Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tradisi Mencari Jodoh Melalui Tetapilu dalam Tarian Likurai

13 September 2022   13:48 Diperbarui: 15 September 2022   18:25 1247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tarian Likurai adalah salah satu tarian asal Kabupaten Belu dan Malaka di Timor barat. 

Meluas hingga sebagian Timor Leste. Juga menyebar hingga seluruh wilayah eks swapraja Biboki yang termasuk dalam wilayah administrasi Kabupaten TTU, Nusa Tenggara Timur. 

Eks swapraja Biboki sendiri kini telah mekar menjadi 6 kecamatan. Biboki Selatan, Biboki Utara, Biboki Anleu, Biboki Feotleu, Biboki Moenleu, dan Biboki Tanpah.

Di Biboki, ada satu tradisi yang cukup unik. Usaha mencari jodoh atau kekasih antara muda-mudi. Juga bagi para duda dan janda. Namanya tetapilu yang biasa dilakukan dalam pesta penuh gembira, tarian Likurai.

Penyebaran tarian Likurai hingga ke Biboki di Kabupaten Timor Tengah Utara, karena pengaruh kerajaan Wehali di pantai selatan Timor barat hingga ke seluruh wilayah eks swapraja Biboki. Secara geografis, wilayah Biboki juga sangat dekat dengan Kabupaten Belu.

Likurai, pernah ditarikan oleh warga Kabupaten Belu, NTT di hadapan Presiden RI Bapak Jokowi dan para tamu kehormatan di Istana Negara pada HUT RI ke-74, tanggal 17 Agustus 2019. Tak tanggung-tanggung, melibatkan 150 penari Likurai.

Tarian likurai asli dari Kabupaten Belu NTT, tampil perdana di Istana Negara pada HUT RI ke-74.| Dok belukab.co.id
Tarian likurai asli dari Kabupaten Belu NTT, tampil perdana di Istana Negara pada HUT RI ke-74.| Dok belukab.co.id

Likurai Ala Bife Biboki

Seperti sumber aslinya, likurai juga ditarikan oleh wanita (bife) dan pria (atoni). Wanitanya memukul kendang kecil yang biasa disebut sebagai tambur atau ke'e dalam bahasa dawan, dinamakan luklai. Sementara, pria menari dengan mengikatkan bunyi-bunyian di kaki yang dinamakan giring-giring, dinamakan bso'ot.

Jika kaum wanita memukul kendang sambil meliuk-liuk di tanah mengikuti irama pukulan, maka pria penari menghentakkan kedua kakinya ke tanah.

Ketika menghentakkan kaki, maka giring-giring pun akan berbunyi. Hentakan kaki penari pria harus diselaraskan dengan irama pukulan tambur wanita.

Tarian Likurai sejatinya berperan penting dalam beberapa peristiwa penting masyarakat Biboki. Fungsi penting tarian Likurai adalah menyambut pahlawan, mengarak benda pusaka dan memasukkannya di dalam rumah adat.

Selain itu, juga sering dilakukan saat mengangkat belis dan mengarak pulang pengantin perempuan ke keluarga mempelai perempuan. Sering ditarikan juga dalam suasana riang gembira sebagai ajang pencarian jodoh yang dinamakan tetapilu dalam irama pukulan teherek.

Tetapilu dalam tarian likurai. Dok peresmian rumah adata (sonaf) Nafanu tuan/greg nafanu
Tetapilu dalam tarian likurai. Dok peresmian rumah adata (sonaf) Nafanu tuan/greg nafanu
Menyambut Kembalinya Sang Pahlawan

Likurai, berkaitan dengan tarian kemenangan nan agung dan mengandung nilai magis saat menyambut kembalinya pahlawan mereka karena pulang dalam kondisi selamat dan memenangkan peperangan atau duel dengan jagoan dari suku lain.

Dari tutur lisan kakek saya (alm) Usi Tnesi Kolo Nafanu Tuan, pada zaman dahulu para suku seringkali berperang. Setiap suku, biasanya terdiri dari usif, amaf, dan meo.

Usif, merupakan sebutan untuk kelompok atau turunan bangsawan. Amaf adalah sebutan untuk kelompok yang bukan bangsawan. Sedangkan meo, adalah sebutan untuk orang dan turunannya yang maju berperang melawan musuh atau mempertahankan daerah kedaulatannya.

Ketika seorang meo kembali dari medan perang, apalagi sambil memikul kepala musuh, maka ia akan disambut dengan tarian likurai oleh kaum perempuan.

