Banyak sekali hal-hal yang begitu menjengkelkan ketika menumpang Metromini ini. Namun, kejengkelan tersebut hanya sesaat. Besoknya, gunakan lagi. Ya, benci tapi rindu.
Berikut ini, hal-hal yang membuat saya membenci Metromini saat itu:
Supirnya ugal-ugalan, keneknya bawel
Nyalib sana, nyosor sini. Asal ada peluang, melaju dengan kencang. Sambil sesekali si abang sopir menyeka keringatnya dengan handuk kecil yang dililitkan pada leher. Sementara, keneknya berteriak sepanjang jalan, menyebutkan rute-rute yang dilalui Metromini.Â
Tak puas dengan teriakannya, si kenek pun berpaling ke dalam bus. "Geser-geser, dalam-dalam, tengah kosong", tak bosan-bosannya kenek menyuruh penumpang.
Lalu, penumpang yang patuh akan bergerak mengikuti perintah yang mirip omelan itu. Sementara penumpang lain, pura-pura tak mendengarnya. Ogah bergerak.
Jago ngetem dan suka memindahkan penumpang
Metromini, terkenal pula sebagai bus yang rajin ngetem. Jangan berharap, segera berangkat setelah Anda naik. Setiap penumpang yang ingin naik, pasti dinaikkan, sekalipun sudah berjubel.Â
Naasnya lagi, jika sudah tinggal sedikit penumpang maka kenek akan memindahkan penumpang ke angkutan di belakangnya.Â
"A pindah, pindah, pindah". Dan tanpa menunggu lagi, seluruh penumpang akan bergegas turun. Takut ketinggalan, dan harus bayar lagi jika menumpang selain pada bus yang mau menerima penumpang transferan itu.