Tak jauh dari situ, sekelompok anak kecil berlari-lari di pinggir pantai. Begitu lincah tanpa alas kaki. Seolah, telapak kaki mereka sudah berubah menjadi sendal atau sepatu. Menyatu dengan alam, terbiasa ditikam bebatuan yang runcing, atau onak dan duri.
Ah bocah, semoga kelak kalian menjadi manusia yang kuat. Tidak tumbuh menjadi insan yang sukanya meminta tetapi mampu memberi. Lebih banyak memposisikan tangan di atas, daripada menadahkan tangan di bawah.
Beberapa nelayan, terlihat bersenda-gurau di atas perahu mereka. Menyiapkan bahan bakar untuk pergi memancing atau menjala ikan. Mereka jarang menangkap ikan pada malam hari sebab nelayan-nelayan ini hanya memiliki perahu berukuran kecil.
Karena itu, mereka juga menjalankan kegiatan bertani selain menangkap ikan. Apalagi pada musim badai dimana gelombang tinggi, maka semua perahu ditarik dan disembunyikan di muara sungai. Selama itu, mereka akan lebih giat di kebun atau pergi berburu hewan liar untuk dijadikan sebagai lauk bagi keluarga. Atau memeriksa body perahunya. Apabila ada yang bocor, maka saatnya untuk diperbaiki.Â
Sekali pun terlihat santai, penduduk di desa tidak bermalas-malasan. Jika tidak bekerja secara sendiri-sendiri, mereka akan bekerja bersama, baik itu melibatkan seluruh anggota keluarga maupun mengundang tetangga atau kerabat lain untuk mengerjakan sesuaut yang lebih besar. Pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan banyak orang diantaranya membuka lahan, membuat pagar kebun, mengerjakan body perahu dan membuat rumah.
Hidup di desa, terasa sangat nyaman. Penduduk tak merasa khawatir mengenai kehidupan di masa mendatang. Semua berjalan normal saja. Barangkali menurut mereka, tak perlu terlalu mengkhawatirkan hari esok. Biarlah hari ini dilalui dengan sukacita: sendiri, bersama keluarga atau bersama tetangga dan kenalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H