Para petani ladang di NTT, menganut sistem bertanam secara multiple cropping. Tak hanya menanam satu jenis tanaman alias monokultur di ladang mereka.
Pengalaman mereka membuktikan, sistem multikultur ala petani subsisten lebih menjamin ketahanan pangan petani daripada monokultur. Jika satu jenis tanaman mengalami kegagalan, maka petani masih dapat memanfaatkan tanaman lainnya.
Kelebihan Sorgum
Sorgum dapat dimanfaatkan sebagai pangan utama. Dapat menggantikan posisi beras yang kini masih menjadi pangan utama penduduk Indonesia. Selain itu, sorgum dapat dimanfaatkan pula untuk pakan ternak.
Kelompok serealia yang satu ini memiliki kandungan gizi yang tak dapat diremehkan. Hampir setara dengan gizi yang dimiliki oleh beras, pangan utama penduduk Indonesia saat ini.
Pakar IPB Profesor Supriyanto mengungkapkan, jumlah energi yang dihasilkan oleh sorgum per 100 gram adalah sebesar 332 Kkal, sementara beras sebesar 360 kkal. Sorgum juga mengandung kalsium, zat besi, fosfor, dan vitamin B1.
Dari segi karbohidrat, kandungan yangi dimiliki sorgum adalah 73 gram dibandingkan dengan beras (78,9 gram). Sorgum juga lebih banyak mengandung fruktosa daripada glukosa. Karenanya, para penderita diabetes dan yang ingin diet untuk membuat berat badan ideal disarankan untuk bisa mengganti nasi dengan sorgum.
Sorgum juga sangat baik untuk digunakan sebagai pakan ternak. Seluruh bagian sorgum dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak. Batang, daun dan biji sorgum.
Dari aspek agronomis, sorgum ternyata tumbuh dengan baik sekali di lahan kering dan gersang. Tak perlu input tambahan berupa pupuk dan pestisida. Artinya menghemat biaya dibandingkan dengan kegiatan bertanam padi dan jagung.
Kendala Menuju Republik Sorgum
Sekalipun memiliki luas lahan sebesar 4.355 Ha, mimpi Indonesia untuk menjadi Republik Sorgum belum terealisasi. Tanaman ini sudah mulai dikembangkan di luar provinsi yang menjadi sentra produksi. Namun masih banyak kendala yang dihadapi untuk mengembangkannya.