Sekira sepekan lalu, saya membaca postingan singkat beberapa teman di media sosial milik mereka. Mencari minyak tanah alias mitan. Pangkalan yang biasa menjual mitan, mendadak tidak menyediakan lagi alias kosong. Wah, alamat bakal ramai nih bathinku.
Menjelang akhir November 2022, mitan mendadak hilang dan menjadi barang langka. Semua orang mulai panik mencari minyak tanah. Ibu-ibu dan bapak-bapak. Tak ketinggalan anak-anak usia sekolah pun terlihat mencari bahan bakar andalan rumah tangga di Kota Kupang ini.
Antri Atau Berburu Mitan?
Kejadian hari ini (Sabtu, 26 November 2022) di Polsek Kelapa Lima, Kota Kupang. Polsek menggelar operasi pasar mitan, khusus untuk warga ber-KTP Kecamatan Kelapa Lima. Yang lain, silakan mencari kecamatannya masing-masing dan antri di sana. Demikian terdengar kata-kata petugas melalui pengeras suara.
Antrian di dalam dan luar kantor Polsek Kelapa Lima hari ini memang ramai. Petugas yang tak seberapa jumlahnya, kewalahan melayani serbuan warga yang datang dengan membawa jeriken untuk mengisi mitan.
Situasi dan kondisi tidak tertib. Warga yang telah berhasil masuk di dalam kantor tetap bertahan untuk mendapatkan mitan. Sementara, warga di luar mencoba untuk membuka paksa pintu dan masuk, membawa jeriken-jeriken mereka.
Untuk mendapatkan minyak tanah, setiap orang yang harus membawa KTP asli, juga membawa KK. Hanay warga dengan KTP Kelapa Lima yang dilayani. Sebab operasi pasar mitan telah didistribusikan ke masing-masing kecamatan.
Setiap orang, hanya dijatah 2 jeriken. Satu jeriken dihargai dengan Rp 20.000, dengan volume sekitar 4 liter. Dengan demikian, warga membayar Rp 40.000 untuk 2 jeriken hasil berburu mitan tersebut. Memang lebih murah jika dibandingkan dengan kodisi normal. Biasanya paling murah, Â Rp 25.000/jeriken jika belinya di pangkalan mitan.
Banyak orang yang mengetahui bahwa antrian ini hanya untuk warga Kelapa Lima, akhirnya pulang dengan membawa kembali jeriken konsongnya. Kehilangan biaya transport, waktu, tenaga, dan pulang tanpa hasil.