Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Home Artikel Utama

Atap Rumah Selalu Bocor Kendati Telah Diperbaiki

13 Desember 2022   09:02 Diperbarui: 19 Desember 2022   00:15 1555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Plafon berubah warna terkena tetesan air hujan karrena atap bocor halus (dokumentasi pribadi)

Atap rumah bocor di musim hujan itu sangat mengganggu. Demikian juga, rembesan air melalui sudut dinding atau sambungan dinding rumah. Membuat tembok di dalam menjadi basah dan lembab. Sering kali membuat pemilik rumah bergumam, “Ah musim hujan semoga engkau cepat berlalu biar kami nyaman”.

Atap rumah merupakan pelindung atas rumah kita. Ibarat helm, ia melindungi kepala dan komponen tubuh penting seputar kepala. 

Melindungi kepala dari benturan keras saat terjatuh atau terkena jatuhan benda keras dari atas kepala, terutama bagi pekerja bangunan.

Atap rumah menjadi pelindung utama bagi para penghuni rumah. Melindungi kita dari terik matahari, embun malam hari dan curahan air hujan dari langit. Juga menghambat pergerakan angin yang sering membawa debu.

Dari sekian fungsinya, atap rumah seringkali mengalami persoalan. Entah rumah yang beratapkan daun rumbia, alang-alang, sirap, seng, ataupun genteng. 

Selalu ada masalah teknis karena paku yang tercabut lalu meninggalkan lubang atau tukang kurang rapi mengeksekusi pekerjaannya.

Bisa juga karena kucing tetangga suka memanjat dan berkelahi di atap rumah, atau karena atapnya yang telah termakan usia. Misalnya daun rumbia dan alang-alang yang sudah lapuk, lalu air hujan merembes masuk dan terjadilah tiris.

Atap rumah seng tetangga (dokumentasi pribadi)
Atap rumah seng tetangga (dokumentasi pribadi)

Mengatasi Atap Rumah yang Bocor

Saya sendiri, pernah mengalami atap rumah yang bocor di musim hujan. 

Pertama, semasa kecil tinggal di desa. Dapur kami beratapkan alang-alang. Di awal musim hujan, kami akan menandakan apakah ada tiris. 

Setelah hujan berhenti, kami akan mengganti atau menambah alang-alang pada atap yang bocor. Jika masih tiris saat turun hujan di hari berikutnya, maka diperbaiki sekali lagi sampai tak ada tetesan air hujan yang lolos. Amanlah, untuk satu periode musim hujan.

Kedua, rumah yang beratapkan seng. Sekalipun sengnya baru, ternyata tukang kurang hati-hati saat memaku seng ke kayu. Pakunya terlepas, sengnya bolong. 

Namun tukang membiarkannya, memaku di tempat baru. Akibatnya, bocor tipis-tipis saat hujan. Namun semakin lama, semakin banyak lalu menetes ke bawah.

Cara mengatasinya, kami menggunakan ter atau lem yang biasa digunakan untuk lem panci dan peralatan dapur lainnya. 

Biasanya, dijual oleh penambal alat dapur yang berjualan dengan cara keliling. Lumayan bertahan, namun musim hujan berikutnya ya bocor lagi.

Plafon berubah warna terkena tetesan air hujan karrena atap bocor halus (dokumentasi pribadi)
Plafon berubah warna terkena tetesan air hujan karrena atap bocor halus (dokumentasi pribadi)

Pengalaman terkini, berhadapan dengan atap multiroof yang bocornya halus. Sudah berulang kali menelitinya, namun kok tidak bertemu ya. Nah, yang ini sampai dengan saat ini belum teratasi, tetapi tetap saja bocor halus saat musim hujan seperti sekarang.

Padahal, tukangnya pun telah didatangkan untuk mengamati dan menemukan problemnya ada dimana. Dua hari lalu, diperiksa lagi tetapi tak kunjung ditemukan.

Akibatnya, menimbulkan persoalan bagi plafon, apalagi plafonnya dari gipsum. Tetesan air hujan, meskipun sangat sedikit, mampu mengubah warna gipsum menjadi hitam.

“Biarin saja dulu, nanti kalau sudah benar-benar parah barulah diganti. Toh, adanya di sudut kamar”, ucapku memberi penghiburan pada para penghuni rumah. Terlebih pada si manajer rumah tangga yang tingkat kegalauannya paling tinggi di antara penghuni lainnya.

Perkara plafon dari gipsum ini pernah membuat kami trauma, saat badai Seroja melanda Kota Kupang, tanggal 5 April 2021 lalu. 

Atap rumah kami, ternyata tak mampu menahan gempuran Seroja nan ganas. Beberapa lembar terlepas, dibanting ke sebelah. Untung masih berpegangan pada rangka rumahnya.

Plafon rumah ambruk saat beberapa lembar atap rumah terangkat oleh badai Seroja, 5-4-2022 (dokumentasi pribadi)
Plafon rumah ambruk saat beberapa lembar atap rumah terangkat oleh badai Seroja, 5-4-2022 (dokumentasi pribadi)

Dengan sendirinya, air hujan bebas masuk menimpa plafon gipsum kami. Dalam waktu yang sangat singkat, gipsum pun jatuh tak mampu menahan genangan air di atasnya. Dan braak...bunyi gipsum yang mengagetkan membuat anak paling kecil menjerit ketakutan di lantai dasar, tempat kami bersembunyi malam itu.

Pengalaman tersebut membuat kami mengganti plafon rumah dengan jenis lain saja. Tetapi bagian yang masih baik, blok kamar masih tetap dipertahankan karena tidak rusak.

Entahlah, sampai sekarang saya belum menemukan cara untuk mengatasi bocor-bocor halus pada atap multiroof kami. Beberapa kali ponakan saya ke atap dan mencoba melihat sumber kebocoran tersebut. 

Bahkan secara gambling, menggunakan pelapis anti bocor (water proofing) yang diduga menjadi sumber kebocoran. Dan terakhir menggunakan lakban anti bocor. Namun bocor halusnya belum teratasi.

Semoga ada pembaca yang memiliki tips lain agar kami dapat mengatasi atap rumah yang suka bocor halus di musim hujan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun