Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Akhir Tahun Bersama Sajian Pa'piong Toraja

1 Januari 2023   19:12 Diperbarui: 1 Januari 2023   19:31 1221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pa'piong. Pernahkah sahabat mencoba untuk menikmatinya? Makanan khas Nusantara ini berasal dari Toraja, Sulawesi Selatan. Bisa dimodifikasi layakanya masakan barbeque di akhir tahun.

Pa'piong dimasak dalam buluh bambu. Dikerjakan secara beramai-ramai, dan makannya pun beramai-ramai. Cocok untuk sajian malam tahun baru 31 Desember 2022. Kegiatan bersama di alam terbuka seperti di lapangan atau tepi pantai. Juga dapat dijadikan sebagai menu pilihan keluarga yang di sekitar pekarangan.

Pengetahuan saya terhadap masakan Pa'piong ala Toraja belumlah lama. Sekira tahun 2012, ketika di Wetar, Maluku Barat Daya waktu itu. Beberapa teman kerja asal Toraja, suka sekali mengajak kami untuk membuat masakan ini.

Ternyata, menyiapkan alat dan bahan untuk masakan ini adalah sesuatu yang sangat menyenangkan. Sebabnya, dikerjakan secara beramai-ramai setelah jam kerja usai. Dan, tentunya termasuk mencicipi hasil kerja ketika dirasa  ada yang sudah bisa dicicipi.

Sebelum mengolah bahan-bahannya, hal pertama yang perlu disiapkan adalah memotong-motong bambu. Di dalam potongan-potongan bambu inilah, makanannya akan dimasak. Atau lebih tepatnya, dibakar. Sehingga kami lebih suka menamakannya bambu bakar.

Pa'piongnya hampir masak. Aroma masakannya mulai tercium (dok pribadi)
Pa'piongnya hampir masak. Aroma masakannya mulai tercium (dok pribadi)

Bahan-bahan Pa'piong

Bahan utama masakan ini adalah daging. Kami biasa memasak B2, apalagi celeng hutan yang sering dijerat oleh penduduk lokal setempat.

Baca juga: Asa 0101 2023

Namun bagi keluarga dan sahabat yang tidak diperbolehkan untuk mengkonsumsi B2 karena larangan agama atau karena alasan kesehatan, bisa menggunakan daging ayam, daging sapi, kambing  atau ikan mas.

Potongan daging ini kemudian dicampur dengan parutan kelapa yang telah terlebih dahulu dicampurkan dengan bumbu-bumbu. Lumayan banyak bumbu yang dipakai. Kami punya peracik khusus, asli Toraja. Takarannya hanya berdasarkan feelingnya saja. Namun masakannya selalu habis, ludes.

Adapun bumbu-bumbunya adalah cabai. Jika ingin masakan menjadi pedas, maka buatlah cabe sebanyak-banyaknya. Kadang kami menghabiskan cabai hingga sekilo lebih. Lalu bawang merah, bawang putih diulik halus-halus.

Pa'piong ayam, makanan khas asal Toraja (dok foto: bogordaily.net)
Pa'piong ayam, makanan khas asal Toraja (dok foto: bogordaily.net)

Jangan lupa tambahkan potongan jahe dan sereh untuk menghilangkan bau amis plus menambah aroma masakan. Kami biasa menambahkan daun kemangi di dalamnya, biar aromanya semakin menggugah selera. Bisa juga ditambahkan sedikt sayuran seperti dun singkong. Hampir lupa, tentunya ditambahkan garam agar rasanya tidak menjadi hambar. Boleh juga menambahkan MSG.

Setelah semuanya selesai dicampur, maka tibalah saatnya membungkus daging plus bumbu-bumbu itu dengan daun mayana. Tanaman ini termasuk tanama bunga-bungaan, sering ditanam di dalam pot. Nama latinnya Colues blumei. Daun ini rasanya memang agak pahit.

Jika tak ada daun mayana, kami membungkusnya dengan daun pepaya. Bahkan langsung disi di dalam bambu yang telah disiapkan, lalu disumbat dengan daun pisang.

Memasak dan Menyajikan Pa'piong

Setelah semua bambu terisi, maka saatnya kita meletakkannya di dalam perapian. Tinggal diatur agar apinya merata dan dapat membuat masakan kita menjadi matang. Sekira 60 menit, masakan kita sudah matang. Tinggal didinginkan.

Untuk mengambil isi masakan di dalam bambu, kita boleh membelah bambunya atau membuka penyumbat bambu lalu mengeluarkan isi masakan melalui mulut bambu, ditata di wadah yang sesuai.

Pa'piong dapat dimakan saat panas, atau sewaktu dingin. Tergantung selera kita. Tetapi kalau dinikmati secara bersama-sama, maka apapun kondisinya selalu nikmat. Apalagi dinikmati di tempat terbuka di malam hari, sambil menunggu malam pergantian tahun.

Para ibu membawa sajian Pa'piong untuk dihidangkan (dok foto: Muhammad Taufiqqurrahman/detik travel/detik.com)
Para ibu membawa sajian Pa'piong untuk dihidangkan (dok foto: Muhammad Taufiqqurrahman/detik travel/detik.com)

Barbeque, tak selamanya harus yang ala western. Semua bisa kita lakukan, dengan memanfaatkan bahan-bahan lokal di sekitar kita. Kuliner Nusantara kita terlalu beraneka ragam. Bangsa kita, adalah bangsa yang kaya akan aneka masakan, sejak dahulu kala.

Selamat menikmati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun