Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Tiga Komoditas Andalan Petani Timor di Musim Kemarau

22 September 2022   08:50 Diperbarui: 27 September 2022   09:10 3038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Asam kupas, milik kaum ibu di dapur. Dok pribadi

Secara tradisional, kemiri juga sering digunakan sebagai bahan utama untuk mengurut badan yang sakit, terkilir, atau keseleo. Bahkan dukun bayi menggunakan kemiri untuk memperlancar proses kelahiran seorang bayi.

Dalam penggunaannya yang lebih luas, buah kemiri digunakan untuk minyak dan juga sebagai bumbu dapur. Halodoc.com menuliskan, bahwa kemiri memiliki kandungan lemak tak jenuh tunggal. Juga memiliki senyawa antioksidan untuk melindungi sel-sel dari kerusakan akibat radikal bebas. 

Buah kemiri kupas. Dok Kompas.com/Pixabay/Barbara808
Buah kemiri kupas. Dok Kompas.com/Pixabay/Barbara808

Perlu Peremajaan Tanaman

Saat ini, para pemilik mete, asam, dan kemiri bergembira karena setiap tahun akan panen hasil. Dan tersenyum bahagia saat selesai menimbang hasilnya dan mengantongi beberapa lembar uang.

Tetapi sebagai petani, harus sudah melakukan upaya peremajaan agar selalu ada tanaman produktif. Sebab, kebanyakan komoditas ini adalah yang sudah ditanam belasan tahun, bahkan puluhan tahun yang lalu.

Jika tidak berpikir dan bertindak dengan cermat, maka panen akan berkurang di tahun berikutnya dan pendapatan di musim kemarau pun menjadi berkurang, bahkan tidak ada.

Pohon kemiri. Dok bibitbunga.com
Pohon kemiri. Dok bibitbunga.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun