Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Mulsa Organik Sudah Lama Diaplikasikan oleh Petani Tradisional

27 Juni 2022   05:00 Diperbarui: 3 Juli 2022   18:06 1496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aplikasi mulsa organik berupa rerumputan pada tanaman pepaya di pekarang rumah, Kupang. Dok pribadi

Pemanfaatan mulsa pada tanaman sudah dikenal luas di bidang pertanian. Utamanya, dalam usaha tani berorientasi bisnis. Sebab, segalanya diperhitungkan agar si pelaku dapat meraup keuntungan yang optimal.

Dalam pengertian yang sederhana, mulsa merupakan material yang diperlukan untuk menutup permukaan tanah, tempat tumbuhnya tanaman. Sebagai penutup tanah, mulsa diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat.

Saat ini, dikenal ada dua kelompok mulsa organik dan plastik. Dari namanya, mulsa organik merupakan material yang diperoleh dari alam. Di antaranya jerami, rerumputan, dedaunan, serbuk kayu, dan komponen tumbuhan lainnya. Mulsa plastik, biasanya dijual di toko-toko.

Mulsa organik, sudah lama diaplikasikan oleh para petani tradisional, termasuk di Timor, NTT. Penggunaannya memang masih terbatas pada tanaman tertentu.

Almarhum nenek saya, sering menumpuk material-material berupa dedaunan, atau batang-batang kayu nan lapuk di sekeliling tanaman umur panjangnya. Aplikasi paling sering dilakukan pada tanaman sirih, kelapa yang masih berumur muda, jeruk, mangga dan nangka.

Mulsa organik yang diaplikasikan pada tanaman bawang. Dok awalilmu.com
Mulsa organik yang diaplikasikan pada tanaman bawang. Dok awalilmu.com

Ada beberapa pelajaran yang saya dapatkan dari nenek terkait praktik penumpukan material-material organik ini. Sekalipun ia tidak mengerti bahwa praktiknya ini dinamakan pemberian mulsa organik, informasinya ternyata sama dengan pelajaran yang saya dapatkan di bangku sekolah.

Menurutnya, permukaan tanah akan tetap terjaga kelembabannya sehingga tanaman umur panjangnya cukup disiram satu kali per minggu. 

Sebagai patokannya, ia selalu menyiram tanamannya pada setiap hari minggu pagi. Biar tidak lupa, katanya.

Selain itu, air yang disiramkan ke tanah yang tertutup tumpukan dedaunan dan kayu lapuk tidak akan meluber dan membawa humus tanah. 

Belakangan, saya baru mengerti bahwa hal tersebut juga merupakan salah satu fungsi dari mulsa, yaitu menjaga humus tanah dan mengurangi erosi akibat guyuran air.

Tak hanya itu. Ia pun tahu bahwa timbunan material tersebut, sangat efektif untuk menghambat pertumbuhan gulma, tumbuhan liar yang kehadirannya tak diinginkan oleh tanaman dan juga oleh pemilik tanaman. Sebab gulma akan merampas unsur hara dan air yang diperlukan oleh tanaman.

Namun satu hal yang kurang dipahami --maaf, saya tidak mau bilang nenek saya gagal paham. Takut kualat, hehehe -- adalah tanaman sirihnya sering mati karena akar-akarnya digerogoti oleh ulat tanah atau uret. 

Beliau tidak dapat menerangkan, bahwa lembabnya tanah di bawah tumpukan material organik tersebut, menjadi surga bagi larva-larva ini. 

Seringkali, tanaman sirihnya yang subur, tiba-tiba layu dan mati akibat ulah si uret nan rakus tadi. Beliau tidak tahu, bahwa salah satu kelemahan mulsa organik ternyata menjadi vektor hama dan penyakit.

Sampai di sini saya mau katakan, bahwa petani-petani tradisional telah lama menjalankan praktik pertanian yang benar. Salah satunya, penggunaan mulsa organik. Hanya saja kalah untuk menuliskan hasil-hasil praktik mereka dalam berbagai teori.

Mulsa Organik dan Mulsa Plastik

Pengertian tentang mulsa dan manfaatnya, sudah banyak dipublikasikan. Baik dalam bentuk artikel informatif maupun hasil riset. Salah satunya, datang dari Prof Mubyarto, pakar UGM yang buku-buku ekonomi pertaniannya sering dijadikan sebagai referensi utama.

Menurut Prof. Mubyarto, "Mulsa adalah material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat tanaman tersebut tumbuh dengan baik".

Secara terperinci, fungsi dari mulsa adalah, (1) menjaga suhu tanah lebih stabil; (2) mengendalikan gulma; (3) mengurangi erosi; (4) mengurangi penguapan; dan (5) meningkatkan kesuburan tanah. Selain itu, penggunaan mulsa juga dapat memperindah lahan pertanian sehingga petani lebih betah lagi dalam mengelola lahan pertaniannya.

Aplikasi mulsa plastik hitam perak oleh petani di Gampong Geunteut, Kec Lhoong, Aceh Besar. Dok pribadi
Aplikasi mulsa plastik hitam perak oleh petani di Gampong Geunteut, Kec Lhoong, Aceh Besar. Dok pribadi

Penggunaan mulsa organik atau mulsa plastik, merupakan pilihan setiap petani. Namun perlu juga mempertimbangkan beberapa kelemahan dari masing-masing mulsa tersebut.

Mulsa organik bisa diperoleh di alam. Jerami, alang-alang, dan dedaunan. Hanya saja, di tempat lain bahan-bahan ini sulit diperoleh dan membutuhkan banyak bahan baku. 

Di sisi lain, mulsa organik juga menjadi vektor bagi penyakit dan hama tertentu yang dapat menyerang tanaman.

Perihal mulsa plastik, sering digunakan untuk tanaman hortikultur semisal cabai, tomat, melon, atau kol. 

Terdapat beberapa jenis mulsa plastik, namun yang sering kami gunakan adalah mulsa plastik hitam perak. Mulsa ini terdiri dari dua sisi yang berbeda warna. Satu sisi berwarna perak, sisi lainnya berwarna hitam.

Saat pemasangan, warna perak menghadap ke atas dan warna hitam ke bawah. Warna perak berfungsi untuk memantulkan sinar matahari dan membuat silau beberapa hama yang mencoba untuk mendekat.

Hama-hama berupa ulat atau thrips yang suka berlindung di bawah daun tanaman juga tidak akan datang karena pantulan cahaya. Warna hitam yang menghadap di bawah tanah, akan menekan gulma dan mempertahankan kelembaban.

Kelemahan mulsa ini, dari segi biaya. Saat ini, kisaran harga antara Rp 750.000 hingga Rp 1.200.000 per roll. Dan seringkali hanya dipakai satu kali saja karena perlakuan yang kurang hati-hati. Tetapi jika diperlakukan dengan baik, maka mulsa plastik ini bisa digunakan ulang dua hingga tiga kali.

Mulsa organik atau mulsa plastik sama-sama memiliki kelebihan dan kelemahan. Pilihan ada pada petani, mulsa mana yang akan digunakannya dalam melakukan kegiatan budidaya pertaniannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun