Ribuan anak sekolah negeri Nasib Tak Tentu bakal dikirim ke negara-negara lain. Untuk belajar bahasa. Menekuni teknologi terkini di sana lalu pulang untuk mengabdi di negerinya.Â
Tentu saja, kepergian anak-anak ke luar negeri atas biaya pemerintah. Dan saat kembali, mereka pun dapat mengakses lapangan kerja seluas-luasnya di negerinya.
Tak cuma itu. Pertanian digenjot. Tanaman pangan khusus dikembangkan. Juga ternak yang telah lana menjadi andalan masyarakat di perbaiki. Tujuannya, negeri Nasib Tak Tentu berkembang menjadi negeri jagung dan gudang ternak.
Lalu bidang pariwisata pun tak lolos dari perhatian. Agar wisman dan wisnu bisa berdatangan. Tak hanya di negeri tetangga.
Poko e, poko e. Semua harus disentuh. Revolusi. Tujuannya satu, rakyat sejahtera.
Namun apa hendak dikata. Kenyataan tak seperti janji manis di masa kampanye.
Tahun pertama berlalu. Safari dari daerah ke daerah dilkukan. Sebab, rakyat negeri Nasib Tak Tentu tersebar di banyak pulau. Jadi harus bertemu. Terutama dengan konstituen yang perolehan suaranya terbanyak.
Tahun kedua, janji-janji manis kampanye tak nampak. Sifat asli sang pemimpin mulai nampak. Menggantikan semua pembantunya dengan orang-oranya. Yang manut harus ditenoatkan sebagai pembantu. Yang mbalelo digeser.Â
Beberapa peraturan mulai diterapkan. Lebih banyak mengatur kehidupan personal rakyat, dibandingkan dengan aturan yang bersifat umum.Â
Para pembantunya mulai gerah. Kasak-kusuk, bisik-bisik di kalangan mereka. Namun tak berani berkata ketika berhadapan dengannya. Titah dia, adalah amanat yang harus dijalankan.Â