu selama bulan puasa )dok foto: website Sari Ratu via kompas.com)
Masakan rendang sapi sering hadir dalam menu selama bulan puasa )dok foto: website Sari Ratu via kompas.com)

Sayangnya, ketika ingin menggantikan produk daging sapi dengan bahan lainnya, ternyata pangan yang diincar pun ikut-ikutan naik. Jadinya, mengurangi apa yang sudah direncanakan. Jika awalnya makan daging berkualitas setiap hari, maka dapatlah dikurangi menjadi 3-4 kali saja. Kurangi makan rendang, dendeng dan aneka makanan lain yang menggunakan daging berkualitas.

Apapun itu strateginya, yang penting kualitas puasanya tetap dijaga hingga tiba hari kememangan itu. Selamat menjalankan ibadah puasa. Semoga puasanya paripurna. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun