Pasir Panjang, Kelapa Lima, dan Teno.
Kapal-kapal dan perahu pun berlayar,
Masuk Kupang Lasiana manisse....
Kapan tempo beta lia lai,
Kupang tanah asalku?
Kalau sudah sampai di tanah orang,
Kapan kembali lagi?
Kapan tempo beta lia lai,
Kupang tanah asalku?
Kalau sudah sampai di tanah orang,
 Jangan lupa Kupange...
Lagu tersebut berjudul Tanjung Kurung, dengan pencipta NN alias tidak diketahui. Pernah dipopulerkan oleh penyanyi legendaris asal Timor Timur (sekarang negara Timor Leste), Tony Parera. Kemudian dinyanyikan ulang oleh Tio Fanta dan beberapa penyanyi lokal lainnya.
Di Timor, rata-rata kami sangat menghafal lagu ini. Tak hanya dinyanyikan oleh mereka yang tinggal di kota. Di desa pun sering dinyanyikan dalam berbagai kesempatan. Ketika bermain sambil memetik jambu di hutan, menjaga burung pipit di sawah, atau menggembalakan kawanan sapi di padang rumput.
Bahkan, ketika di bangku SD pun guru kelas sering meminta kami menyanyikan lagu ini. Jika, lagu telah didendangkan bersama, maka bersiap-siaplah untuk menari di depan kelas.
Pak Guru akan menunjuk siswa secara acak untuk tampil dan menari, diiringi nyayian dan tepukan tangan teman lainnya. Barangkali ini adalah salah satu taktik guru, manakala melihat kami mengantuk atau tidak berkonsentrasi dengan pelajaran yang disampaikan.
Ah, semoga saja Pasir Panjang, Kelapa Lima dan pantai-pantai indah lainnya di Kota Kupang ini, kelak masih bisa berfungsi sebagai ruang publik. Akses ke sana tidak semakin dipersulit. Gratis dan nyaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H