Masih dalam gramedia.com, rapat pertama diselenggarakan pada tanggal 27 Oktober bertempat di Gedung Pemuda Katolik. Dua agenda penting yang dibahas saat itu, adalah peran pentingnya bahasa Melayu sebagai bahasa politik yang dapat mempersatukan bangsa Indonesia. Juga dibahas tentang pergerakan yang sifatnya lebih nasional.
Rapat kedua dan ketiga dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober, tetapi berlangsung di dua tempat. Gedung Oost Java Bioscoop merupakan tempat rapat II, dan rapat ke-3 di gedung Indonesische Clubgebouw.
Pada rapat ketiga itulah para pemuda melakukan 4 hal penting yang memberi dasar bagi perjuangan bangsa Indonesia selanjutnya. Pertama, menerima Lagu Indonesia Raya yang telah diperdengarkan oleh penciptanya. W.R. Supratman sebagai lagu kebangsaan. Kedua, menerima sang Merah putih sebagai bendera kebangsaan. Ketiga, Meleburkan semua organisasi pemuda daerah dalam satu organisasi yang berwatak nasional.
Pada akhir rapat tersebutlah, para pemuda mengucapkan ikrar bersama yang berjudul, "Poetoesan Kongres Pemoeda-Pemoeda Indonesia". Para pemuda sama-sama mengakui, bahwa mereka bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Juga berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia. Dan poin penting lainnya, menjunjung tinggi bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
Hari Sumpah Pemuda dinyatakan sebagai salah satu Hari Raya Besar Nasional yang diputuskan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1959. Keputusan tersebut dimuat dalam Kepres No 316 Tahun 1959 Tentang Hari-hari Nasional yang Bukan Hari Libur.
Bersatu Bangun Bangsa
Bersatu Bangun Bangsa, merupakan teman peringatan hari Sumpah Pemuda ke-94 yang dikeluarkan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).
Tema ini, hendaknya bukan sekedar wacana untuk dipasang dalam spanduk atau dikutip dalam pidato-pidato selebrasi. Lebih dari itu, perlu direfleksikan sudah sejauh mana semangat persatuan para pemuda kita pada 94 tahun yang lalu menjiwai kehidupan berbangsa dan bernegara kita?
Bersatu Bangun Bangsa, tidak boleh hanya dianggap sebagai slogan semata. Setiap kita yang mengaku bertanah air, berbangsa, dan berbahasa Indonesia tentunya tetap berjiwa besar untuk mempertahankan ikrar tersebut.