Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Jangan Membunuh Belalang Sembah Jika Berjumpa Dengannya

30 Januari 2023   17:31 Diperbarui: 31 Januari 2023   19:55 3374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi belalang sembah.| Pixabay/Josch13 via Kompas.com

Belalang sembah, disebut pula sebagai belalang sentadu. Penduduk Kota Kupang di NTT menamakannya Doko-doko. Hewan ini dikenal dengan nama ilmiah Mantodea dyctyoptera. Kehadiran mereka sangat membantu petani sebab si Doko-doko ini menjadi predator bagi beberapa hama tanaman.

Pagi ini, seekor belalang sembah kecil menempel di punggung teman saya seusai kami keluar dari kebun kopi. Rupanya si kecil ini mencoba berpindah tempat dan ternyata yang disasar bukan tanaman di kebun. Alhasil, ia menjadi penumpang gelap di sekitar baju rekan tadi.

Karena ada sesuatu yang mengganjal di belakang, maka sahabat saya menggerakkan tangannya dan seketika sentadu kecil berwarna cokelat itu pun jatuh ke tanah. Dan secara refleks ia hendak mematikan makhluk tak bersalah itu.

Belalang Sembah, pintar menunggu mangsanya untuk disergap dan dilahap (dok foto: protan.faperta.unej.ac.id/Agus Agus Purnama Romadoni)
Belalang Sembah, pintar menunggu mangsanya untuk disergap dan dilahap (dok foto: protan.faperta.unej.ac.id/Agus Agus Purnama Romadoni)

"Bro..., jangan dibunuh. Berikanlah kesempatan kepadanya untuk hidup sebab mungkin dia berpikir, dirimu itu sama dengan pohon kopi," Selorohku sambil mengamati sentadu kecil yang terjatuh ke tanah. "Lagi pula dia tak bisa membedakan mana pohon dan mana badanmu," Demikian saya berteriak mengingatkan sahabat tadi.

"Kenapa tak boleh membunuh belalang ini?" Tanya temanku dengan penasaran. Lalu saya pun menjawabnya, bahwa paling tidak ada dua alasan untuk tidak mematikan si sentadu kecil tadi.

Pertama, kita telah memasuki habitat mereka dan mengusik ketenangan makhluk hidup yang ada di sana, termasuk belalang sembah tadi. 

Kedua, belalang sembah ini adalah sahabat petani, sebab mereka adalah musuh alami yang berfungsi sebagai predator beberapa hama pengganggu tanaman di kebun.

Begini si belalang sembah mencengkeram dan memangsa makanannya (dok foto: id.wikihow.com)
Begini si belalang sembah mencengkeram dan memangsa makanannya (dok foto: id.wikihow.com)

Peran Belalang Sembah Sebagai Predator Hama

Belalang sembah memiliki habitat yang lumayan luas. Kehadiran mereka, seringkali berkaitan dengan banyaknya mangsa yang ada di sekitar. Suka hidup di semak-semak, di kebun yang sedang ditumbuhi aneka tanaman, sawah dan di pepohonan. Beberapa diantaranya, hidup dengan menyamarkan warna sesuai dengan alam untuk menjebak mangsanya.

Di dinding atau plafon rumah, mereka pun terlihat sebab ada mangsa yang diincarnya. Laron, serangga, ngengat, hingga cicak. Kehadiran mereka di rumah, janganlah diusik. Sebab mereka membantu pemiliki rumah untuk mengeksekusi 'para tamu yang tak diundang' seperti kecoa dan lalat.

Dalam rantai makanan, peristiwa memakan dan dimakan adalah sesuatu yang alami. Yang lebih kuat memangsa yang lebih lemah. Berlaku hukum alam untuk menjaga keseimbangan hidup, tidak memberi peluang bagi suatu kelompok hewan untuk over populasi. 

Belalang sembah, termasuk salah satu kelompok hewan yang memanfaatkan hewan lain untuk dimakan. Bahkan disebut pula sebagai karnivora yang ganas karena seringkali menyerang dan memangsa hewan lain yang ukurannya lebih besar daripadanya.

Berburu mangsa ala belalang sembah (dok foto: indozone.id)
Berburu mangsa ala belalang sembah (dok foto: indozone.id)

Beberapa jenis makanan Sentadu adalah berbagai serangga, laba-laba, cacing, reptil, dan amphibi berukuran kecil. Termasuk juga memakan larva yang ada di sekitar mereka. Bahkan anak-anak burung yang ditinggal pergi oleh induknya, dapat dijadikan sebagai mangsanya.

Anak belalang Sembah, seringkali ditemukan di rumah. Mereka sudah hidup mandiri sejak kecil dengan memangsa hewan kecil di sekitar. Janganlah kita membunuhnya karena ia hadir di sana untuk memangsa kecoa berukurun kecil, jangkrik, lalat, dan serangga lain yang sering mengganggu rumah kita.

Di kebun pun demikian. Protan.faperta.unej.ac.id mendeskripsikan secara singkat, bahwa hama seperti kutu daun, ulat dan larva-larvanya merupakan makanan mereka. Kehadiran mereka, tentu saja tidak mengganggu tanaman, sebab mereka tidak memakan daun melainkan daging hewan lain.

Belalang Sembah, memangsa hewan hidup. Demikian informasi dari id.wikihow.com. Lengan bawahnya yang terlihat bergerigi biasa digunakan untuk mencengkeram mangsanya agar tidak terlepas. Selanjutnya, mangsa yang sudah tak berdaya itu akan dilahapnya.

Tak hanya memangsa hewan lain. Si betina pun sering memakan belalang sembah jantan saat melakukan perkawinan. Ia menjadi kanibal bagi sesamanya. Barangkali si betina berpikir, Habis manis sepah dibuang. Sementara sang jantan tetap bertahan demi membuahi si betina agar kelangsungan hidup jenis mereka tetap lestari.

Belalang sembah jantan melawan ketika si betina memangsanya di saat kawin, demi melestarikan jenisnya  (dok foto: kompas.com/Oliver Koemmerling)
Belalang sembah jantan melawan ketika si betina memangsanya di saat kawin, demi melestarikan jenisnya  (dok foto: kompas.com/Oliver Koemmerling)

Tetapi tak perlulah kita menjadi takut dengan belalang sembah. Tak mungkin mereka memangsa kita. Juga tak menggigit kita, sekalipun mereka disebut sebagai si kanibal nan ganas.

Jadi, janganlah membunuhnya  apabila melihat belalang Sentadu ini berkeliaran di sekitar kita. Biar mereka hidup, sebab membantu memangsa hewan lain yang menjadi pengganggu di rumah atau hama bagi tanaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun