Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Moko, Warisan Leluhur yang Masih Terawat di Pulau Pura Alor

17 Juni 2022   09:43 Diperbarui: 18 Juni 2022   06:07 2207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Moko kuno yang tersimpan di situs rumah adat Tabi'e Pulau Pura, Alor, NTT. Dok pribadi

Nusa Tenggara Timur atau NTT tak hanya dikenal karena selalu berada dalam peringkat 3 besar provinsi termiskin di Indonesia. Juga disebut sebagai daerah penyumbang stunting terbesar yang masih sulit move on.

Ketika orang melihat NTT, yang muncul adalah provinsi miskin. Negeri nan gersang, penuh dengan batu karang. Tapi sebenarnya NTT itu eksotis. Punya banyak kekayaan berupa alam dan budaya. Salah satu warisan budaya tersebut, dapat kita lihat di Pulau Alor.

Moko Alor

NTT tak hanya memiliki pulau besar seperti Flores, Sumba, dan Timor yang disingkat dengan Flobamor. Pulau-pulau penting lain yang sering disebutkan, diantaranya Pulau Alor, Pantar, Rote, Sabu, Lembata, Adonara.

Alor adalah salah satu kabupaten di NTT. Selain Pulau Alor, ada juga pulau lainnya seperti Pura, Pantar, pulau Buaya dan Kepa yang sangat terkenal dengan wisata bawah lautnya itu.

Salah satu kekayaan warisan leluhur yang masih dapat disaksikan di Alor adalah Moko. Benda pusaka ini bentuknya seperti tambur yang terbuat dari tembaga. Tapi bagian atas dan bawahnya tertutup. Benda ini seperti Nekara yang ada di Bali tetapi bentuknya lebih kecil.

Moko djadikan sebagai mas kawin dan juga sebagai alat musik. Namun fungsinya sebagai mas kawin, lebih besar ketimbang digunakan sebagai alat musik. Karenanya, memiliki banyak Moko menunjukkan bahwa seseorang mempunyai status sosial tinggi di Alor.

Keterangan tentang obyek situs rumah adat Tabi'e, Pulau Pura, Alor. Dok pribadi
Keterangan tentang obyek situs rumah adat Tabi'e, Pulau Pura, Alor. Dok pribadi

Sebenarnya, Moko adalah benda yang tidak dibuat oleh orang Alor itu sendiri. Tetapi konon, merupakan benda berharga yang digunakan oleh pedagang-pedagang asal Tiongkok sebagai alat tukar untuk membeli barang-barang dari orang Alor.

Sejarah hadirnya Moko di Pulau Alor tidaklah pasti. Tetapi disinyalir, Moko telah ada di Alor pada abad ke-14, ketika salah satu kapal Tiongkok yang memuat banyak Moko terdampar di Kalabahi, Alor. Dan kemungkinan, benda-benda tersebut diambil oleh masyarakat sekitar dan jadilah benda berharga yang dipertahankan keberadaannya hingga sekarang. 

Tentang kehadiran Moko di Alor dapat dibaca di Museum 1.000 Moko bagi Generasi Muda Alor.

Melihat dari Dekat Moko di Rumah Adat Tabi'e Pura

Karena memiliki nilai yang tinggi, maka hampir setiap keluarga memiliki Moko ini. Tentu saja dalam jumlah yang berbeda-beda, tergantung kemampuan keluarga. Jika ingin melihat Moko dan benda pusaka lainnya, kita dapat berkunjung ke Museum Seribu Moko di Kalabahi, Alor. Museum ini adalah karya mantan Bupati Ans Takalapeta, periode 2003-2013.

Tampilan situs rumah adat Tabi'e di Desa Pura Selatan, Kec. Pulau Pura, Kab. Alor, NTT. Dok pribadi
Tampilan situs rumah adat Tabi'e di Desa Pura Selatan, Kec. Pulau Pura, Kab. Alor, NTT. Dok pribadi

Jika ingin melihat yang lebih sederhana tetapi terlihat alami, pengunjung bisa ke Pulau Pura. Pulau ini berada di antara Pulau Alor dan Pantar. Memiliki 6 desa. Di sana, di Pura Selatan, kita akan menemukan rumah adat Tabi'e yang telah dijadikan sebagai situs oleh Pemkab setempat.

