Di level petani, masih kesulitan untuk menerapkan yang namanya Kadar Kering Karet (K3). Padahal, perbandingan harga getah karet yang telah disimpan seminggu lebih, harganya lebih mahal. Namun petani di sini masih belum tertarik untuk melakukannya. Ada kekhawatiran, semakin disimpan maka bobot karetnya akan semakin sedikit.
3. Bayar di depan
Salah satu faktor yang membuat petani untuk tidak menjual hasil karetnya ke pengepul lain dengan harga yang lebih tinggi, adalah terkait dengan peminjaman uang.Â
Petani sering mengambul peralatan dari pengepul. Juga mendapatkan keunggulan semisal asam semut (asamformat), tawas dan cuka (asam asetat) yang disediakan oleh pengepul. Bayarnya, saat penimbangan karet.
Tak hanya itu. Ketika petani karet memerlukan sejumlah uang untuk kebutuhan dalam keluarga, pengepul dapat memberikan semacam pinjaman dengan jaminan hasil karetnya bakal disetor ke pengepul.
Jadinya, hasil timbangan hari ini untuk membayar utang pada waktu lalu. Dan pulang dengan meminjam sejumlah uang untuk kebutuhan lain. Demikian, proses ini mengikat petani dan pengepul dalam melakukan transaksi jual beli hasil getah karet.
4. Rendahnya perawatan pohon
Karet rakyat jarang dirawat. Paling tinggi, melakukan pembersihan rerumputan dan semak liar dengan menyewa tukang potong rumput atau menyemprot area kebun dengan herbisida.
Penyadapan karet juga sering terlalu dalam, hingga melukai kayu karet. Akibatnya, memerlukan waktu yang lebih lama untuk sembuh dan dilakukan pengulangan penyadapan.
Beberapa petani telah memupuk kebun karetnya dengan pupuk kimia sekali setahun. Namun pupuk ini pun langka, manakala dicari. Di sisi lain, penggunaan pupuk organik, pembuatan rorak di sekitar tanaman jarang dilakukan.