Pertama-tama, terima kasih untuk artikel dari Bang Felix Tani berjudul "Sekolah Pukul Lima Pagi dan Etos Kerja Orang NTT" yang begitu menggugah. Engkong Felix secara terbuka menyampaikan, gubernur NTT tak paham tentang etos kerja orang NTT sehingga melabeli masyarakatnya sendiri dengan kata malas, bodoh dan tidak mau maju.
Selanjutnya, saya ingin menyampaikan kepada Bapak Gubernur dan pejabat-pejabat NTT lain yang berpandangan sama. Pendapat seperti itu, sangat melukai kami. Dan tidak sesuai dengan fakta.Â
Coba bapak-bapak pejabat melihat lebih jauh lagi. Apakah kemiskinan, gizi buruk dan persoalan kesejahteraan sosial yang masih rendah itu karena rakyatnya malas, bodoh dan tidak mau maju?
Saya katakan bahwa kami rakyat NTT ini tidak memalas dan tidak bodoh. Kondisi lahan yang kering tetap digarap petani dengan rajin . Petani bekerja saban hari untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.Â
Dalam kondisi demikian, masyrakat tetap bertanam padi, jagung, singkong, dan kacang-kacangan. Sudah lama menanam tanaman umur panjang seperti mente, kemiri, kelapa dan pinang. Memelihara ternak sapi, babi dan kambing untuk dijual. Kaum ibu pun rajin menenun dan menganyam sambil memasak.Â
Di beberapa tempat, ibu-ibu telah bangun pukul 04.00 wita untuk pergi mengambil air di tempat yang lumayan jauh. Coba, sesekali bapak-bapak pejabat ini pergi dan menginap beberapa malam di Pulau Pura, Alor sana. Pasti akan tahu jam berapa anggota keluarga itu bangun pagi untuk melakukan aktifitas harian mereka.
Terkait etos kerja, bapak Gubernur tak perlu meragukan kami. Sebab kami dididik untuk berjuang mengatasi gersangnya alam NTT. Tentu saja Bapak juga tahu, mengapa banyak rakyat usia produktif menjadi TKI di luar negeri.Â
Mereka, para TKI itu mau pergi bekerja memetik sawit di Malaysia. Atau menjadi pembantu rumah tangga di Hongkong, Taiwan dan Singapura. Tujuan mereka satu, mengangkat derajat hidup keluarga.Â
Tmeup on Atef Tah on Usif
Motto Tmeup on Atef, Tah on Usif artinya, "Bekerja seperti hamba, makan seperti raja". Motto ini telah diwariskan secara turun-temurun dari nenek moyang kami Atoni Timor. Semboyan ini selalu disampaikan kepada kami saat anak-anak ikut serta bekerja bersama di kebun atau pergi mencari sapi di hutan.
Paling penting dari motto ini adalah bahwa orang tua kami menyatakan ini bukan sebatas bicara. Tetapi dilakukan dengan baik. Bagi orang tua, memberi contoh nyata itu akan ditiru oleh anak-anak mereka. Tak sebatas kata-kata, lalu meminta anak-anak melakukannya. Sementara orang tua boleh tidak menjalankannya.