Pukulan dan irama sambutannya juga beda. Kaum perempuan akan menari maju dua kali dan mundur dua kali. Sementara, sang pahlawan yang disambut akan ikut menari sambil memikul kepala lawan.

Kepala musuh ini akan diarak di kampung, lalu digantung pada pohon tertentu seperti pohon beringin. Di Desa saya, ada pohon beringin besar dan terlihat tua disebut sebagai beringin kepala atau nunu nakaf.

Mengarak dan Memasukkan Benda Pusaka dalam Rumah Adat

Selain sebagai tarian kemenangan, Likurai juga ditarikan ketika mengarak dan memasukkan benda-benda pusaka milik suku ke dalam rumah adat yang telah selesai dibangun.

Pukulan tambur pada saat memasukkan benda pusaka ini pun berbeda dengan tarian untuk kgembiraan. Seorang perempuan akan berperan untuk memanggil benda-benda keramat tersebut dengan dua benda yang dianyam dari daun lontar (napi). Bife anapit (perempuan pemanggil) ini akan berjalan mengikuti irama pukulan tambur.

Mengarak benda-benda pusaka ke dalam rumah adat sambil menarikan tarian likurai. Dok sonaf Nafanu tuan/greg nafanu
Mengarak benda-benda pusaka ke dalam rumah adat sambil menarikan tarian likurai. Dok sonaf Nafanu tuan/greg nafanu

Mengangkat Belis

Mengangkat belis, merupakan bagian dari proses pernikahan adat di dalam suku-suku Biboki. Ketika mempelai perempuan berhasil diboyong, maka kaum perempuan akan memukul tambur sepanjang perjalanan menuju rumah adat mempelai pria.

Ajang Mencari Jodoh via Tetapilu

Salah satu tujuan dari tarian likurai adalah untuk mencari jodoh. Biasanya ditarikan ketika mereka ada acara rumah adat, atau pesta besar lainnya.

Tarian likurai model ini dikenal dengan istilah tetapilu yang mana penari pria akan mengikatkan destar atau selendang kecil di kepalanya. Sementara kaum perempuan menari mengelilingi si pria tadi.

Seorang pria yang akan menari, memilih perempuan mana yang ia sukai untuk melakukan tetapilu. Biasanya, dia akan masuk melewati depan seorang perempuan yang ditaksir.

Jika disambut baik oleh perempuan tadi, maka sang perempuan akan mulai mendekat dan mengambil destar si pria. Dan wanita-wanita lain akan merapatkan barisan agar si pria tidak keluar dari arena. Mereka menari sambil menghadang si pria agar tidak bisa keluar dari arena dan mulai terdesak.

Likurai dalam adat keseharian orang Biboki. Dok Sonaf Nafanu tuan/Greg Nafanu
Likurai dalam adat keseharian orang Biboki. Dok Sonaf Nafanu tuan/Greg Nafanu

Ketika sudah terdesak, maka perempuan yang akan melakukan tetapilu tersebut mulai mencoba untuk menarik destar si pria. Namun sang pria yang masih mengulur-ngulur waktu, akan mencoba untuk menghindar. Jika benar-benar sudah terdesak, maka destar si pria akan diambil oleh perempuan yang telah dipilih oleh pria sebagai pelaku tetapilu.

Permainan selanjutnya, saudara laki-laki si perempuan yang melakukan tetapilu akan mengambil destar dari saudari mereka dan mulai menari sambil mengibaskan destar tersebut. Dan saudara atau teman dari penari pria tadi akan masuk membawa sebotol sopi dan mereka menari bersama-sama.

Setelah puas dengan atraksi mereka, maka sang destar sang pria akan diambil kembali, ditukar dengan sebotol sopi. Jika ada unsur-unsur getaran antara pria dan perempuan tadi, maka perkenalan dilanjutkan di luar arena. Sementara, tarian likurai tetapilu tetap berlanjut dengan orang yang berbeda. Irama pukulan paling populer untuk acara tetapilu ini biasanya dinamakan teherek.

Tarian Likurai sebagai tarian kemenangan di Belu, NTT. Dok kompas/Frans Sarong
Tarian Likurai sebagai tarian kemenangan di Belu, NTT. Dok kompas/Frans Sarong

Itulah tradisi tarian likurai dalam kehidupan masyarakat Biboki yang masih dipertahankan hingga kini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun