Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Bermula dari Semangkok Sekoteng

17 November 2022   04:35 Diperbarui: 17 November 2022   04:51 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berpacaran saat kuliah (dok foto: kalderanews.com)

Sepulang dari mengantar Maria ke Dramaga, berkumpullah teman-teman isengku itu. Biasalah, pada malam minggu kami biasa berkumpul di sekretariat. Bahkan sering tidur di situ sampai pagi.

Si Andre mulai memberi pancingan. Wuih, makan-makan kita ya. Ada yang mau jadian nih. Belum sempat kujawab, sudah disambar sama si tengil Sormin. Tenang saja kawan. Dia paribanku. Jadi bisalah, engkau memakai marga Siregar.

Mereka pun memasang strategi dan meminta aku untuk cepat jadian. Tembak cepatlah, biar tidak kesalib sama yang lain, kata mas Setyo yang asli Wonosobo itu. Jadi ente harus telpon si Maria, ajak masuk misa jam 5 sore saja, di Katedral (maksudnya Katedral Bogor).

Kuiyakan saja saran teman-teman itu. Sebab, aku sebenarnya naksir sama Maria, hehehe. Keesokan paginya, kukumpulkan beberapa keping koin logam dan berjalan menuju telpon umum koin di Terminal Baranang Siang.

Waktu itu, kami hanya mengandalkan telepon koin. Dan telepon kos pun dipasang satu saja. Jadi harus sebutkan nama yang jelas, dan mohon ditunggu karena harus dipanggil dulu.

Setelah berbasa-basi sedikit, kuutarakan maksudku. Misa bareng jam 5 sore di Katedral. Ia menerima ajakanku, tetapi tak perlu dijemput. Bertemu saja di pos Security jam 4.45 sore.

Ah, mudah-mudahan Maria pun punya 'hati' untukku. Gumamku sambil meletakkan gagang telepon pada tempatnya.

Sore itu, jam 4.30 sore aku sudah berdiri di depan pos security, sambil ngobrol dengan salah satu satpam di situ yang sudah saling kenal.

Jadilah, sore itu kami berdua misa bersama. Duduk berdampingan. Beberapa teman yang melihat kami, memamerkan senyum dan gigi-gigi mereka. Ah, masa bodohlah. Namanya juga pedekate.

Selesai misa. Kutawarkan untuk mengantarnya pulang. Namun sebelum berangkat ke Dramaga, kubelokkan motor menuju ke Taman Air Mancur terlebih dahulu. Lho kok lewat sini bang? Tanya Maria. Mampir sebentar, Abang ingin sekoteng di Air Mancur dulu.

Taman Air Mancur ada di bilangan Jalan Jenderal Sudirman, Bogor. Lumayan banyak Makanan Tradisional Nusantara yang dijajakan di sana. Selain sekoteng, ada beberapa makanan terkenal di sana. Diantaranya, sop buntut, sate padang  dan sate madura, bubur ayam, sup buah, martabak, dan kudapan dongkal.

Bang, sekotengnya dua. Aku belum berani untuk memesan semangkok sekoteng untuk berdua. Takutnya, over pede yang berujung penolakan. 

Sekoteng odeon Bogor (dok foto: travelyuk.com)
Sekoteng odeon Bogor (dok foto: travelyuk.com)

Sekoteng sendiri, asal mulanya dari Jawa Tengah. Namun menyebar ke daerah lain termasuk Bogor. Bahan-bahan membuat sekoteng adalah gula merah, jahe, santan, butiran mutiara, santan, sedikit kacang hijau, sangrai kacang tanah dan irisan roti. Paling enak dan kerasa, apabila dinikmati saat hangat-hangatnya di tengah udara malam yang sejuk dan dingin. Karenanya, sekoteng mudah ditemukan di Kota Bogor. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun