Meskipun kini sudah hampir tak ada lagi, dahulu ada beberapa syarat bagi seorang perempuan dan laki-laki ketika memilih untuk berumah tangga. Salah satu syarat tersebut, berkaitan dengan keterampilan.
Ya, pernikahan tak semata-mata dilihat dari aspek kematangan biologis. Tetap dipertimbangkan juga, persiapan lain sebagai bekal saat seorang pria dan wanita menikah dan membentuk keluarga baru.
Dalam kehidupan berumah tangga di kampung saya, sebagian besar kebutuhan hidup, Â utamanya pangan, sandang dan papan harus dikerjakan secara mandiri. Hanya barang-barang tertentu yang tak dapat diproduksi saja yang dibeli.
Layaknya kehidupan berumah tangga di daerah lain, kebiasaan atau aturan tak tertulis yang sudah menjadi tradisi adalah pembagian kerja antara pria dan wanita. Berikut ini, tiga keterampilan utama dari pria dan perempuan yang perlu dilatih sebagai bekal ketika membentuk rumah tangga baru.
Pria: berkebun, membuat rumah, dan kerajinan tangan
Berkebun, adalah pekerjaan utama kaum pria yang hidup di pedesaan. Sebagai kepala keluarga, setiap tahun seorang bapak harus membuka lahan baru untuk ditanami dengan aneka tanaman pangan, terutama dengan padi, jagung dan ubi kayu.
Proses pembuatan kebun, terdiri atas beberapa tahapan. Ada tahap yang memang lebih banyak dikerjakan oleh pria, yaitu menebas semak, memanjat dan memotong kayu, membakar lahan dan membuat pagar sekeliling kebun.
Sementara pekerjaan lain seperti membakar sisa-sisa potongan semak yang tak terbakar, menanam, mencabut gulma hingga panen, biasanya dikerjakan secara bersama-sama. Tak hanya bersama isteri, tetapi seluruh anggota keluarga yang sudah bisa bekerja, akan dkerahkan semuanya ke kebun untuk bekerja.
Membuat rumah, juga menjadi tanggung jawab seorang ayah atau calon ayah. Mengumpulkan ilalang untuk atap rumah dan kayu untuk konstruksi rumah menjadi tanggung jawab utama pria. Termasuk, saat membuat atap rumah, hanya kaum pria yang naik untuk mengatap. Sementara para ibu akan memasak, atau jika tak ada tenaga yang membantu bapak saat mengatap rumah maka mereka akan mengambil alih peran tersebut, sebagai kenek.
Masih terkait dengan panjat-memanjat pohon atau sesuatu yang perlu diambil di ketinggian. Kaum ibu, dianggap kurang sopan ketika mereka harus memanjat pohon atau mengatap rumah. Namun ada juga beberapa orang yang terpaksa memanjat pohon karena tak ada pilihan, misalnya hidup menjanda. Mau tidak mau, ia harus melakukannya.
Apabila ada perempuan yang melakukan pekerjaan-pekerjaan ini, maka sering danggap sebagai orang yang noen atoin (mirip laki-laki). Karenanya, sejak kecil orang tua akan mengarahkan anak laki-laki untuk mengerjakan pekerjaan yang dianggap sebagai bagian laki-laki. Juga berlaku sebaliknya. Anak gadis akan diajarkan untuk mengerjakan bagian yang dianggap cocok bagi mereka, perempuan.
Kerajinan tangan yang harus dikerjakan oleh seorang ayah, adalah membuat tali tambang untuk mengikat sapi, kerbau, kambing dan kuda. Cara membuatnya, memintalnya secara rapi hingga lebih kurang 10 meter. Beberapa keahlian lain, membuat pelana kuda yang tak dimiliki oleh semua orang.
Selain itu, beberapa kerajinan tangan yang masuk pada urusan kaum pria adalah membuat aneka sendok dan irus dari tempurung kelapa atau kayu, bale-bale atau tempat tidur, meja makan dan tempat duduk.
Perempuan: memasak, menenun dan menganyam
Pekerjaan utama seorang perempuan atau ibu adalah mengolah dan memasak makanan untuk seluruh anggota keluarganya. Pagi hari, ia harus bangun lebih awal dan menyibukkan diri di dapur. Menjerang air, menanak nasi atau bahan lain yang perlu dimasak bagi keluarga. Juga menumbuk padi, atau jagung untuk dijadikan jagung bose.
Sering kali, Â mereka hanya memasak sebanyak dua kali. Pagi sekaligus untuk siang, dan di sore hari untuk makan malam sekeluarga. Jika suami telah pergi ke kebun lebih awal karena harus terlebih dahulu melihat ternaknya, maka si ibu baru akan menyusul membawa makanan di kebun.
Kadang, makan siang baru akan dimasak di kebun sambil mengerjakan pekerjaan yang perlu dilakukan di kebun. Misalnya menanam padi, jagung atau mencabut gulma ketika rerumputan tersebut tumbuh dan mendominasi kebun mereka.
Menenun itu sesuatu yang harus dilakukan oleh seorang ibu. Perempuan yang telah menikah, tetapi tidak terampil menenun kain, dianggap tidak rajin. Seringkali dipergunjingkan oleh tetangga yang suka kepo pada orang lain.
Selain memasak dan menenun, keterampilan menganyam pun harus dipelajari. Keterampilan ini sangat penting dalam kehidupan berkeluarga di kampung-kampung yang ada di daratan Pulau Timor. Lagi-lagi, seorang ibu akan dicap kurang rajin, manakala tak pandai menganyam tikar, membuat bakul dan nyiru, termasuk kipas api.
Pekerjaan memasak, menenun, dan menganyam itu adalah ranah kaum ibu. Jika ada pria yang melakukannya, maka ia dianggap lebih feminin atau orang-orang kampung menamakannya noen bife (mirip perempuan). Namun, sebenarnya tidaklah demikian. Hanya karena sudah menjadi tradisi.
Demikian beberapa keterampilan penting di Pulau Timor, yang harus dikuasai secara khusus oleh pria dan wanita yang beranjak dewasa dan siap untuk membentuk rumah tangga baru melalui pernikahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H