Recover Together, Recover Stronger. Demikian tema Presidensi  G20 tahun 2022. Tahun ini, Indonesia didaulat untuk menjadi tuan rumahnya.
Sebagai tuan rumah, Indonesia tentunya mendapatkan mandat untuk memimpin gerakan bersama negara G20 dalam memajukan perekonomian global. Â Termasuk mengembangkan Energi Baru dan Terbarukan, disingkat EBT.
EBT memiliki peran krusial di masa mendatang. Sebab, kebutuhan akan energi semakin meningkat. Di sisi lain, potensi energi tak terbarukan semakin menipis akibat proses pembentukannya yang sangat lama.
Tidak seperti minyak bumi atau batu bara yang nonrenewable energy, Energi Baru dan Terbarukan ini mulai dilirik sebagai the future energy. Keunggulannya, EBT Â bersumber dan tersedia di alam dalam jumlah yang tak terbatas. Ketika habis, dapat diperbaharui lagi. Tentu saja dengan menggunakan teknologi yang memadai.
Ketergantungan Dunia Akan Energi Tak Terbarukan
Saat ini, negara-negara di dunia sangat tergantung dengan energi minyak bumi dan batu bara. Padahal, proses ketersediaan kedua jenis energi ini melalui waktu yang sangat lama. Akibatnya, dunia krisis dengan energi.
Krisis energi minyak bumi, kini diperparah dengan perang antara Rusia dan Ukraina yang masih berlanjut hingga kini. Harga minyak mentah naik pesat sekali. Indonesia pun tidak luput dari permasalahan ini. Impor bahan mentah minyaknya meningkat tajam.
Data BPS yang dirilis dalam analisis katadata.com menunjukkan, lonjakan impor Migas Indonesia naik hingga 68,98% pada semester pertama  tahun 2022 dibanding semester sebelumnya. Hanya dalam enam bulan, impor kita naik dari Rp 201,39 triliun menjadi 291,96 triliun rupiah.
Selain persoalan perang Rusia-Ukraina, cadangan minyak bumi didunia juga semakin menurun, termasuk di Indonesia. Data dari kementerian ESDM RI memperkirakan ketersediaan minyak di Indonesia  hanya akan bertahan hingga 8 tahun mendatang.
Masih dari katadata.com. ternyata cadangan minyak Indonesia tahun 2011 adalah 7,73 miliar barel. Ada pun cadangan terbukti sebesar 4,04 miliar barel dan cadangan potensialnya 3,69 miliar barel.Â
Namun di tahun 2021, cadangan terbuktinya menurun menjadi 2,25 miliar barel dan 1,7 miliar barel untuk cadangan potensialnya. Jika ditotal hanya mencapai 3,95 miliar barel atau berkurang sebesar 3,78 miliar barel. Â
Pentingnya Investasi Hijau Bagi Pengembangan EBT
Pengembangan proyek, baik dalam skala mikro maupun makro memerlukan sejumlah investasi agar dapat berjalan dengan baik. Apalagi pengembangan energi terbarukan yang tergolong dalam investasi mega proyek, pasti membutuhkan dana yang tak sedikit.
Karena itu, sangat diperlukan adanya kolaborasi berbagai pihak dalam pengembangan proyek-proyek EBT. Pemerintah sebagai pengatur kebijakan dan regulasi-regulasi. Korporasi sebagai pelaksana proyek yang mengusung dua manfaat, ikut mengatasi persoalan nasional di bidang energi sekaligus mendapatkan keuntungan bagi korporasinya untuk tetap eksis. Dan tentu saja, perbankan yang mengatur sistem keuangan.
Peran Bank Indonesia dalam Investasi Hijau
Kesuksesan investasi hijau di Indonesia, tak lepas dari peran penting Bank Indonesia. Sebagai pemegang otoritas keuangan, Bank Indonesia tentunya perlu memainkan posisinya dalam menjaga stabilitas nilai rupiah. Juga mengatur stabilitas sistem keuangan, dan sistem pembayaran.
Dalam seminar G20 bertema Scaling up the Utilization of Sustainable Financial Instruments di Jakarta per tanggal 18 Februari 2022 lalu, Gubernur Indonesia menegaskan pentingnya kolaborasi antara perbankan dan korporasi.
Kerja sama ini sangat diperlukan. Diantaranya untuk mendukung pengembangan energi hijau, transportasi hijau, dan infrastruktur hijau. Transportasi hijau menekankan pada kegiatan berkendaraan yang sedikit atau tidak menghasilkan greenhouse gases. Infrastruktur hijau sendiri berkaitan dengan penataan ruangan yang tidak mengganggu siklus alami lingkungan. Dengan kata lain, ramah lingkungan.
