Eksis dan Rukun Walau Tampil dengan Identitas Bali
Lima puluh sembilan tahun, adalah suatu proses perjalanan yang cukup panjang. Meskipun telah beradaptasi dan bergaul dengan suku bangsa lain, identitas Balinya tetap dipertahankan.
Di Banjit sendiri, tercampur berbagai suku yang hidup rukun. Ada etnis asli Lampung, Jawa, Sunda, Ogan, Semende, Banten, Minangkabau, Batak dan beberapa etnis lainnya. Mereka hidup dengan damai, sekalipun masing-masing mempertahankan identitasnya.
Selain terkonsentrasi di Kampung Bali Sadhar, komunitas Bali juga bercampur di kampung-kampung lain. Namun keberadaan mereka di kampung lain, tak sedominan di BSU, BST, dan BSS.
Bali Sadhar Utara, merupakan komunitas yang berasal dari Karangasem. Sementara Bali Sadhar Tengah didominasi oleh komunitas Bali asal Tabanan, Bangli, dan Singajara. Sedangkan komunitas asal Klungkung dan Nusa Penida lebih banyak terkonsentrasi di Bali Sadhar Selatan.
Sejarah mengenai perjalanan komunitas Bali menuju Lampung, lalu berkembang biak di Banjit ini dapat dibaca pada beberapa literatur. Salah satunya, referensi Arifin, Zainal. 2020. "Kami Bali-Lampung: Politik Identitas Etnik Bali Migran dalam Masyarakat Multikultural Way Kanan, Lampung". Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol 7 (1) : 47-62. Â
Cara mengetahui keberadaan keluarga Bali di sini, adalah dari ukiran relief pada rumah. Pada satu bagian depan rumah mereka, ada tempat pemujaan sesuai dengan agama Hindu yang dianut. Dari yang bentuknya kecil, hingga besar dan disebut Pura keluarga.
Selain ciri relief dan tempat pemujaan di depan rumah, kita juga dapat mengetahui rumah komunitas Bali dengan adanya sesajen dan janur kelapa. Ditambah dengan tanaman pohon kamboja.
Beberapa hal menarik yang dapat disaksikan dan diabadikan oleh pengunjung yang datang ke Kampung BSU, diantaranya adalah:
Rumah Berelief