Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kaum Kidal dan Diskriminasi terhadap Mereka

9 Juni 2022   05:00 Diperbarui: 9 Juni 2022   05:05 1431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menulis dengan menggunakan tangan kiri masih dirasa aneh oleh sebagian orang. Foto pribadi

Sahabat pembaca,

Tulisan ini berbasis pada pengalaman hidup saya sebagai orang kidal. Sejak kecil hingga mencapai usia seperti ini. Kiranya dapat menggugah orang tua, guru dan sahabat-sahabatku dimana saja untuk tidak mempermasalahkan kehadiran kami. Jumlah kami memang lebih sedikit dibandingkan dengan kaum kanan.

Sang Maha Pencipta telah menganugerahkan dua tangan bagi manusia untuk digunakan. Dan akan terlihat cacat, manakala salah satu tangannya buntung atau tidak ada.

Karena itu, kebiasaan-kebiasaan hidup, yang mendiskriminasikan anggota tubuh kita sendiri, sebaiknya dipikirkan ulang. Semua anggota tubuh kita, diciptakan dengan tujuan yang mulia. Akan kelihatan cacatnya, jika tubuh kita tidak utuh. Betul kan?

Sahabat pembaca,

Saya bertangan kidal. Sebagai orang kidal, lebih banyak saya menggunakan tangan kiri. Mengangkat benda yang membuthkan tenaga lebih kuat, menulis, memotong sesuatu dan aktifitas lain selalu saya lakukan secara terbalik. Bertentangan dengan kelompok orang bertangan kanan.

Hampir seluruh budaya kita, tidak menerima apabila ada anggota keluarga yang sejak kecil lebih suka menggunakan tangan kirinya. Ketika anak mulai belajar memegang benda, maka yang diperhatikan adalah apakah anak memegang benda itu dengan tangan kanan? Jika tidak, maka cepat-cepat orang tua akan memindahkannya ke tangan kanan yang dijuluki sebagai tangan manis.

Salam sama orang tua, harus pakai tangan manis. Makan juga demikian. Apalagi memberi atau menerima sesuatu dari orang lain, wajib menggunakan si manis tadi.

Menggunakan tangan kiri itu tidak baik. Tidak sopan. Pemberontak. Lebih ekstrim lagi, tangan setan. Duh, segitunya. Tapi anehnya, mereka yang menyatakan bahwa tangan kiri itu tidak baik, malah tidak mau memotong tangan kirinya itu dan membiarkan tangan manis menggelantung sendirian pada bahu kanannya.

Barack Obama lebih sering menggunakan tangan kirinya. Dok dictio.id
Barack Obama lebih sering menggunakan tangan kirinya. Dok dictio.id

Ah para pembaca yang budiman,

Mohon maaf jika saya curhat di sini. Kekuatan tangan kiri saya tak bisa diatasi. Meskipun sejak kecil, saya telah diarahkan, kena marah dan kena pukul di tangan kiri jika saya amenggunakan tangan kiri, saya tidak pernah mau menggunakan tangan kanan.

Hal yang paling saya rasakan, adalah ketika mulai bersekolah. Kebetulan di kampung kami, tidak ada TK sehingga langsung dimasukkan di bangku SD. Bapak saya yang adalah guru SD, belum juga menyerah.

Melalui Guru Kepala Sekolah yang mendidik kelas 1 dan 2, saya pun mulai dididik secara keras. Tidak boleh menulis memakai tangan kiri. Saat memegang pena dengan tangan kanan, maka tangan kiri saya digantungi bateri bekas.

Namun jiwa melawan saya pun tampak sejak itu. Ketika tangan kiri saya digantungi bateri, maka saya pun mogok menulis. Dan jika sudah demikian, guru saya mulai lunak dan diperbolehkan menggunakan tangan kiri.

