Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Pangan Indikator Musim Paceklik di Timor Barat yang Terabaikan

10 Juni 2022   06:00 Diperbarui: 10 Juni 2022   17:52 1707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanaman gewang di Timor Barat, NTT. Dok agronet.co.id

Padahal, maek mina alias suweg berbatang putih ini sering tumbuh dengan sendirinya di kebun penduduk atau di lahan-lahan tidur. Tak pernah digali umbinya. Ketika dibutuhkan barulah digali.

Suweg berbatang putih ini berbeda dengan yang berbatang hijau (maek fui) dan porang (maek rato). Bisa dimasak dalam kondisi umbi basah atau dikeringkan seperti gaplek. Lalu ditumbuk dan diayak untuk dibuat kue berbentuk bulat. 

Bulatan tersebut lalu dikukus dengan menggunakan tobe, yaitu alat kukus yang dibuat dari anyaman daun lontar atau gewang.

Suweg berbatang hijau. Penduduk kami belum bisa mengolahnya. Yang dimakan adalah yang berbatang putih. Dok kumparan.com
Suweg berbatang hijau. Penduduk kami belum bisa mengolahnya. Yang dimakan adalah yang berbatang putih. Dok kumparan.com

Itulah tiga pangan yang tumbuh di hutan. Dicuekin oleh penduduk setempat manakala mereka memiliki bahan pangan yang cukup sepanjang tahun. Tetapi dicari-cari ketika mereka dilanda paceklik, baik karena kemarau panjang maupun gagal panen akibat serangan hama dan banjir.

Semoga ke depannya, penduduk dan pemerintah setempat tetap mempertahankan keberadaan ketiga jenis sumber pangan liar ini di tanah Timor. Sebagai sumber pangan yang disediakan oleh Sang Pencipta yang dapat dimanfaatkan oleh ciptaan-Nya dalam kondisi darurat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun