Nenek moyangku orang pelaut
Gemar mengarung luas samudraÂ
Menerjang ombak  tiada takut
Menempuh badai sudah biasa
Angin bertiup layar terkembang
Ombak berdebur di tepi pantai
Pemuda 'brani bangkit sekarang
Ke laut kita beramai-ramai
Hampir semua yang pernah duduk di bangku TK dan SD sering atau paling tidak pernah menyanyikan lagu nenek moyangku orang pelaut, karya Ibu Soed. Kalau pun tak hafal, akan ikut bergumam ketika mendengar lagu ini.
Syairnya begitu sederhana. Tetapi melukiskan tentang laut kita nan luas. Tentang keberanian nenek moyang kita sejak dahulu kala. Hanya dengan perahu atau kapal layar, mereka mampu mengarungi lautan  kita.
Memang mereka tidak akan melaut saat ada badai menerjang. Tetapi pantang menyerah, ketika tetiba badai menerjang mereka saat di tengah laut. Dengan gagah berani, segala upaya dikerahkan. Tujuannya satu, mempertahankan nyawa sebagai satu-satunya harta paling berharga.
Saat laut tak bersahabat, mereka selalu menghadapinya dengan tenang dan tidak gentar. Memori akan pengalaman-pengalaman di laut secara spontan akan muncul begitu saja, untuk bertahan hidup.
Kesohoron pelaut kita, bisa kita pelajari dari berbagai sumber. Diantaranya, dari kapal pinisinya suku Bugis yang terkenal itu.
Dan keberanian nenek moyang kita, masih dapat kita saksikan di pantai dan laut dimana banyak dilayari oleh perahu dan perahu motor nelayan untuk mencari ikan di laut.
Di  Nusa Tenggara Timur dan Maluku, kita dapat menyaksikan nelayan mencari rezeki hingga ke tengah laut, hanya dengan mengandalkan perahu layar dan kapal kayu.
Cukup banyak yang mereka lakukan dengan kapal ini. Manfaat yang pertama, dijadikan sebagai sarana lalu lintas masyarakat dari pulau ke pulau. Di Kupang, nelayan dapat menyewakan perahu mereka untuk bepergian dari Kupang ke Semau, ke Pulau Kera atau pulau-pulau kecil di sekitarnya.
Di Flores, perahu-perahu ini menjadi transportasi andalan masyarakat untuk menyeberang. Misalnya dari Flores Timur ke Adonara atau ke Lembata. Di Alor, bisa digunakan ke Pulau Pura, Pantar, atau pulau-pulau kecil lainnya.
Selain untuk penumpang, juga dapat digunakan untuk mengangkut air, kayu api atau hasil panen rumput laut.
Mafaat kedua, dapat dicarter untuk piknik di laut. Biasanya digunakan oleh keluarga atau rombongan kecil yang ingin bepergian ke daerah wisata sekitarnya dan memerlukan transportasi laut yang murah dan meriah.
Manfaat ketiga, kapal-kapal ini pun digunakan untuk menangkap ikan. Bisa untuk memancing ikan-ikan tertentu seperti ekor kuning, cakalang, barakuda, juga untuk menjala ikan-ikan kecil seperti ikan kembung, nipi dan tembang.
Dengan perahu-perahu ini, para nelayan dapat menyambung hidup mereka. Selain makan dan minum, juga bisa membiayai sekolah anak-anak dan berobat ke klinik atau rumah sakit ketika anggota keluarga sakit.
Nah, laut yang kaya raya itu tentu saja harus dimanfaatkan oleh kita sebagai pemiliknya yang sah. Jangan sampai kita memberi peluang kepada orang dari luar untuk melakukan illegal fishing.
Gerakan mencintai laut, hendaknya ditanamkan juga pada generasi muda kita. Semoga syair "Pemuda b'rani bangkit sekarang, ke laut kita beramai-ramai" nya ibu Soed mampu menggugah pemuda kita untuk melaut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H