Jika Surabaya terkenal dengan Tabebubayanya, maka Kota Kupang punya bunga flamboyan. Warga Kota Kupang menamakannya Sepe. Kadang disebut pula sebagai bunga November. Para ilmuwan menyebutnya sebagai Delonix regia.
Sepe, bukan tanaman asli Indonesia. Diduga berasal dari Madagaskar. Dari sinilah, menyebar ke Amerika dan Asia, termasuk Indonesia. Dari daerah asalnya, tanaman ini memang menyebar dan berkembang di daerah sub tropis hingga daerah tropis.
Di Kota Kupang, akhir tahun selalu membuat hati nyaman ketika memandang sekeliling kita. Alam, yang tadinya terlihat gersang di musim kemarau kembali menghijau. Saat ini, Kota Kupang dan seluruh daerah di NTT terlihat seperti musim semi.
Dedaunan yang gugur di musim panas, tergantikan dengan pucuk-pucuk muda nan subur dan hijau. Rerumputan kering pun bangkit lagi. Menggeliat untuk satu siklus hidup. Tumbuh, berkembang, berbunga dan berbuah untuk mempertahankan eksistensinya di bumi.
Semarak Bunga Sepe di Kota Kupang
Tak ketinggalan, pohon Sepe yang kini menjadi ikon Kota Kupang sejak beberapa tahun silam.Â
Beberapa pohon, lebih awal memunculkan bunga khasnya, warna flamboyan. Mulai bersemi sejak September, lalu bertambah lagi  di Oktober.
Sepe baru akan ramai-ramai mekar saat memasuki bulan November hingga Desember. Jalur paling semarak dengan bunga Flamboyan, adalah Jalan Eltari dan Frans Seda. Termasuk kawasan Tamnos, Taman Nostalgianya warga Kupang. Tak ketinggalan, areal seputar perkantoran Walikota Kupang. Warna Flamboyan melambai indah, ketika tertiup angin.
Beberapa warga, terlihat berhenti di pinggir jalan. Sekedar mendokumentasikan beberapa kembang Flamboyan.Â
Bagi yang tak puas, bisa mendekat untuk mengabadikan peristiwa yang datangnya hanya sekali dalam satu tahun itu.