Dalam perjalanan menuju Kota Liwa, Lampung Barat baru-baru ini, kami berhenti di perjalanan. Bukan karena ada masalah dengan kendaraan kami. Namun hanya ingin menikmati kudapan di pinggir jalan.
Penduduk Lampung Barat, Way Kanan, Lampung Utara dan pelintasi jalan Liwa, pastinya tahu tempat ini. Beberapa mobil berhenti sejenak, memesan Tahu Sumedang. Sambil menunggu pesanannya, bisa menikmati segelas kopi Lampung.
Informasi mengenai apa yang dijual oleh toko ini, dapat dibaca pada plang yang dipasang di pinggir jalan. Ternyata menjual TAHU SUMEDANG. Selain memesan langsung, toko pun menerima pesanan melalui WhatsApp.
Harga per biji tahu goreng adalah Rp 550 (ukuran kecil) dan Rp 650 untuk ukuran yang sedikit lebih besar. Jika membeli dalam jumlah banyak, maka akan disi di dalam keranjang bambu bernama Bongsang. Setiap keranjang berisi 25-50 tahu goreng. Bahkan, yang lebih besar bisa berisi hingga 100 buah.
Tahu Sumedang, juga dapat dinikmati langsung di lokasi sebagai teman minum kopi. Nikmat tentunya, sebab udara terasa sejuk bahkan cenderung dingin. Satu lagi, penganan Nusantara kita yang pas di lidah.
Usaha ini sudah dirintis sejak 8 tahun yang lalu. Pemiliknya adalah orang asli Sumedang. Sementara, pengelolanya seorang ibu bersama anaknya berasal dari Majelegka. Masih satu provinsi, Jawa Barat. Â
Tahu Kosong Yang  Nikmat dan Gurih
Tahu Sumedang. Â Hampir semua pengemar tahu dan tempe, bisa mendeskripsikan Tahu Sumedang dengan baik. Sebab, pernah menikmatinya meskipun tidak sesering mungkin. Tentu saja, yang bisa dinikmati adalah tahu yang sudah digoreng.
Ketika menyebut Tahu Sumedang, orang-orang langsung membayangkan daerah Sumedang, salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat itu. Ya, Kabupaten yang ibukotanya pun bernama Sumedang ini berjarak sekitar 45 km, menuju arah timur laut Kota Bandung.
Setiap orang yang pernah menikmati Tahu Sumedang bakal menyatakan, o itu tahu goreng yang bentuk segi empat. Ukurannya kecil-kecil. Tampilan luarnya terlihat krispi berwarna kuning  coklat. Namun dalamnya berwarna putih, isinya kosong.
Sebagian menyatakan, itu tahu yang biasa ditawarkan oleh pedagang-pedagang asongan. Naik-turun bus kota dan bus Antar Kota Antar Provinsi, alias AKAP. Para pedagang asongan ini biasanya menawarkan jajanannya di dalam kantong plastik, berisi potongan tahu dan cabe rawit hijau.
Menariknya, tahu ini memiliki segmentasi pasar yang luas. Mulai dari orang tua, remaja, hingga anak-anak. Para penikmatnya juga dari berbagai kalangan. Entah kelas menengah ke bawah, atau menengah ke atas. Kelompok kaya pun menggemari tahu kosong ini.
Pesaing-pesaing Tahu Sumedang tentunya banyak. Di Bogor, misalnya pernah muncul Tahu Yun Yi. Lalu ada pula Tahu Go. Belum lagi tahu isi dengan berbagai variasi.
Bahkan sekitar tahun 2016, pernah viral tahu bulat yang konon berasal dari Cianjur, Jawa Barat. Saban hari berkeliling menggunakan mobil sambil memperdengarkan rekaman suara tentang tahu bulat ini.
Perkara rekaman suara ini, teman saya yang tinggal di Depok sampai hafal. "Tahu bulat, digoreng dadakan, lima ratusan, gurih-gurih, nyoi.....". Saking hafalnya, kadang ia bernyanyi menirukan bunyi rekaman tersebut, sekali pun tak ada penjual yang lewat.
Sekali pun banyak saingan, Tahu Sumedang tetaplah dicintai para penggemarnya. Buktinya, hingga kini orang penikmat tahu tetap mencarinya. Baik untuk dimakan di tempat, maupun dibawa pulang, atau buat oleh-oleh.
Sekilas Tentang Tahu Sumedang
Nur Azis dalam Detik.com (Minggu, 20 Maret 2022) pernah mengulas tentang muasal Tahu Sumedang ini. Awal mulanya, tahu ini bernama tahu bungkeng yang dibuat oleh imigran Tiongkok, Ong Kino sejak abad ke-20. Mereka tinggal di Sumedang.
Selanjutnya Wikipedia.org mengisahkan, atas usulan Bupati Sumedang, Pangeran Soeria Atmadja sekira tahun 1928 maka  Ong Kino dan Putranya Ong Boeng Keng pun mulai menjalankan usaha tahu goreng yang kemudian diberi nama Tahu Sumedang.
Masih berdasarkan detik.com, keluarga imigran Tionghoa ini kemudian menjual dagangan mereka di Jalan 11 April Nomor 53 Kota Kaler, Kecamatan Sumedang Utara. Tempat usaha ini dinamakan Gerai Tahu Bungkeng. Inilah tempat penjualan tahu pertama di Sumedang.
Dari situlah, Tahu Sumedang mulai dikembangkan oleh pengusaha lain di Sumedang. Seiring berkembangnya waktu, Tahu Sumedang pun mulai dikenal di tempat lain. Tak hanya di Jawa Barat dan Jakarta. Tetapi sudah menyebar di seluruh Indonesia.
Semoga Tahu Semudeng tetap bertahan, di  tengah munculnya penganan-penganan baru di Nusantara. Dan, tentu saja keberadaannya perlu didukung oleh warga dan Pemerintah Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H