Energi hijau disini adalah memanfaatkan sumber energi yang tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sebab berasal dari bahan-bahan yang aman.
Lima EBT Indonesia yang Menjanjikan
Sebagai pemimpin Presidensi G20, Indonesia tentunya berkomitmen untuk membawa negara-negara anggotanya keluar dari krisis energi. Mengembangkan Energi Baru dan Terbarukan yang ramah lingkungan.Â
Paling tidak, terdapat lima energi terbarukan yang menjadi sasaran pengembangan energi masa depan, yaitu energi matahari, tenaga air, energi angin, biogas, dan geothermal atau panas bumi.
Energi Matahari
Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan sinar matahari. Energi matahari sangat besar untuk dimanfaatkan sebagai EBT yang sangat menjanjikan. Salah satunya, dikembangkan menjadi energi listrik melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Terkait pengembangan PLTS, Kementerian ESDM telah menetapkan tiga program prioritas, yaitu PLTS Atap, PLTS ground-mounted berskala besar, dan PLTS Terapung. Pengembangan program ini, tentunya berbasis pada potensi yang ada di setiap wilayah Indonesia.
Energi Air
Selain kaya akan energi matahari, Indonesia juga memiliki tenaga air yang dapat dijadikan sebagai pembangkit listrik yang dikenal dengan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Data dari ESDM menunjukkan, potensi hidro kita sebesar 95.003 MW.
Potensi hidro bendungan yang dimiliki Indonesia, sangat besar saat ini. Pada tampilan one map ESDM, dapat dilihat berbagai tipe bendungan yang tersebar di Indonesia, baik yang berpotensi hidro maupun sebagai irigasi dan sumber air minum saja.
Tenaga Angin
Potensi angin juga menjanjikan untuk dikembangkan menjadi EBT di Indonesia. Energi yang dihasilkan oleh angin, tidak menimbulkan pencemaran lingkungan karena tak berasap dan tak memiliki residu.
Beberapa daerah potensial bagi pengembangan energi angin di Indonesia diantaranya di Tanah Laut (90 MW), Bantul (50 MW), Belitung Timur (10 MW), Selayar  (5 MW) dan Buton (15 MW). Juga di Provinsi NTT, yaitu di Kupang (20 MW), Timor Tengah Selatan (20 MW), dan Sumba Timur sebesar 3 MW.
Salah satu kelemahan yang timbul adalah kondisi anginnya yang berubah-ubah. Dengan demikian, energi yang dihasilkan pun naik turun.Â
BiogasÂ
Biogas juga dapat dimanfaatkan sebagai energi terbarukan. Kotoran hewan dan manusia atau limbah organik lain yang bisa terurai, dapat menghasilkan energi yang dapat digunakan untuk memasak atau dijadikan sebagai energi listrik.
Karena itu, biogas juga menjadi alternatif energi masa depan yang dapat dikembangkan, terutama untuk skala rumah tangga.
Panas Bumi
Panas bumi juga dikenal dengan  geothermal.  Pembangkit listrik dari geothermal ini merupakan salah satu energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan sebagai pengganti minyak bumi atau batu bara.
Panas bumi tak pernah habis. Pembangkit listriknya pun ramah lingkungan, sebab hanya ada limbah berupa upa air. Limbah ini, tidak menimbulkan pencemaran lingkungan dan aman bagi makhluk hidup.
Komitmen Semua Pihak Adalah Syarat Mutlak
Grand design, regulasi atau kebijakan untuk mempermudah pengembangan program EBT, tentu saja tidaklah cukup. Dibutuhkan komitmen bersama semua komponen untuk melaksanakannya. Pemerintah, korporasi, dan perbankan.
Perlu keinginan yang kuat untuk tidak melakukan tindakan penyelewengan. Tidak melakukan praktik-praktik korupsi, kolusi, suap, dan mendahulukan kepentingan pribadi atau kelompoknya yang merugikan kepentingan umum, diantaranya proyek mangkrak.
Dan tentu saja, harus ada dukungan dan pengawasan penuh dari masyarakat sebagai komponen terbesar dalam pembangunan bangsa dan negara. Â Jika tidak, maka konsep tinggallah konsep yang sangat bagus di kertas, tetapi gagal di level implementasinya.
Semoga Indonesia mampu menjadi pelopor pengembangan Energi Baru Terbarukan di dunia dengan memanfaatkan posisinya sebagai pemimpin dalam Presidensi G20 saat ini.
Recover Together, Recover Stronger.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H