Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Pasir Panjang, Ruang Publik Warga Kupang yang Masih Ada

19 Juli 2022   11:58 Diperbarui: 21 Juli 2022   19:15 1154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tulisan Pasir Panjang di tahun 2019 ini kini tidak ada lagi. Akses ke pantainya juga semakin sulit, terdesak oleh pembangunan gedung. |Dokumentasi pribadi

Pantai Pasir Panjang, adalah salah satu ruang terbuka bagi warga Kota Kupang, NTT. Nama ini juga disematkan pada salah satu kelurahan yang ada dalam wilayah administrasi Kecamatan Kota Lama, Kupang, Kelurahan Pasir Panjang.

Dari penglihatan kita, di pantai ini terhampar pantai dengan pasir putihnya sepanjang lebih kurang satu kilo meter. Memanjang dari timur ke barat.

Agak masuk ke ke laut, terdapat karang-karang pendek yang menjebak air laut ketika surut. Beberapa perahu ditambatkan oleh nelayan di sekitar itu ketika mereka tak berlayar.

Dari pantai ini, kita bisa menikmati keindahan Pulau Kera dan Pulau Semau, juga Sulamu dan Fatuleu. Semakin sore, akan semakin menarik. Pantulan mentari sore dari barat, membuat ombak berkilauan. Menambah eksotis pemandangan. Sementara, perahu nelayan lalu-lalang di laut.

Aktivitas di Pantai Pasir Panjang

Pasir putihnya yang panjang, selalu tidak sepi dari pengunjung terutama pada siang hingga sore hari. Anak-anak dengan kaki telanjang, berkejaran di pasir sambil mencari kulit kerang dan bentuk bebatuan yang lucu-lucu dan menarik.

Mencari kulit kerang di tepi pantai Pasir Panjang, Kupang. Dok pribadi
Mencari kulit kerang di tepi pantai Pasir Panjang, Kupang. Dok pribadi

Anak-anak saya, suka sekali untuk bermain istana pasir dan bermain dengan pecahan ombak di tepi pantai. Atau menangkap kepiting dan ikan kecil yang terperangkap dalam cekungan karang ketika ditinggal surut oleh air laut.

Kaum ibu dan nona-nona, juga terlihat berjalan santai sepanjang garis pantai. Kadang ikut berendam di dalam air laut bersama anak-anak mereka.

Nyong-nyong Kupang, menjadikan Pantai Pasir Panjang untuk bermain futsal. Bebas berteriak dan tak perlu khawatir dengan batasan waktu seperti jika mereka bermain futsal di gedung berbayar.

Menikmati sore di Pantai Pasir Panjang. Foto kupangonline.com
Menikmati sore di Pantai Pasir Panjang. Foto kupangonline.com

Akses ke Pasir Panjang Mulai Terbatas

Sebenarnya Pantai Pasir Panjang hingga Pantai Kelapa Lima, adalah ruang publik warga Kota Kupang yang paling ramai. Bisa diakses melalui pinggir jalan mana saja, sepanjang jalan Timor Raya, Kelurahan Pasir Panjang.

Namun, jalan menuju pantai ini mulai terbatas. Atas nama pembangunan, peningkatan perekonomian dan tata kota, maka dibangunlah perhotelan dan pusat perbelanjaan. Juga penataan wisata pantai berbayar. Ya, sepanjang jalur pantai Pasir Panjang dan Kelapa Lima ini, telah dibangun hotel dan pusat perbelanjaan. 

Warga sudah tidak bisa lagi masuk ke pantai secara bebas, melalui jalur mana saja. Hanya masuk lewat titik tertentu. Masalah parkir, juga cukup menjengkelkan. Bayangkan, ketika kita datang maka tukang parkirnya bersikap masa bodoh. Tetapi baru muncul, manakala kita hendak pulang. Sebab, berkaitan dengan uang parkir.

Selain akses yang semakin sulit dan pengelolaan perparkiran, sampah juga menjadi masalah. Sampah plastik, pakaian, dan sampah rumah tangga banyak ditemukan di sana, baik di pantai maupun lautnya.

Ada sih, program dari dinas seminggu sekali dalam gerakan Jumat bersih. Bahkan pernah dipimpin langsung oleh Gubernur NTT, Bapak Viktor Laiskodat dan melibatkan personil hotel setempat. Sebagai wujud ikut berpartisipasi dalam mengurangi sampah yang ada. 

Namun itu tidaklah cukup. Pemkot Kupang sejatinya menyediakan ruang publik yang gratis dan nyaman dalam menata kotanya. Dan yang paling penting adalah kesadaran publik untuk ikut merawat ruang publik mereka. Kalau tidak, maka warga akan semakin kesulitan menemukan ruang publik yang gratis, bersih dan nyaman.

Gubernur VBL memimpin gerakan pembersihan sampah di Kota Kupang. Foto Pos Kupang
Gubernur VBL memimpin gerakan pembersihan sampah di Kota Kupang. Foto Pos Kupang

Flash Back

Tanjung Kurung, Pulau Kera dan Hangsisi,

Pasir Panjang, Kelapa Lima, dan Teno.

Kapal-kapal dan perahu pun berlayar,

Masuk Kupang Lasiana manisse....

Kapan tempo beta lia lai,

Kupang tanah asalku?

Kalau sudah sampai di tanah orang,

Kapan kembali lagi?

Kapan tempo beta lia lai,

Kupang tanah asalku?

Kalau sudah sampai di tanah orang,

 Jangan lupa Kupange...

Lagu tersebut berjudul Tanjung Kurung, dengan pencipta NN alias tidak diketahui. Pernah dipopulerkan oleh penyanyi legendaris asal Timor Timur (sekarang negara Timor Leste), Tony Parera. Kemudian dinyanyikan ulang oleh Tio Fanta dan beberapa penyanyi lokal lainnya.

Di Timor, rata-rata kami sangat menghafal lagu ini. Tak hanya dinyanyikan oleh mereka yang tinggal di kota. Di desa pun sering dinyanyikan dalam berbagai kesempatan. Ketika bermain sambil memetik jambu di hutan, menjaga burung pipit di sawah, atau menggembalakan kawanan sapi di padang rumput.

Bahkan, ketika di bangku SD pun guru kelas sering meminta kami menyanyikan lagu ini. Jika, lagu telah didendangkan bersama, maka bersiap-siaplah untuk menari di depan kelas.

Pak Guru akan menunjuk siswa secara acak untuk tampil dan menari, diiringi nyayian dan tepukan tangan teman lainnya. Barangkali ini adalah salah satu taktik guru, manakala melihat kami mengantuk atau tidak berkonsentrasi dengan pelajaran yang disampaikan.

Mengabadikan sunset di Pantai Pasir Panjang. Foto by Instagram.com/renni_wanaly
Mengabadikan sunset di Pantai Pasir Panjang. Foto by Instagram.com/renni_wanaly

Ah, semoga saja Pasir Panjang, Kelapa Lima dan pantai-pantai indah lainnya di Kota Kupang ini, kelak masih bisa berfungsi sebagai ruang publik. Akses ke sana tidak semakin dipersulit. Gratis dan nyaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun