Di Timor, khususnya buah Koknaba atau Uvaria rufa Blume yang tumbuh secara liar di hutan, sering dikaitkan dengan politisi PHP, Pemberi Harapan Palsu. Entah siapa yang mempopulerkannya, namun ada saja yang berkata, dasar politik koknaba.
Mereka muncul membawa harapan palsu menjelang pesta demokrasi. Mulai dari pemilihan Kepala Desa hingga Pilkada Kabupaten dan Provinsi. Tak ketinggalan, para caleg dan timses. Â
Dalam perbincangan lepas di kalangan masyarakat, selalu muncul guyonan. Hah, dia sudah koknaba. Maksudnya dia sudah omong kosong. Atau, jangan percaya omongnya. Koknaba dia.
Politisi Koknaba
Kami di daerah Timor Tengah Utara (TTU), Provinsi NTT, sering mengaitkan politik dengan buah Koknaba. Entah siapa yang memulai istilah ini, dan mengapa politisi pemberi harapan palsu dikaitkan dengan koknaba.
Selain dikaitkan dengan politik PHP, program politik yang mendahulukan kepentingan diri dan kelompok dicap sebagai politik koknaba. Politik tipu-tipu untuk meraup keuntungan.
Ciri-ciri politisi Koknaba, diantaranya sebagai berikut. Pertama, rajin keluar masuk kampung mengikuti berbagai acara di kampung, sekalipun tak diundang. Kalau tidak, mengirimkan krans bunga ucapan duka lengkap dengan nama dan identitas lain yang menyebutkan bahwa sang pengirim adalah calon dari dapil tertentu.
Ciri politisi koknaba yang kedua, saat kampanye akan ke kampung-kampung, membawa mobil sambil membuka jendela mobilnya. Semua orang akan disapa dari ujung jalan hingga ujung jalan terakhir. Sebaliknya, ketika sudah berhasil maka kaca mobil akan dinaikkan saat bepergian ke kampung. Bahkan kaca mobilnya diubah menjadi gelap biar tak terlihat dari luar.
Ciri ketiga, suka nebeng program dan mengklaim bahwa program-program tersebut ada karena perjuangannya. Padahal, tidak ada sangkut pautnya.
Buah Koknaba
Koknaba adalah salah satu pohon khas yang tumbuh di daratan Timor. Pohon bernama ilmiah Uvaria rufa Blume ini termasuk dalam keluarga Annonaceae. Â Ada yang menyebutnya sebagai pohon Lelak.
Pohon ini memiliki batang yang berkayu, namun sering tumbuh seperti tali-temali. Batangnya dijadikan sebagai rangka atap rumah adat, tanpani. Batangnya yang berukuran kecil dapat  sebagai pengikat, layaknya tali temali.
Buah Koknaba terlihat eksotis. Tata letak buahnya bersusun dalam suatu rangkaian. Kulit buahnya berwarna merah, mulus. Daging buahnya putih, dan terdapat banyak biji berwarna hitam di dalam daging buahnya.
Daging buah Koknaba itu rasanya manis. Kadang ada yang agak kecut. Kita mudah menemukan buah ini di atas batu karang, padang rumput, Â atau hutan seperti di Camplong, Kupang, Â Anak-anak suka sekali mencari buah ini.
Pada musim Koknaba, mereka ramai-ramai mencarinya. Sebagian dimakan, sebagian dijual di pinggir jalan dengan harga yang sangat murah. Makhlumlah, diambil secara gratisan dari alam.
Musim buah koknaba antar bulan September hingga Oktober. Buah tumbuhan hutan ini seringkali dijual di sekitar arel setelah Camplong. Kadang dijual juga oleh penduduk di pinggir jalan setelah Kota Kefamenanu, TTU.
Koknaba dan Politik Tak Ada Hubungan
Koknaba dan politik, jelas tidak ada hubungan sama sekali. Yang satunya adalah tumbuhan yang hidupnya liar di daratan Timor. Sedangkan politik, adalah hal yang  berkaitan dengan penyelenggarakan publik, pemerintahan, dan negara.
Koknaba, merupakan buah hutan yang dapat dimakan. Sementara politik, adalah konsumsi para politikus. Mereka berusaha untuk 'jualan' opini dengan harapan dapat mendulang kepercayaan dan pengikut. Tentunya, dapat mengumpulkan suara untuk mendapatkan posisi sesuai dengan apa yang diikutinya.
Semoga Koknaba tidak disangkut-pautkan lagi dengan politisi ingkar janji ya. Kasihan, Koknaba yang enak itu harus disamakan dengan politisi model begituan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H