Batangnya berambut panjang dan agak jarang. Seringkali digunakan untuk mengikat, manakala tak ada tali di sekitar dan hanya ada si markisa mini ini. Memiliki daun tunggal yang tumbuh di sepanjang batangnya.
Bunganya termasuk cantik, meskipun tumbuh liar di hutan. Sebab dengan kecantikannya itulah, ia mampu menarik aneka kumbang untuk datang dan membantu penyerbukannya. Bunganya berwarna putih campur ungu, eksotis.
Setelah terjadi penyerbukan, maka buah markisa mini ini mulai dibungkus oleh semacam jaring yang berasal dari kelopak bunga. Di dalam buah ini, terdapat biji-biji yang diselubungi oleh daging buah yang berlendir, seperti umumnya markisa.
Jangan mengambil dan mencoba untuk mencicipi buah markisa yang masih muda dan berwarna hijau, sebab beracun. Buah yang sudah bisa dimakan, ditandai dengan pembungkusnya yang telah berwarna kuning.
Liar Tetapi Banyak Manfaatnya
Rambusa ini memang tumbuh liar, namun sudah banyak yang menjual daun dan buahnya secara online. Daun segarnya dijual dengan harga Rp 32.000 hingga Rp 132.000 per 500 gram di luar ongkos kirim. Buahnya pun sudah masuk bursa penjualan online dengan harga variatif.
Mahal juga ya padahal di tempatku banyak amat. Tetapi itulah, ketika sesuatu telah disiapkan, termasuk digadang-gadang memiliki suatu khasiat, maka beramai-ramailah orang mencarinya. Dan tadinya tak punya harga, mulai dihargai dengan cara diperjualbelikan.
Daun dan buah Rambusa dijual karena dicari orang, utamanya digunakan sebagai obat-obatan herbal. Meskipun banyak manfaatnya, tetaplah perlu berkonsultasi dengan para ahli seperti dokter dan farmakolog.
Saya pribadi, sudah terbiasa mengkonsumsi buah matangnya. Sejak kecil, kami suka mengambilnya di mana saja kami ketemu. Sementara untuk daun dan bagian lain, belum pernah.
Kami sudah terbiasa memakan buah markisa mini matang ini sebab almarhum ibu berpendapat bahwa orang yang panas dalam atau sariawan bisa mengonsumsi buah ini. Jadilah, buah ini menjadi salah satu buah hutan favorit kami, selain jambu, srikaya, kersen, kusambi dan murbei.