Kondisi ini berlangsung hingga saya di kelas tiga. Masih teringat, waktu menjelang tanggal 2 Mei, siswa yang beprestasi biasa diikutsertakan dalam berbagai lomba antarsekolah di kecamatan. Saat itu, saya menjadi peserta lomba menulis indah. Dan kata yang kami tulis waktu itu pun masihsaya ingat dengan jelas, “Ki Hajar Dewantara adalah Bapak Pendidikan Nasional”.

Waktu itu, saya satu-satunya siswa di SD kami yang menulis dengan tangan kiri. Sebelum mengikuti lomba, Kepala Sekolah menghadap khusus ke penilik TK/SD di Kecamatan agar saya diperkenankan untuk ikut lomba menulis indah dengan menggunakan tangan kiri. Beliau membawa saya bersamanya untuk menghadap.

Dan dengan bijak, sang penilik menjawab: “Biarkan anak kita menulis dengan tangan mana pun ia anggap baik untuk dipakai, entah tangan kanan atau kiri”. Dan jadilah, saya mengikuti lomba. Lucunya, saya dikerumuni oleh guru-guru dari sekolah lain karena heran saya menulis dengan mengunakan tangan kiri.

Hasilnya, saya menjadi juara dua waktu itu untuk lomba menulis indah sekecamatan. Dan sejak itu, guru-guru di sekolah saya (termasuk bapak saya) tidak lagi melarang saya menulis dengan menggunakan tangan kiri. Bahkan setelah saya, beberapa anak kidal pun tak pernah dilarang lagi.

Beberapa Kondisi Yang Menyulitkan Si Kidal

Sekalipun sudah bebas menggunakan tangan kiri untuk menulis, ada beberapa hal yang biasa saya lakukan dengan tangan kanan. Mungkin juga karena kebiasaan. Jabat tangan, mengangkat tangan, memberi dan menerima sesuatu saya lakukan dengan tangan kanan. Termasuk memegang mouse, saya pakai tangan kanan.

Gunting dengan gagang kuning adalah gunting untuk orang kidal. Saya dapatkan dari teman saya.Dok pribadi
Gunting dengan gagang kuning adalah gunting untuk orang kidal. Saya dapatkan dari teman saya.Dok pribadi

Sahabat pembaca,

Ada beberapa peralatan yang cukup menyulitkan kami, orang-orang kidal. Sebab peralatan tersebut didesain untuk orang-orang bertangan kanan. Namun kami tidak menuntut. Kami belajar untuk menyesuaikannya, meskipun beberapa alat harus kami balik.

Yang pertama adalah gitar, Memang ada gitar khusus orang kidal. Tapi itu didesain khusus. Agar kami bisa bermain, maka posisi gitarnya kami balik. Aman jadinya, Bisa bermain gitar dengan baik.

Yang kedua, gunting. Di pasaran, gunting yang tersedia adalah gunting untuk kaum kanan. Lagi-lagi kami harus belajar menyesuaikan diri. Tapi kami tak pernah mengeluh. Dengan cepat kami mampu menggunakan peralatan tersebut.

Satu hal lagi, kursi yang ada tempat menulisnya itu sering membuat kami harus memutar badan agar bisa menulis dengan baik. Sebab kursi-kursi itu didesain untuk orang yang menulis dengan tangan tangan. Tapi kami bisa kok menyesuaikan diri.

Kursi-kursi kuliah model begini cukup merepotkan kami kaum kidal. Dok idntimes.com
Kursi-kursi kuliah model begini cukup merepotkan kami kaum kidal. Dok idntimes.com

Jadi, sekali pun kami didiskriminasi, kami tetap bisa mengatasinya dengan baik. Yang penting, kami jangan dianggap seperti orang yang aneh. Biarkan kami menggunakan tangan kidal kami untuk menjalankan aktifitas harian kami. 

Kepada orang tua yang anaknya berorientasi kidal, mohon jangan dilarang, dipaksa apalagi dihukum dengan harapan anaknya bisa menggunakan tangan kanan yang katanya tangan manis itu. Sebab secara psikis, anak akan tertekan. Ijinkan kami menggunakan tangan kiri kami. 

Salam hormat, dari saya si kidal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun