Di tengah pemberitaan mengenai tersendatnya bantuan untuk para korban bencana di Cianjur, Jawa Barat, muncul berita baru. Asa bagi para korban bencana yang rumahnya mengalami kerusakan. Bakal mendapatkan bantuan rumah tipe 36 berteknologi RISHA.
Seperti yang dirilis oleh media Kompas.com per 3 Desember 2022, Pemerintah melalui menteri PUPR, Basuki Hadimuljono menyatakan akan membantu perumahan. Rumah warga yang rusak berat, runtuh dan direlokasi  akan mendapatkan bantuan rumah tipe 36. Menteri Basuki menyampaikan rumah tipe 36 tersebut akan dibangun dengan menggunakan teknologi RISHA.
RISHA merupakan Rumah Instan Sederhana Sehat tanpa gempa. Pemikiran pembangunan rumah teknologi RISHA ini didasarkan pada dua sekolah di Cianjur yang dibangun dengan teknologi RISHA tidak mengalami kerusakan saat terjadi gempa bumi pada 21 November 2022 lalu.
Pertimbangan lain, terkait dengan waktu penyelesaiannya. Pembangunan rumah dengan teknologi RISHA ini dikhabarkan lebih sedikit membutuhkan waktu dibandingkan dengan model konvensional.
Untuk saat ini, Pemda Jawa Barat telah mengalokasikan lahan seluas 2,5 Ha di Kecamatan Cilaku. Direncanakan, akan dibangun 200 unit di lahan tersebut.
Sementara kompas.com memberitakan pula, rumah korban dengan kategori ringan akan mendapatkan bantuan uang sebesar Rp 50 juta. Bantuan tersebut menjadi tanggung jawab BNPB.
Jangan Sampai Salah Sasaran
Pemberian bantuan rumah dan uang tunai, tentu saja sangat membantu masyarakat yang terkena dampak langsung dari gempa berskala 5,6 magnitudo tersebut. Namun tanpa data yang akurat, maka bantuan tersebut tidak akan tepat sasaran.
Data, sebaiknya diperoleh secara berjenjang mulai dari level RT setempat. Sebab para ketua RT dan RW mengetahui dengan pasti, rumah warganya yang rusak. Memerlukan pengecekan kembali setelah laporan masuk sehingga tak ada bantuan yang nyasar ke orang yang tak berhak mendapatkannya. Kejujuran dan transparansi sangat diperlukan.Â
Situs resmi bnpb.go.id mendata, kerusakan rumah yang di Cianjur mencapai 56.311 unit rumah. Rusak berat mencapai 22.267 unit. Sementara rusak sedang sebanyak 11.836 unit dan rusak 22.208 unit rumah dinyatakan rusak ringan.
Tentu saja, data tersebut harus diverifikasi lagi. Bisa bertambah, atau berkurang. Namun jika komitmen pemerintah direalisasikan maka harusnya dibangun 34.103 unit rumah tipe 36 berteknologi RISHA seperti yang disampaikan oleh Menteri PUPR.
Bukan curiga tetapi hanya menyampaikan. Rumah berjumlah ratusan ribu itu, jangan sampai salah sasaran. Orang yang tak berhak, malahan yang memperolehnya. Sementara mereka yang memang rumahnya rusak berat dan rusak sedang tak mendapatkannya.
Tak bermaksud pula untuk menuduh sebelum terbukti, tetapi hanya mewanti-wanti sebagai rakyat biasa. Jangan sampai juga pembangunan kembali rumah-rumah itu menjadi mangkrak, karena dananya dialihkan untuk kepentingan pribadi, oleh oknum tertentu yang dipercaya untuk mengerjakan proyek ini. Jangan sampai proyek baru ini kemudian menambah deretan orang menggunakan baju berwarna oranye.
Butuh Komitmen Bersama
Memulihkan kerusakan akibat bencana alam, termasuk gempa bumi memerlukan waktu yang cukup lama. Tak hanya memperbaiki fisik. Tetapi memulihkan trauma masyarakat. Kesedihan akibat meninggalnya keluarga, luka-luka dan kehilangan harta milik.
Memulihkan trauma itulah yang paling sulit dan memerlukan waktu yang lama. Para donatur bencana, juga perlu memikirkan psikologis para korban. Memberi bantuan tanpa terlalu banyak membuat mempublikasikan diri. Apalagi memasang spanduk besar-besar di base camp.
Juga memastikan, bantuan barang tidak merugikan penerima manfaat, apalagi berpeluang untuk dibuat isu berkaitan dengan agama. Biarlah, bantuan kemanusiaan itu memang tujuan untuk kemanusiaan tanpa embel-embel lain.
Para korban, juga perlu bekerja sama dengan baik. Tak mudah terpancing isu-isu yang merugikan diri. Tak cepat-cepat melakukan tindakan pencegatan manakala bantuan belum diperoleh. Sebaiknya, berkoordinasi melalui lembaga desa setempat, agar pengajuan bantuan sekaligus distribusi bantuan dapat berjalan dengan tertib dan lancar.
Lancar tidaknya logistik, tergantung pada kerja sama yang baik antara yang menerima dan memberi bantuan. Jika terjalin rasa saling percaya, maka peluang provokator untuk masuk tak akan terjadi. Kerja sama yang apik, tidak akan memberi peluang kepada oknum-oknum yang mencegat dan mengambil paksa logistik sebelum sampai pada tujuan.
 Youtube: Humas Cianjur
Cianjur JAGO, Cianjur Sugih Mukti. Semoga Cianjur kembali berbenah, Indonesia kembali pulih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H