Rumah adat berupa situs ini terlihat sangat kecil. Di dalam dan di luar, terlihat tidak terawat. Tidak ada kotak sumbangan yang diletakkan di sekitar. Pun tidak ada karcis ketika berkunjung ke sana.

Ada tiga benda yang menjadikan rumah adat ini sebagai situs. Dua benda diletakkan di dalam dan satunya lagi digetakkan begitu saja di luar rumah adat.

Moko dan Gong besar disimpan di dalam rumah adat. Merupakan benda pusaka milik salah satu suku yang mempunyai rumah adat Tabi'e di Pura Selatan. Kedua benda ini tidak bisa dibersihkan setiap saat. Harus ada upacara tertentu barulah benda-benda pusaka ini dibersihkan.

Gong besar milik rumah adat Tabi'e, Pulau Pura Alor. Dok pribadi
Gong besar milik rumah adat Tabi'e, Pulau Pura Alor. Dok pribadi

Di luar rumah adat, ada satu pucuk meriam kuno yang tergeletak di sana. Konon, meriam tersebut adalah milik penjajah yang berhasil direbut oleh masyarakat di sana. Dan hingga ini, meriam ini hanya dapat ditemukan di rumah adat Tabi'e Pura.

O, ya ketika kita berkunjung ke sana, penduduk juga sering menyambut tamu dengan tarian lego-lego diiringi musik gong asli Alor. Tua dan muda, akan menari dengan selendang buatan mereka menyambut tamu dan mengalungkannya pada tamu sebagai tanda persahabatan.

Pucuk meriam kuno yang diletakkan di luar situs rumah adat Tabi'e Pulau Pura, Alor. Dok pribadi
Pucuk meriam kuno yang diletakkan di luar situs rumah adat Tabi'e Pulau Pura, Alor. Dok pribadi

Banyak Kekayaan NTT yang Layak Diperhitungkan

NTT memiliki banyak kekayaan yang layak diangkat dan diperkenalkan kepada dunia luar. Keindahan alam, fauna dan floranya tak disangkal lagi. Di Flores sana, ada danau tiga warna Kelimutu. Lalu binatang purba Komodo, lengkap dengan keindahan alamnya di sekitar Pulau Komodo, Rincah hingga ke Kota Labuhan Bajo di Manggarai Barat.

Di Sumba, kita dapat menikmati keindahan padang sabana dengan kuda sumbanya yang terkenal itu. Termasuk, pasola yang mana pada waktu tertentu kaum pria adu ketangkasan dengan menaiki kuda pilihan dan saling menyerang dengan menggunakan kayu tumpul. 

Belum lagi, kuburan batu nenek moyang yang sering dikunjungi para wisatawan sambil melihat dari dekat cara menenun sarung Sumba yang sudah go international itu.

Tarian selamat datang dari masyarakat Pulau Pura diiringi musik gong. Dok pribadi
Tarian selamat datang dari masyarakat Pulau Pura diiringi musik gong. Dok pribadi

Lalu di Timor bagian barat, ada begitu banyak pohon lontar dan cendana. Ya, salah satu daya tarik penjajah ke Timor adalah ingin menguasai cendana nan wangi ini, yang ternyata pusatnya ada di daratan Timor. Karena ketenaran cendananya, maka Timor dijuluki sebagai Nusa Cendana dan salah satu universitas Negeri di Kupang pun memakai nama Universitas Nusa Cendana alias Undana.

Kekayaan-kekayaan tersebut, menjadi ciri khas NTT. Ditambah lagi dengan wisata-wisata bernuansa religius saat Paskah seperti Samana santa di Flores dan Kure di Noemuti, Kabupaten TTU.

Semoga kekayaan-kekayaan alam dan budaya ini, dapat dikembangkan. Tentu saja dengan tujuan memberi manfaat bagi masyarakat NTT. Dengan memanfaatkan hasil-hasil ini, diharapkan tingkat kesejahteraan penduduk pun meningkat, keluar dari julukan daerah miskin.

Masyarakat Pulau Pura sering berkumpul untuk menari lego-lego diiringi alunan musik gong. Dok pribadi
Masyarakat Pulau Pura sering berkumpul untuk menari lego-lego diiringi alunan musik gong. Dok pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun