Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Ada Rupiah di Balik Aroma Tak Sedap Bunga Porang

9 November 2022   08:31 Diperbarui: 9 November 2022   21:00 2900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Spora Porang, menyebarkan aroma tak sedap (dok pribadi)

Musim hujan tiba. Benih-benih yang dorman di musim kemarau, tetiba tumbuh dari dalam tanah.  Rerumputan tak mau kalah, memunculkan pucuk muda dari sela-sela akarnya. Tak ketinggalan, tunas baru umbi-umbian pun menyembul dari permukaan tanah.

Salah satu kelompok tumbuhan berumbi yang biasanya tumbuh di musim hujan, adalah iles-ilesan. Orang dawan Timor menamakannya Maek. Terdapat tiga jenis Maek yang dikenal di Timor, yaitu Maek  Mina berbatang putih. Juga Maek Fui berbatang tinggi hijau berbintik putih. Batangnya lebih tinggi daripada Maek Dato yang kini menjadi primadona karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

Dari ketiga jenis Maek tersebut, baru Maek Mina yang dijadikan sebagai pangan oleh penduduk setempat. Sementara, Maek Fui belum dijadikan sebagai bahan pangan karena gatal. Kemungkinan penduduk belum mencoba, bagaimana menghilangkan sensasi gatal yang ada. Umbi Maek Fui biasanya diambil dan diolah untuk makanan ternak. Sementara Maek Dato kini menjadi harta penting petani yang dipelihara untuk dijual.

Maek Dato alias Porang, muncul di musim hujan setelah tak aktif selama musim kemarau (dok pribadi)
Maek Dato alias Porang, muncul di musim hujan setelah tak aktif selama musim kemarau (dok pribadi)

Bau Menyengat Bunga Porang Seperti Bangkai

Pada dasarnya, kelompok umbi-umbian dan akar rimpang memiliki perilaku tidak tumbuh di saat kemarau. Namun saat tidak tumbuh itulah, umbinya berada dalam kondisi besar sempurna. Ubi hutan, maek, bengkuang, jahe, dan kelompok akar rimpang lainnya dapat dipanen saat batangnya telah mati seperti itu.

Porang pun demikian. Setelah tumbuh setahun, batangnya pun mati. Menunggu musim tumbuh berikutnya.

Nah, saat tumbuh di awal musim itulah sebagian umbi Porang akan muncul spora bunganya. Spora ini bentuknya indah sekali. Sayangnya, menyebarkan bau busuk seperti bangkai.

Bayangkan, apabila seluruh penduduk di suatu desa menanam Porang di pekarangan. Kita akan menghirup aroma tak sedap di seluruh desa. Bau ini, biasanya muncul di pagi hari dan sore hari hingga jam 8 malam. Waktu di luar itu, kurang bau bahkan tidak berbau.

Ketika saya komplain pada kakak di Kampung, ia hanya menyatakan bahwa mereka sudah terbiasa. Sambil berkelakar pula ia menyatakan, bahwa itu aroma uang, bukan bau bangkai.

Beberapa orang menyarankan, spora itu dibuang saja ketika tumbuh. Namun kebanyakan pemilik Porang lebih memilih untuk membiarkannya saja. Aroma tak sedap, sudah menjadi konsumsi harian mereka.

Spora Porang, menyebarkan aroma tak sedap (dok pribadi)
Spora Porang, menyebarkan aroma tak sedap (dok pribadi)

Ya, ada nilai rupiah yang tersembunyi dibalik aroma tak sedap dari si Maek Dato ini. Petani sering menghitung, berapa jumlah uang yang akan diterima ketika si penyebar bau tak sedap ini dipanen. 

Maek Dato, Si Porang Bernilai Ekonomi Tinggi

Siapa sangka, dibalik aroma bunganya yang busuk seperti bunga bangkai, Maek Dato memiliki banyak  faedah.  Terutama bermanfaat sebagai bahan pangan dan industri. Karenanya menaikkan level  Porang ke komoditas bernilai ekonomi tinggi. Yang tadinya tumbuh liar di hutan, kini dibudidayakan secara intensif dan profesional.

Porang atau Amorphophallus muelleri Blume adalah salah satu kelompok umbi-umbian yang kini menjadi komoditas andalan masyarakat pedesaan. Di Timor, awal mulanya Porang tidak dibudidayakan. Masyarakat tinggal masuk ke hutan, atau bekas-bekas lahan yang telah ditinggalkan, dan mengambilnya.

Porang baru mulai ditanam di kebun, setelah sulit menemukannya di hutan. Sementara permintaan terhadap Porang semakin meningkat, disertai harga yang cenderung menaik setiap tahun.

Belakangan ini, masyarakat tidak menanam Maek Dato di kebun yang jauh. Sebab sering kali diambil orang alias dicuri. Kini mereka menanam Porang di pekarangan. Ditanam langsung pada tanah, atau di dalam polibag.

Porang dapat dibudidayakan di bawah tanaman kehutanan dan perkebunan (dok foto: perhutani.co.id)
Porang dapat dibudidayakan di bawah tanaman kehutanan dan perkebunan (dok foto: perhutani.co.id)

Ada tiga bagian yang dapat ditanam. Umbi, bulbil, dan biji. Bulbil Porang terletak pada pangkal daun dan mulai muncul saat tanaman berusia 2 bulan setelah tanam.

Manfaat Umbi Porang

Manfaat umbi Porang telah diulas dalam berbagai literatur, baik yang sifatnya ilmiah maupun popular. Namun beberapa manfaat dapat dikemukakan di sini. Umbi Porang memiliki kandungan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat. Karenanya sering dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan industri.

Dalam penelitian Hidayat, Ramdan dan Purwadi yang diseminarkan pada tahun 2021 pada Dies Natalis ke-45 UNS mengungkapkan, Amorphophallus muelleri Blume mengandung glucomannan yang paling tinggi dari semua Genus Amorphophallus.

Glukomanan atau Konjac Glucomannan (KGM) sekarang ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan kesehatan. Bahan makanan di Asia diantaranya untuk mie, tahu, dan agar-agar.

Umbi basah tanaman Porang yang baru saja dipanen (dok foto: Kementan via solopos.com)
Umbi basah tanaman Porang yang baru saja dipanen (dok foto: Kementan via solopos.com)

Di bidang kesehatan, KGM ini bermanfaat untuk menurunkan kadar kolesterol. Kandungan seratnya yang tinggi dan rendah kalori dapat dijadikan sebagai makanan diet. Tingginya serat, meningkatkan rasa kenyang sehingga orang yang bermasalah dengan obesitas dapat mengkonsumsi produk olahan Porang ini.

Kompas.com pernah menurunkan artikel mengenai Porang ini (15/8/2022). Selain bermanfaat sebagai pangan dan kesehatan, media ini menyajikan manfaat lain terkait dengan pemanfaatan glucomannan berbentuk gel. Gel Porang ini dapat digunakan gel isolator listrik yang baik, dapat menggantikan  gel silikon.

Saat ini, umbi Porang menjadi salah satu komoditas ekspor. Tujuan Ekspor Porang adalah ke China, Jepang, India, dan Eropa. Karenanya, harga Porang kini menjadi tinggi. Di level petani, harga umbi Porang basah bisa mencapai Rp 6.000/kg dan Rp 40.000/kg untuk Porang iris kering.

Pasaran Porang, baik di dalam dan di luar negeri begitu terbuka lebar. Namun perlu diketahui, umumnya komoditas pertanian memiliki fluktuasi harga. Kadang naiknya tinggi sekali. Namun turunnya pun menyakitkan.

Umbi Porang iris kering (dok foto: gdmagri.com)
Umbi Porang iris kering (dok foto: gdmagri.com)

Karena itu, petani hendaknya mencari informasi yang lebih luas. Toh, kita hidup di era internet. Petani di kampung juga sudah sangat familiar menggunakan HP android.

Ah, ternyata ada banyak  rupiah yang tersembunyi dibalik aroma tak sedap bunga Porang di musim hujan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun