Binatang berbisa sejatinya diciptakan oleh Sang Maha Pencipta untuk melindungi dirinya.
Binatang juga dibekali dengan senjata pada bagian tubuh tertentu untuk melumpuhkan mangsa dan melahapnya. Tak terkecuali ular hijau, salah satu binatang melata berwarna hijau.
Si hijau ini punya bisa dan sangat cerdik melakukan penyamaran. Karenanya, berhati-hatilah apabila berada di ladang, sawah, hutan, padang rumput, pinggir sungai, sekitar danau dan rawa. Bahkan ular hijau pun bisa bersarang di pekarangan. Pada tanaman yang terlihat rimbun dan hijau.
Di desa yang masih banyak populasinya, ular hijau bahkan bisa masuk ke rumah. Kadang mereka 'ngumpet' di saluran got atau kamar mandi.
Ular hijau suka sekali berdiam diri, menunggu mangsa lewat baru disergap. Makanan ular hijau diantaranya kadal, katak, tikus, dan burung.
Ia tak lari jika diganggu. Tetapi memagut setiap benda yang dianggap mengganggu. Karenanya, lihat-lihatlah jalan di depan kita, apabila melintas pada jalan setapak yang mana terdapat banyak katak dan kadal. Atau melewati semak-semak dan perdu nan rimbun. Bahaya mengintip dari balik hijaunya alam.
Ular Hijau Berbisa MematikanÂ
Ular hijau, terdiri atas beberapa jenis dan menyebar hampir di seluruh kepulauan Indonesia. generasibiologi.com menuliskan, sebanyak sebelas jenis ular hijau yang tersebar di Indonesia. Namun yang perlu diwaspadai karena berbisa sebanyak 7 jenis.
Ketujuh jenis ular hijau dimaksud adalah Trimeresurus albolabris, Trimeresurus insularis, Trimeresurus hageni, Trimeresurus sumatranus, Trimeresurus gunaleni, Tropidolaemus subannulatus, dan Tripidolaemus wagleri.
Selain mengandung bisa yang mematikan, ular hijau ini juga malas bergerak. Ini merupakan salah  satu ciri ular yang berbisa. Ia tidak akan lari ketika diganggu tetapi menantang dan menjulurkan lidah, siap mematok atau memagut.
Trimeresurus albolabris atau ular bangkai laut adalah ular hijau ekor merah. Bisa yang dimiliki ular ekor merah ini adalah hemotoksin. Di dalam kompas.com/tren dijelaskan bahwa ciri hematoksin adalah racun akan menyebar di dalam darah yang mana bagian tubuh yang tergigit, menjadi kehitaman seperti arang. Ular hijau ekor merah tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bangka, dan Madura.
Trimeresurus insularis mirip dengan albolabris. Yang membedakan, warna matanya merah kecoklatan. Sementara albolabris memiliki warna mata kuning. Selain berwarna hijau, juga memiliki varian warna biru muda. Trimeresurus insularis tersebar di kepulauan Nusa Tenggara dan Maluku.
Trimeresurus hageni merupakan ular hijau endemik Asia Tenggara. Ular berekor merah ini tersebar di Pulau Sumatera, termasuk Nias, Simeuleu, Bangka dan Mentawai. Memiliki garis dengan warna merah muda di bagian belakang mata.
Trimeresurus sumatranus dikenal dengan nama Punai Sumatra, aktif di malam hari. Ekornya berwarna merah kecoklatan. Tersebar di  Sumatra, Nias, Simeuleu, Belitung, Bangka, dan Mentawai.
Selain ular berbisa di atas ada lagi ular hijau gunung  bernama ilmiah Trimeresurus gunaleni. Mirip dengan punai Sumatra, tetapi ternyata pemiliki ciri yang berbeda.  Ekornya berwarna merah kecoklatan dengan mata berwarna hijau kekuningan. Hidup menyebar di Sumatera.
Ular hijau berbisa berikutnya, Tropidolaemus subannulatus. Ular yang dengan habitat di Kalimantan dan Sulawesi ini memiliki tubuh yang gemuk dan pendek. Selain itu, ular ini memiliki garis berwarna putih dan merah di belakang matanya.
Ular hijau berbisa ketujuh versi generasibiologi.com adalah punai wagleri atau dikenal dengan nama Tripidolaemus wagleri. Keunikan ular ini adalah perbedaan warna dan bentuk pada ular jantan dan betinanya. Jenis ular ini menyebar di Sumatra, Bangka, Kepulauan Mentawai, Pulau Natuna, Nias, Riau, dan Kalimantan.
Pertolongan Pertama Saat Dipagut Si Hijau
Pertolongan pertama saat dipagut ular berbisa sangat penting sebelum korban ditolong lebih lanjut dengan tindakan medis yang lebih besar. Tidak boleh ditunda karena sangat berbahaya bagi si korban manakala racun menyebar ke tubuh.
Kompas.com/Health menurunkan artikel tentang cara melakukan pertolongan pertama yang tepat ketika digigit ular. Ternyata, banyak yang melakukan kesalahan saat memberikan bantuan pada si korban. Saya pun masih keliru tentang cara memberikan bantuan ini.
Adapun pemberian pertolongan pertama kepada korban gigitan ular yang salah kaprah namun sering dilakukan oleh banyak orang, adalah sebagai berikut:
- Ketika kena pagut ular, maka orang langsung memijit area gigitan atau patokan ular.
- Ada juga yang langsung mengikat area gigitan dengan maksud agar bisanya tidak menjalar.
- Menghisap darah dari bekas gigitan ular dengan maksud dapat mengeluarkan bisa ular.
Penanganan yang tepat menurut pakar toksikologi, Dr. dr. Tri Maharani, M.Si, Sp.ME adalah melakukan imobilisasi. Maksudnya, membuat bagian yang tergigit untuk tidak bergerak. Imobilisasi ini adalah untuk membantu racun tidak menyebar ke tubuh, tetapi berhenti pada area gigitan saja.
Menurut dokter Tri Maharani, racun ular masuk ke tubuh korban bukan melalui pembuluh darah. Tetapi masuk melalui kelenjar getah bening. Karenanya, imobilisasi bagian yang terkena gigitan ular perlu dilakukan. Dapat dengan menggunakan bilah kayu atau kain gendong. Lalu secepatnya dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat.
Bisa ular ternyata berbahaya. Karenanya, lebih baik kita melakukan tindakan preventif. Berhati-hati selalu, terutama saat bepergian di luar rumah. Jangan sampai kena patok ular hijau berbisa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H