Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Proyek Kompor Listrik Dibatalkan Demi Menjaga Stabilitas Ekonomi?

28 September 2022   11:35 Diperbarui: 28 September 2022   11:46 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Telur ikut-ikutan naik. Seorang ibu memilih telur di pasar tradisional Cisalak, Cimanggis, Depok. Dok Kompas/M Chairul Halim

Perusahaan Listrik Negara alias PT PLN, resmi membatalkan proyek konversi kompor gas ke kompor listrik. Pengumuman ini disampaikan oleh Darmawan Prasodjo selaku Direktur utama PT PLN pada Selasa, 27 September 2022.

Selain itu, dipastikan bahwa tarif listrik tidak akan mengalami kenaikan. Juga disampaikan dengan jelas, golongan  pelanggan dengan daya listrik 450 VA tetap bisa menggunakan daya tersebut. Tidak ada peralihan ke 900 VA sebab belum pernah dibahas secara formal.

Informasi keputusan ini banyak dimuat oleh media massa, termasuk kompas.com yang dipublikasikan tanggal 27 September 2022 (pukul 21.00 WIB).  Alasan utama pembatalan proyek konversi kompor gas ke kompor listrik, serta tidak naiknya tarif listrik adalah demi menjaga stabilitas ekonomi.

Pembatalan proyek kompor listrik ini dilakukan karena alasan masyarakat Indonesia sementara dalam proses pemulihan pandemi Covid-19. Barangkali, tak elok jika PLN pun ikut-ikutan meluncurkan konversi kompor sekaligus menaikkan tarif listriknya. 

Sebab, baru-baru ini Pertamina, salah satu saudara se-BUMN-nya telah menaikkan BBM. Akibatnya, kenaikan harga barang pokok sehari-hari pun tak bisa dikendalikan. Menyesuaikan diri, kata para pedagang.

Telur ikut-ikutan naik. Seorang ibu memilih telur di pasar tradisional Cisalak, Cimanggis, Depok. Dok Kompas/M Chairul Halim
Telur ikut-ikutan naik. Seorang ibu memilih telur di pasar tradisional Cisalak, Cimanggis, Depok. Dok Kompas/M Chairul Halim

Banyak sih, yang berkeberatan tentang konversi kompor gas ke kompor listrik sebelumnya. Selain karena meragukan kelangkaan gas, juga meragukan apakah mungkin rumah dengan daya listrik kecil, bisa menggunakan kompor listrik sebesar 1.000 watt? 

Apakah harus merogoh kocek lagi untuk membeli peralatan kompor listrik? Apakah akan disubsidi 100 persen atau hanya komponen tertetnu saja yang dibantu?

 Lagi pula, warga tak hanya menggunakan listrik untuk kegiatan memasak. Lampu pijar, setrika, televisi, dan mungkin juga kulkas atau mesin cuci, semua memerlukan arus listrik. 

Syukurlah, tidak ada konversi kompor. Paling tidak, untuk saat ini walaupun mungkin akan dilaksanakan jika dianggap warga sudah siap untuk itu. Termasuk pulih dari hantaman pandemi Covid-19. Dan sebagai kompensasi, dana yang telah disediakan, bisa diluncurkan untuk menjangkau lebih banyak lagi masyarakat yang terkena dampak. Entah karena dampak kenaikan BBM, PHK akibat Covid-19, maupun penurunan daya beli akibat kenaikan harga barang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun