Aktifitas para ibu di sela-sela memasak, atau ketika hujan dan terik matahari cukup menyengat. Para ibu, jarang istirahat di siang hari. Waktu istirahat siang, dipergunakan untuk kegiatan lain, diantaranya menenun atau menganyam.
Sekarang ini, kegiatan menenun sudah dikoordinir. Sebab tujuan memenun bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan sandang rumah tangga. Tetapi sudah dikerjakan untuk dijual. Tak hanya dijual di sekitar tetapi telah dijual di daerah lain pula, termasuk ke luar negeri.
Salah satu kelompok penenun ini adalah Kelompok Wanita Primario Oelnitep. Kampung Oelnitep berada di pinggir jalan. Sekira 9 Km ke arah Atambua dari Kota Kefamenanu, ibu kota Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT.
Kelompok Wanita Penenun Primario Oelnitep saat ini, dikordinir oleh Bunda Filipa M. Amaral.
Mereka terdiri dari belasan ibu yang memintal benang, lalu memilih kombinasi warna benang untuk ditenun.
Kelompok ibu-ibu ini menenun sotis saja, sebab buna itu lama dan rumit. Tentunya harganya pun akan berbeda yang mana buna lebih mahal daripada sotis. Hasil tenunan dapat dijual secara utuh atau dalam bentuk potongan-potongan kain yang dijahit untuk keperluan lain.
Produk-produk mereka, biasa dijual di sekitar Kabupaten TTU. Beberapa kali, mereka berhasil memasarkan produk mereka hingga Timor Leste, negara tetangga yang berada satu pulau dengan Timor Barat, milik Indonesia.
Yang menggembirakan, pemerintah daerah setempat, mulai dari level desa hingga provinsi sangat mendukung usaha-usaha ibu ini. Termasuk di dalamnya Dekranasda, yang sering mengundang kelompok pengrajin untuk memamerkan hasil karya mereka, sekaligus menjual produk tersebut dalam berbagai event yang biasa diadakan setiap tahun.
Aneka Produk dari Kerajinan Hasil Tenun
Di samping dijual dalam bentuk kain utuh, sarung tenun ini juga dapat dijahit untuk aneka pakaian. Ada jas, rompi, kemeja, dasi dan topi. Termasuk dibuat untuk aneka tas, dompet, kotak pensil, gantungan kunci dan kotak tisu.