Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bakar Batu Versi Basudara Dong di Uhak, Pulau Wetar

13 Juni 2022   06:00 Diperbarui: 13 Juni 2022   15:47 982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cara menyiapkan dan mengatur pengolahan daging dan sayuran dengan cara bakar batuberdasarkan praktik dari Bapak Panus Faumasa. Foto pribadi

Selama ini BAKAR BATU lebih dikenal sebagai tradisi yang dilakukan secara turun-temurun di Papua. Kegiatannya juga besar, bahkan lintas kampung. Namun budaya bakar batu juga dilakukan oleh basudara dong di Uhak.

Dahulu, bakar batu sering identik dengan bakar babi. Tetapi seiring perkembangan, bakar batu bisa juga dilakukan dengan bahan utama daging sapi, daging ayam, daging domba, dan daging kerbau.

Basudara dong, artinya saudara-saudara kita. Uhak sendiri, adalah salah satu nagari (desa) yang berada di Kecamatan Wetar Utara, Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku. 

Pulau Wetar lebih dekat ke Timor Leste dan NTT daripada ke Ambon. Untuk mencapai Pulau Wetar, kita bisa mengaksesnya dengan transportasi laut. Dari Kupang, Atapupu, Alor di NTT dan dari sekitar Pulau Kisar dan Moa, MBD.

Penduduk Uhak bekerja sebagai nelayan dan petani. Di laut, mereka menangkap ikan. Di darat, mereka mengumpulkan pala hutan dan madu hutan yang begitu berkualitas.

Selain itu, basudara kita di Uhak sesekali berburu kambing hutan dan babi hutan. Hasil buruan ini, lalu dimasak untuk disantap secara beramai-ramai. Kebersamaan, menjadi dasar untuk berkumpul.

Salah satu cara memasak hewan buruan ini, adalah bakar batu. Seperti bakar batu ala penduduk Papua. Namun budaya bakar batu sudah jarang dilakukan di Uhak, Pulau Wetar. 

Hampir 5 tahun saya bergaul dengan mereka, termasuk menginap di sana. Namun hanya satu kali  saya berkesempatan untuk mengikuti acara bakar batu. Mulai dari proses menyiapkan bahan mentah, lalu membakarnya dan tentu saja hal yang dinantikan, mencicipi hidangan ala bakar batu itu.

Bapak Panus Faumasa menyajikan hidangan dari hasil bakar batu. Dok pribadi
Bapak Panus Faumasa menyajikan hidangan dari hasil bakar batu. Dok pribadi

Kebetulan salah satu orang tua bernama Bapak Panus Faumasa bersama menantunya, berhasil mendapatkan seekor celeng sewaktu berburu di hutan. 

Dan secara kebetulan pula, saya dan beberapa teman menginap di sana. Jadilah, sambil menyelam kita minum air. Sambil bekerja, kita incip-incip makanan yang menarik ini.

Membutuhkan banyak tenaga untuk melakukan acara bakar batu ini. Paling tidak, ada dua kelompok yang menyiapkannya. 

Kelompok pertama mengurus bahan-bahan untuk perapian. Kelompok kedua, menyiapkan bahan-bahan untuk dibakar. Menyiapkan daging dalam potongan yang besar, sayuran dan tak ketinggalan bumbu-bumbu seperti jahe, lengkuas dan pala yang diambil di kebun sendiri. Juga garam dan penyedap rasa (dulu tanpa penyedap rasa).

Selanjutnya, potongan-potongan daging ini dibalur dengan bumbu-bumbu yang telah disiapkan biar meresap ke dalam potongan daging tersebut.

Bahan-bahan yang perlu disiapkan untuk perapian di antaranya kayu, batu dan rerumputan. Juga dibutuhkan tenaga untuk menggali lubang agar bisa menyusun kayu dan batu di dalamnya.

Setelah tanah digali sekira 40 cm, Bapak Panus menyusun rumput dan dedaunan hijau sebagai alasnya. Tidak sembarang daun dan rumput tetapi yang tidak berbau dan beracun. Juga tidak mempengaruhi rasa pada sayuran dan daging yang dibakar di dalamnya. Mereka sudah sangat paham tentang hal ini. 

Kayu bakarnya tidak dimasukkan di dalam lubang. Tetapi kita harus membuat perapian di sekitar. Pada api tersebut, batu-batu akan dibakar hingga panas dan membara. 

Saat panas dan membara itulah, baru dipindahkan ke dalam lubang yang sudah dialas dengan dedaunan dan rumput hijau. Cara menatanya pun harus cepat, namun perlu hati-hati agar tangan tidak terbakar.

Di atas susunan batu itu, Bapak Panus menata sayuran-sayuran seperti sawi, daun kacang panjang, potongan paria, terong, atau sayuran lokal yang ada di sekitar, termasuk rumput hijau pun disusun di atas batu-batu panas tersebut.

Ilustrasi cara menyiapkan dan mengatur pengolahan daging dan sayuran dengan cara bakar batuberdasarkan praktik dari Bapak Panus Faumasa. Foto pribadi
Ilustrasi cara menyiapkan dan mengatur pengolahan daging dan sayuran dengan cara bakar batuberdasarkan praktik dari Bapak Panus Faumasa. Foto pribadi

Barulah, daging-daging itu diletakkan di atas tatakan sayuran tersebut. Selesai meletakkan daging, maka diatasnya ditutupi lagi dengan sayuran. Bapak Panus kemudian menutupinya dengan daun pisang agar panas batu tetap terjaga.

Selesai sudah. Sambil menunggu matangnya masakan, ibu-ibu menyiapkan sambal colo-colo. Ini adalah salah satu sambal ciri khas di Maluku. Ada irisan cabe merah dan cabe hijau, bawang merah, daun kemangi dan perasan jeruk nipis.

Beberapa ibu juga menanak nasi di sekitar. Nasi inilah yang akan disantap bersama di siang ini oleh kami semua. Tak ada kompor, yang ada hanya 3 tungku api yang disusun dari batu. Dan tentu saja kayu api kering. 

Setelah matang, maka batu-batu ini mulai dibongkar agar dagingnya menjadi dingin. Potongan daging yang masih besar ini akan diiris lagi. Dan hidangan pun sudah dapat dimakan. Ada nasi putih, daging, sayuran, dan sambal colo-colo. Ah, nikmatnya.

Semua orang mau mencoba hasil bakar batu ala Bapak Panus Faumasa. Dok pribadi
Semua orang mau mencoba hasil bakar batu ala Bapak Panus Faumasa. Dok pribadi

Inilah cara memasak hasil daging dicampur dengan sayuran dalam satu model, Bakar Batu ala Basudara dong di Nagari Uhak, Wetar, Maluku Barat Daya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun